Dear diriku,
Sejak orangtua berpisah membuat keluargaku berantakan.
Tak ada lagi ikatan, hubungan semakin rumit, tak jelas siapa yang bersalah.
Semakin hari tubuh semakin menua
Proses pendewasaan terus berulang dengan drama kehidupan yang tak pernah usai.
Berada dalam satu atap bersama, sedikit kata tuk bercerita, menatapnya bagaikan orang asing.
Sudah lama tak bersua, menikmati secangkir teh hangat di pagi hari sudah tak terasa nyaman.
Entah apa yang dicarinya dari sosok ibuku.
Bekerja dari pagi hingga sore tak pernah lelah, sepeser gaji pun tak ia terima.
Dimanakah hatimu?
Miris melihatnya, tapi... Entah apa yang dicarinya.
Hanya kosong yang terus menguasai
Mungkin bosan dengan suasananya atau ia benci dengan keberadaan ku?
Terlalu diam tak baik, bila perbedaan terus membuat jauh.
Semakin hari aku semakin terasing
Membenci keadaan yang seharusnya penuh cinta
Memikul beban hanya sendiri mencari singgah tak kunjung ku temui
Wahai diri, apakah tak lelah dengan caramu yang seperti ini?
Mampukah aku berjalan dengan diam tuk menyimpan semua rasa yang tak seharusnya.
Semoga akan datang keajaiban untuk mengubah rumah ini menjadi tempat singgah yang nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Disini Duduk Sebentar
PoetryUraian kata yang diungkapkan tentang perasaan seorang diri. Harapnya orang lain akan mendengar.