" Sumpah yah Van gue kesal banget sama Rangga, sama pacar sendiri aja celitnya minta ampun. Gue cuma minta bunga mawar satu tangkai yang harga 3K aja ditolak " gerutu Arsya yanv sedari tadi kesal dengan Rangga.
Gimana nggak dia hanya meminta membelikkan bunga mawar harga 3k tapi nggak dikasih.
" Lah kan lo sendiri yang bilang, mau pacaran sama anak ekonomi " ucap Vanila datar dan terus melangkahkan kakinya keruang tari ( Vanila itu ketua balet ).
" Yah abisan anak ekonomi kita banyak yang ganteng " ucap Arsya membuat Vanila, Violet, dan Lydia yang tak konek apa-apa menggelengkan kepala.
" Regi ganteng kok jurusan hukum " ucap Lydia sambil senyam-senyum sendiri ( ialah orang itu doi loh )
" Iyain biar senang, ish sumpah gue kesal banget pengen nyantet sih Rangga " ucap Arsya dengan nada kesal dan terus merutuki tingkah Rangga yang terlalu perhitungan.
" Arsya kenapa sih, kok kesal mulu sama Rangga. Lagi PMS yah? " ucap Lydia yang bertanya tanpa dosa.
" Nggak gue cuma mau bakar rumah sih Rangga aja, mana tau setelah itu dia bakalan berubah atau malah ngehitung seluruh kerugian dan keuntungan buat perbaiki rumahnya " ucap Arsya, mereka melanjutkan pembicaraan mereka sambil mulai memakai perlengkapan balet mereka.
" Kali ini kita bakalan nari a million dream ok, putar lagunya " ucap Vanila sambil memberi kode untuk memutar lagu
A Million Dream - Hugh Jackman dan Michelle Williams
Anggap aja itu ada Vanila dan anggota lainnya.
Tak terasa sudah 1 jam mereka latihan ballet, tapi lagi-lagi Vani menyendiri diruang pribadinya semenjak latihan ia akhiri
" Van sudah dong, jangan terlalu keras sama diri lo " ucap Violet yang terus melihat Vanila menari dengan penuh menghayatin.
Brukk...
" Van " khawatir Violet, Arsya dan Lydia. Lagi-lagi mereka melihat kaki Vanila, kuku jempolnya patah lagi.
" Van sumpah gue udah muak sama tingkah lo, gue tau lo masih sedih sama kehilangan dia. Dia yang selalu mendukung lo, tapi selalu dihalang sama papa " teriak Violet membuat Vanila menatap sinis kearah Violet.
" Nggak usah bawa-bawa dia, gue cuma mau fokus sama turnamen minggu depan. Gue udah terlalu lama break dari ballet, lo tau resiko balerina bakal mengerikan kalo sampai satu bulan nggak belajar ballet " ucap Vanila dan mengganti sepatu balletnya dan mengobati kaki jempolnya.
" Yah udah, nih ganti baju lo setelah itu kita pulang " ucap Arsya dan membantu Vanila berdiri dengan darah kaki yang masih menetes dikit-dikit.
" Kaki Vanila sakit nggak? " ucap Lydia yang menatap kaki Vanila dengan mata yang berair.
" Nggak nyeri doang, lo santai aja. Jangan lihati luka gue mulu, gue tau lo trauma sama luka gue " ucap Vanila lalu melepas genggaman tangan kawannya dari lengannya dan berjalan sendiri keruang ganti dengan kaki yang sedikit pincang.
🥀🥀🥀
Steven...
" Oi Ven diam-diam wae ngopi napa ngopi " ucap Bima yang menatap Steven diam-diam aja dipojok lapangan basket.
" Brisik Bim, diam aja lo " ucap Steven lalu melangkahkan kakinya kearah kelas nya berada. Tp tepat diruang tari.
" Van sudah dong, jangan terlalu keras sama diri lo " ucap seseorang dari dalam kelas dengan nada kesal. Dengan kepo Steven mengintip sedikit dan ternyata...
" Indah " gumam Steven saat menatap Vanila dari luar kelasnya dengan kagum.
Tapi tidak sampai 1 menit ia melihat, kaki wanita itu oleng dan mengeluarkan banyak darah.
" Van " teriak orang yang ada dalam ruangan itu, Steven ingin sekali membantunya namun harus tertahan, karna ia tak ingin identitasnya yang sebagai musuh membantu musuh
" Van sumpah gue udah muak sama tingkah lo, gue tau lo masih sedih sama kehilangan dia. Dia yang selalu mendukung lo, tapi selalu dihalang sama papa " Steven mendengar ucapan orang yang sangat mirip dengan musuhnya, siapa lagi kalo bukan Violet.
Saat Steven ingin melanjutkan kakinya dirinya terhenti lagi, semakin keponya dengan kelanjutan lainnya.
" Btw sih Dia siapa sih, kok gue nggak tau apa-apa soal identitas musuh gue. Nggak kek waktu gue masih bermusuh sama sih Raka, semua kelemahan dan kelebihan dia gue tau " gumam Steven dan setelahnya dia mengedikkan bahu dan lanjut menatap wanita itu yang sedang membungkus kakinya dengan perban.
" Nggak usah bawa-bawa dia, gue cuma mau fokus sama turnamen minggu depan. Gue udah terlalu lama break dari ballet, lo tau resiko balerina bakal mengerikan kalo sampai satu bulan nggak belajar ballet " ucap Vanila dari dalam dan selanjutnya dirinya menghilang dari ruang ganti.
" Keras kepala " ucap Steven lalu keluar menuju parkiran.
Setiba dirinya ingat akan sesuatu, segera dirinya merogoh teleponnya dan melihat jadwal yang ia tandai di kalender hpnya dan....
" 2 hari lagi " gumam Steven dan menutup hpnya tepat saat melihat jadwal yang ternyata akan mengunjungi seseorang yang sudah berjasa dalam hidupnya.
" Oi bro lagi-lagi gue jumpa melamun " ucap Bima diikuti oleh Nathan dan Alex dibelakangnya.
" Lo ikut hari jumatkan? " ucap Stevem pada Nathan dan Bima.
" Gue sesuaikan dulu sama jadwal manggung gue di Cafe " ucap Nathan membuat Steven dan Bima mengangguk.
" Sok sibuk lo bocah, biasa juga kalo sama Valen nggak ada atur-atur jadwal " ejek Bima membuat Nathan menatap sinis kearah Bima.
" Berisik " ucap Nathan dan meninggalkan Bima dan Steven begitu saja tanpa pamit.
" Bodoh cewek yang manfaati dia aja ditahan, gue kalo jadi dia udah gue bunuh tuh cewek kek Lio " ucap Steven dan setelahnya mereka meninggalkan sekolah yang berstatus sebagai rumah kedua mereka untuk menuntut ilmu
Jangan lupa Vote, comen and share
• Siapa Dia bagi Vanila?
• Apa Steven punya musuh namanya Raka, siapa Raka sih?
• Apa ini Nathan dimanfaati? Sama cewek bernama Valen?
• Lio siapa?
Nanti bakalan ada saatnya author perjelas
💚💚💚