ix. chapter eight

436 64 0
                                    

Acara pesta ulang tahun Jisung selesai pada pukul 5 sore hari, para tamu pun sudah kembali pulang dan menyisahkan keluarga inti saja di rumah besar itu.

Jisung yang setelah pesta selesai izin kembali ke kamarnya untuk beristirahat, sebelum acara makan malam dimulai nanti. Dan berakhirlah Jisung di kamar sendirian, termenung di balkon kamarnya.

Menggenggam sebuah boneka tupai, hadiah ulang tahunnya yang dibawakan sang bunda beberapa jam yang lalu.

"Aku gak tau siapa yang ngasih ini, tapi terimakasih. Aku merasa tidak kesepian lagi." Gumamnya sambil menatap indahnya langit di sore hari.

Warna langit mulai memudar, dan berubah menjadi abu-abu gelap. Jisung beranjak dari tempatnya, dan pergi ke kamar mandi untuk bersiap siap.

"Ayo Ji, semangat. Bakal ada yang merusak moodmu nanti."

• • • • •

Pukul 7 malam, seluruh keluarga besar Han berkumpul di meja makan yang panjang dan besar. Nenek dan kakeknya pun mengikuti makan malam ini, tentu juga besan sang Bunda juga ada serta keluarga Hwang turut hadir.

Sungguh ! Ini makan malam terbesar.

Jisung yang baru turun hanya mengenakan kemeja putih kebesaran, dan celana hitam ikut bergabung duduk di samping Hyunjin.

"Habis nangis ya lo?" Bisik Hyunjin tepat di telinga Jisung, Jisung hanya menggeleng.

Jisung benar benar tidak menangis, matanya memang membengkak karena Jisung kurang tidur.

Makan malam di mulai, diselingi obrolan santai membuat suasana menjadi hangat. Namun, Jisung masih merasakan resah di hatinya.

Seperti ada yang mengganjal, karena ia merasa neneknya belum membuka suara dari awal makan malam dimulai.

Tak lama.

"Minho?" Ucapnya dengan angkuh, tanpa melihat Minho sedikit pun.

Jisung merasakan jantungnya berdetak dua kali lebih cepat, ia takut jika Minho terkena imbas ucapan sarkas dari sang nenek.

Minho mengangkat kepalanya dan menatap nenek Jisung yang berada di ujung meja makan.

"Kenapa nek?" Tanya Minho. Tiba tiba meja makan menjadi hening saat sang nenek membuka suara.

"Bagaimana dengan Seungmin? Sudah ngisi?"

Pertanyaan yang paling Minho hindari hingga saat ini, walaupun ia dan Seungmin menikah namun mereka berdua bukan selayaknya suami istri.

Seungmin masih diam, dan tak lama tersenyum.

"Umin sudah ngisi, ya kan Ho? Baru 1 minggu kok nek."

Seluruh manusia yang berada di meja makan terkejut, tak terkecuali Jisung. Minho hanya tersenyum di paksakan, lalu mengangguk dan menggenggam tangan Seungmin.

"Doain Seungmin lancar sampai persalinan ya semua.", Ujar Minho, Jisung yang tahu jika Minho sedang bersedih langsung mendorong kaki Minho yang duduk berada di depannya.

Minho menoleh ke arah Jisung, dan Jisung tersenyum.

Ini adalah senyum pertama yang Jisung berikan kepada Minho sejak sebulan yang lalu saat pernikahan Seungmin.

Minho pun membalas senyuman Jisung dengan senyuman tipis agar mereka semua yang berada di sana tidak menyadarinya.

• • • • •

Makan malam selesai, Jisung sudah kembali ke kamarnya untuk tidur. Ia malas ikut berbincang di bawah dengan para keluarganya.

Setelah mandi, dan berganti pakaian menjadi kaus baby blue yang terlihat besar di tubuhnya serta celana pendek yang ia kenakan.

Jisung memainkan ponselnya sambil berbaring, namun tak lama suara ketukan pintu mengganggu aktivitas Jisung saat ini.

Jisung berfikiran, jika Bundanya yang kesini untuk apa mengetuk pintu?

Bahkan ini sudah jam 10 malam.

Jisung pun menghampiri pintu dan membukanya.

"Ji sudah tidur ya?"

【 ii 】goodbye heartbreaker ⌯ minsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang