Chapter 2

173 19 9
                                    


Warning!
Typo!

.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Hyahh!! Gaah! Lepaskan aku! Apa ini?! Jangan!!"

Boruto terbangun dengan keringat dingin yang begitu banyak. Nafasnya terengah-engah disertai dadanya yang sedikit sesak. Mata birunya lalu menatap sekeliling, ia lalu mengernyit ketika menyadari ia tak berada dikamarnya. Dimana ini?

Ruangan itu berlapis kayu, baik tembok maupun lantai. Hanya ada satu futon yang ia tempati dan meja kecil ditengah ruangan. Ia juga bisa melihat sebuah tas kecil dan tas perlengkapan ninja. Ia lalu reflek menyentuh tas peralatan ninja miliknya yang berada ditempatnya. Ia tersadar sesuatu, perlengkapan ninjanya masih terpasang rapi ditempat seharusnya. Lalu, tas milik siapa itu?

Srrek

Segera setelah itu, pintu ruangan itu bergeser. Menampilkan seseorang dengan nampan teh disatu tangannya. Lalu dengan sekali tarikan, pintu itu kembali tertutup.

"Ah, kau sudah sadar rupanya."

Boruto berjengit kaget, ia reflek berdiri dan melompat dari atas futon. Merapat didinding kayu itu sambil menatap horror seseorang yang kini berjalan kearah meja, menaruh nampan berisi satu cangkir teh dan biskuit.

"Si-siapa.. " Walau kata itu yang terucap, namun ada sedikit keyakinan pada dirinya bahwa ia mengenal orang didepannya itu.

Tunggu-tunggu! Biarkan dia mengumpulkan hasil pengamatannya.

Orang itu kira-kira berusia 16 tahunan, dengan rambut coklat panjang yang terikat diujungnya serta ikat kepala yang juga Boruto miliki, Konoha. Walaupun ia tak pernah bertemu orang itu langsung, tapi setidaknya ia pernah melihat orang itu lewat foto, walaupun hanya beberapa kali. T-tapi ini tidak mungkin.

"Hei kau! Kau baik-baik saja?" Orang itu mendekat setelah menaruh nampan itu dimeja. Berjalan mendekat kearah Boruto yang semakin merapatkan dirinya ditembok seperti kepiting.

Tatapan horror, takut, bingung dan terkejut bercampur menjadi satu menghiasi mata biru turunan ayahnya itu. "Ja-jangan mendekat!"

Ini tidak bisa dipercaya. Orang yang seharusnya sudah mati tidak mungkin berdiri tegap dihadapannya. Kecuali jika memang orang itu adalah musuh yang menyamar. Kaki Boruto semakin melemas. Seolah seluruh sendinya menghilang dari tempatnya. Ia semakin merapat pada dinding ketika orang itu berdiri tepat dihadapannya. Tatapan serius dan juga sedikit tajam juga membuat Boruto semakin bergetar.

Sreek!

Pintu itu kembali bergeser, satu tangan halus nampak memegang samping dinding pintu sebagai tumpuan. Dari sudut mata Boruto, ia yakin dapat melihat seorang gadis muda berambut coklat dengan gaya cepol mengintip dari perpotongan pintu geser itu. "Neji, dia sudah sadar?"

Itu, suara bibi Tenten!

Lalu orang didepannya..

P-PAMAN NEJI?!

.

.

.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

What's up with time? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang