Mimpi buruk ( END )

Ketukan

      Hujan tak kunjung reda. Mendung sedari siang belum mau hilang. Di sepanjang terowongan orang berdesakan berteduh. Sebagian memutuskan tetap menerobos derasnya hujan. Mobil mobil tampak memenuhi jalan, melindas kubangan air di aspal yang alhasil mengenai orang yang berjalan di tepi.

      Hawa dingin menerpa menyerbu. Menusuk kulit dibalik mantel tebal. Terpaan itu menenggelamkan akal sehat hingga ke dasar. “Entah berapa lama lagi hingga aku bisa menikmati secangkir coklat panas”.

      Jam menunjukkan pukul 8 malam dan hujan tanpa henti membasahi kota kecil ini. Berita berita dan acara TV lokal sudah mengabarkan peristiwa banjir di berbagai tempat. Tangan mulai terasa pegal, diselimuti hawa dingin. Mata mengerjap, berusaha menghalau kantuk hebat yang menyerang.

Suasana kantor sangat sepi. Semua orang telah pulang ke rumah mereka masing-masing. Hanya aku sendiri yang masih berada disini. Samar samar terdengar sebuah suara tangisan. Aneh, suara itu terdengar seperti berasal dari celah celah tirai di balik kubik tempatku bekerja. Suasana yang sedari tadi sunyi seketika berubah menjadi mencekam.

      Aku berusaha tetap berpikir jernih, mungkin suara itu berasal dari luar. Namun tak lama setelahnya muncul suara lain, suara ketukan. Suara ketukan itu terus berlangsung hingga membuatku menyadari bahwa itu merupakan ketukan yang berulang.

      “Tok tok tok, nok nok nok, tok tok tok”. Sepertinya ketukan itu dilakukan diatas meja karena bunyi yang dihasilkan. Entah mendapat pemikiran darimana, aku mencoba menirukan suara ketukan itu di mejaku. Terdengar sama!, yang berarti membenarkan teoriku mengenai benda apa yang diketuk.

      Lalu aku menyadari satu hal lagi, yaitu bila diperhatikan, untuk menciptakan ketukan seperti itu di meja, jari yang mengetuk harus digerakkan seakan sedang menuliskan sebuah pola, dan pola itu adalah (... --- ...). Apa maksudnya? Segera setelah aku mengetahuinya, perutku terasa sakit.