dua

14 2 1
                                    

Author Pov.

Ketiga gadis itu duduk di salah satu meja kantin. Salah satu dengan rambut sebahu dan berwarna gelap itu memandang temannya yang berambut pink  di hadapannya dengan muka terperangah. Serius, dia masih terkejut dengan perubahan temannya itu dalam waktu satu bulan. Dia tidak akan mengenali Nata, kalau saja Rosa tidak memberitahunya.

"Jangan ngelihatin kek gitu, gue tau gue cantik." Nata terkekeh. Sedangkan Tarita Andrean atau yang biasa dipanggil Tata itu mendengus dan pura pura mual.

"Lo tadi telat kenapa? Padahal masih hari pertama loh!" Rosa bertanya pada Tata. Meskipun Tata sering telat, tapi masa di hari pertamanya dia telat juga. Nata menatap Tata menunggu jawaban dari mulut gadis itu.

Tata menghela nafas, "Biasa, semalem ngurusin berkas yang banyaknya bikin misuh misuh." Jawab Tata dengan raut tidak sukanya. Dia masih teringat dia harus begadang sampai jam 3 pagi karena orang tuanya sudah memberikan tugas kepadanya karena dia penerus perusahaan. Itung itung latihan karena dia yang akan mewarisi perusahaan itu. Adiknya masih sd jadi perusahaan yang bernama Andrean Corp itu jatuh ke tangan Tata.

Kedua temannya memandang Tata dengan tatapan kasihan. Keinginannya bukan menjadi CEO atau konglomerat, dia hanya ingin menjadi gadis biasa yang bisa bebas tanpa memikirkan tentang perusahaan. Mereka ikut sedih saat melihat Tata, tapi mau gimana lagi. Tata adalah satu satunya penerus Andrean yang tepat.

"Ah, udahlah jangan bahas itu lagi. Kita makan aja. Gue yang traktir." Tata berkata. Mendengar kata traktir. Nata dan Rosa mengangguk dengan semangat dan tersenyum lebar.

"Senangnya punya teman kaya yang bisa diporotin." Celetuk Nata dengan nada menggoda. Mereka semua kemudia terkekeh. Tata tidak masalah kalau hanya mentraktir makanan kayak gini. Uangnya tidak akan habis walaupun harus mentraktir satu sekolah.

Setelah memesan, mereka duduk kembali untuk menunggu pesanan mereka. Kantin ini lebih seperti restoran yang besar. Menunya pun sangat beragam, dari masakan luar sampai lokal ada. Tapi harganya tidak ada yang dibawah sepuluh ribu. Mungkin yang di bawah sepuluh ribu hanya jajan lokal murahan. Rata rata murid SMA Rajawali adalah anak anak yang berkecukupan. Kalau tidak berkecukupan pasti anak yang pintarnya kelewatan hingga mendapatkan beasiswa di sekolah ini.

"Pas liburan lo dapet job berapa Ros?" Nata membuka suara bertanya pada Rosa.

"Lumayan lah, gue lagi mengurangi job gue. Soalnya disurus mama fokus sekolah." Jawab Rosa. Berbeda dengan Tata yang adalah pewaris perusahaan. Mamanya Rosalline Abigail adalah seorang desaigner. Rosa pernah jadi model salah satu desaign mamanya. Setelah pelirisan majalah foto model Rosa. Banyak perusahaan yang tertarik pada Rosa untuk dijadikan modelnya. Hingga Rosa menjadi model part-time. Rosa yang paling terkenal di antara mereka. Followers instagramnya mungkin sudah sebanding awkari*. Penghasilannya sekali pemotretan bisa untuk biaya hidup selama setahun. Dia mengumpulkan uangnya untuk membangun bakery sendiri. Gini gini Rosa suka memasak.

"Hiatus doang? Entar balik lagi. Emang kapan pemotretan terakhir?" Tanya Tata.

"Sepulang sekolah ini ntar gue langsung ke studio." Jawab Rosa.

Tidak lama setelah pembicaraan mereka, pesanan mereka sudah tiba. Nata dan Rosa memesan makanan yang rendah kalori untuk menjaga berat badan mereka. Sedangkan Tata memesan lumayan banyak makanan karena ingin melampiaskan emosi atas berkas berkasnya.

Saat Nata sedang menikmati saladnya. Dia merasa ditatap seseorang. Nata melihat sekeliling mencari siapa yang menatapnya. Hingga dia melihat laki laki dengan hoodie hitam menatapnya. Saat Nata melirik ke arah laki laki itu, dia malah mengalihkan pandangannya. Dada Nata berdegup kencang, dia merasa asing dengan perasaan ini. Nata menahan teriakan senangnya dengan menelan saladnya dengan susah payah. Dia melotot tak percaya kalau laki laki dengan hoodie itu Jeffrey Lucius siswa baru di kelasnya yang tampannya membuat Nata jatuh cinta pada pandangan pertama itu memandang Nata. Apakah Jeffrey juga menyukai Nata? Atau dia tertarik kepadanya? Nata tersenyum sangat lebar membayangkan. Tapi segera dia kontrol ekspresinya karena mungkin saja Jeffrey masih memandang ke arahnya. Dia tidak mau di cap sebagai cewek gila yang suka tersenyum sendiri oleh laki laki yang disukainya. Bahkan sekarang kedua temannya memandang Nata dengan tatapan aneh.







Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Glow UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang