Alaska High School...
" Pagi " sapa seseorang dari belakang. Ntahlah suara yang sudah lama dirindukan oleh seorang wanita yang berada dikelas 12 IPA 2.
" Ehm hai " sapa Vio yang kaku saat melihat Nathan duduk disebelah kursinya. Vio menatap Nathan yang mengeluarkan benda berbentuk persegi panjang berwarna pink dan bergambar hello kitty.
" Buat lo, gue tau lo belum kenyang dari rumah " ucap Nathan dan pergi meninggalkan Vio sendiri lagi dibangkunya.
" Kenapa lo harus tiba-tiba berubah disaat gue hampir mengikhlaskan lo sama takdir " gumam Vio menatap Nathan yang sudah bergaul dengan kaum adam yg gans" di kelasnya ( tenang aj kaum adam di kelas Vani juga gans kok ).
" Woi diam-diam wae sih mbak, ngopi napa ngopi " ucap Lydia dengan tampang tak berdosa mwngejutkan Vio yang melamun.
" Ck, untung lo anak pak Jeno coba aja anaknya pak Sandi udah gue sate pala lo " ucap Vio menatap datar Lydia yang masih sibuk menoyor-noyor pipi Vio.
" Ih lo tuh, dasar anak pak Gabriel " ucap Lydia dan melanjutkan aksinya mendekati Regi yang sedang nimbrung dikelasnya.
" Mulai dah tuh anak, awas aja kalo ditolak ngadi-ngadi ama gue. Gue sleding palanya " ucap Vio dan menutup telinganya dengan earphone miliknya.
Nathan...
" Diterima nggak yah kalo gue kasih bekal yang sama kek dulu " gumam Nathan menatap bekal bontot yang biasa ia beri saat masih berhubungan dengan Vio.
#bekalbuatvio
Nathan terus berjalan dari lorong kelas 11 menuju kelas 12, ia terus menghiraukan pujian dari adik kelas. Mereka hanya tau sifat luarnya, hanya Vio yg mengenal dirinya.
" Pagi " ucap ku yang sangat gugup saat melihat Vio yang melamun, ntahlah lamunannya seolah-olah menyimpan luka.
" Ehm hai " ucap Vio yang terdengar indah dikuping mata.
Suara yang sudah lama tak terdengar ditelinga ini, setelah setahun berpisah tanpa mendapatkan alasan yang pas - Batin Nathan menatap Vio yg tersenyum kaku.
" Buat lo, gue tau lo belum kenyang dari rumah " ucapku menatap mata Vio, dan diriku pergi meninggalkan Vio yang sudah menerima bekal dariku.
Nathan END...Vanila...
" Diam lo " ucap Vani yang masih terus ribut dengan Steven yang terus mengusilin dirinya.
" Bodo, Van van van van van van van " ucap Steven yang terus memanggili Vani tanpa henti, dengan geram Vani menyentil bibir Steven alhasil mengundang adu bacot diantara keduanya.
" Anjirt bibir gue, lo tuh " ucap Steven tak berlanjut setelah mendapat jitakan dari Vani yang membuat dirinya tambah kesal.
" Apa gue kenapa hah? Lo juga yang salah ngapa manggil-manggil nama gue tanpa tujuan yang jelas. Iya gue tau gue punya banyak fans, tapi nggak ada nge-- " ucapan Vani berhenti tepat saat benda kenyal menempel dibibir Vani, apalagi kalo bukan bibirnya Steven yang asal nempel nggak tau tempat.
" UWAW MUSUH BEBUYUTAN CIPOKKAN, OK FIX AUT- " ucapan Dodi terhenti tepat saat Vani melempar sebuah pena yang mendarat didinding sebelahnya dengan tepat.
" Lo cowok melebihi Hewan " ucap Vani dan pergi meninggalkan kelasnya yang sudah heboh, eit bentar Vani balik lagi dan....
Plakk...
" Ini peringatan buat lo, kalo fans jangan berbuat semena-mena sama orang yang lo fanskan. Karna orang itu bisa lapori lo ke jaksa hukum atas tindakan semena-mena dan ketidaknyamanan " ucap Vani dan sekarang benaran pergi meninggalkan kelasnya yang lagi-lagi heboh dengan tindakan Vani dan Steven.
Steven? Dirinya hanya memasang senyum lebar dibibirnya dan memegang pipinya yang ia rasa tak sebanding dengan tonjokan dirinya pada Raka.
" Perih sih banget njirt pipi gue, sakit sih kagak lecet sih iya. Bibirnya manis btw " gumam Steven dan ikut meninggalkan kelas dengam senyuman manis terpampang dalam bibirnya.
Kantin...
" Ehem mas bro, gimana mas cipokan ama musuh. Manis or Pahit bibir sih musuh? Apa ada sepahit diri lo? " ucap Bima yang membuat Steven berdecak kesal.
" Bacot " ucap Steven membuat Bima tertawa renyah.
" Uwuw berarti first kiss lo sama dia dong, awawaw awas sumpah lo yang kemaren lo ingkarin " ledek Nathan membuat Steven tambah kesal.
" Gue nggak ikut ngadi-ngadi lagi loh yh " ucap Bima membuat mata Steven berputar malas.
" Bacot " ucap Steven dan pergi memesan makanan buat dirinya makan
...." Sumpah gue lihat lo brapa hari blakangan ini asal ketemu dikantin muka lo masam kek orang abis putus cinta wae " ejek Arsya yang membuat muka Vani sudah datar tambah datar.
" VANI LO HARUS JELASIN INI " teriak Lydia yang sudah lari-lari kayak anak kecil dari pintu kantin tanpa sadar seseorang menjegal kakinya yang membuat dirinya terjungkal kedepan.
" Santai dong lo, mau ngajak ribut lo sama BG? " ucap Vio marah sambil menatap Jessica dkk yang tertawa renyah saat mendengar omongan marah yg dipikir hanya kata-kata biasa.
" Santai dong jangan ngegas gitu, gue cuma jadiin kawan polos lo tuh sebagai bahan tawaan kita aja. Benar nggak semua? " ucap Jessica sambil menunjuk semua anak Alaska seolah minta dukungan, tapi anak Alaska diam saja.
" JAWAB OI NGGAK USAH SOK TAKUT SAMA ANAK BG " teriak Vallen seolah-olah meminta dukungan. Tapi lagi-lagi seluruh sekolah diam termasuk para guru yang sedang bersantap ria di Kantin.
" Lo tau kenapa mereka nggak jawab? Karna seorang Bitch kek lo, nggak pantas buat dibela. Lo lo lo nggak akan ada bandingnya sama gue dan anak BG lainnya " ucap Vani yang sudah berdiri didepan Vio yang dan Arsya yang membantu Lydia pergi ke UKS untuk membersihkan lukanya.
" Kita sesama bitch itu jangan sok menutupi lh, lo juga sengajakan nyium s- "
Plak...
" Omongan lo dijaga, kalo lo blum tau kejadian perkara dan pelaku utama. Jangan berani-berani buka mulut " ucap Vani dan menarik Vio menyusul Arsya dan Lydia yang sudah di UKS.
" Shit pipi gue " ringis Vallen sambil memegang pipinya dan bibirnya yang sudah mengeluarkan darah segar.
" Val itu berdarah " ucap There sambil mengelap bibir Vallen.
UKS...
" Maksud lo apa nampar Vallen " ucap seseorang saat melihat Vani, Vio, Arsya yang sedang bekerja sama mencari obat untuk mengobati luka dilutut Lydia.
" Lo yang maksudnya apa, datang-datang kok ngegas " ucap Vani menunjuk Steven dengan nada tidak santai.
" Lo bisa bicara baik-baikkan sama dia? " ucap Steven menatap Vani dengan datar.
" Nggak dan nggak akan pernah. Satu lagi, gue nggak bakalan pernah diam kalo sahabat gue disakitin, gue nggak peduli itu berstatus apa buat lo " ucap Vani dan melanjutkan memperban lutut Lydia.
" Oh nggak bakal diam, terus kenapa waktu dia dalam keadaan kritis lo malah diam " ucap Steven dan melempar sebuah benda yang menganai kepala Vani dan meninggalkan ruang UKS.
Please, stop bahas dia. Gue nggak diam, kalo seandainya gue ada di Indonesia saat itu, gue bakalan hancuri yabg buat dia kritis sampai sekarang - batin Vani menatap foto dalam kotak tersebut.
" Gue nggak terima, Van jangan nangis. Gue urus sih Steven dulu, lo tangani Lydia sendiri Sya " ucap Vio dan beranjak dari duduknya membuat Vani menahan lengan Vio agar tidak pergi.
" Omongan dia benar. Gue ke kelas duluan, bye " ucap Vani meninggalkan teman-temannya yang berada di UKS.
Jangan lupa vote, comen and share
Sahabat💚💚💚