Kita patah atau tumbuh, adalah hasil dari apa yang kita peluk.
"Bodoh!" gertak seorang gadis sambil memukul pohon Pinus yang berlumut dengan kepalan tangan kanannya. Dia tidak bersama orang lain, dia sendiri, bersama bayang hitamnya yang terbentuk di atas tanah lembab sebab cahaya purnama.
Bodoh, kali ini dia hanya merintih, sambil membiarkan badannya luruh terduduk di tanah. Matanya berkaca, pipinya memerah penuh amarah. Sedangkan di dahi kanannya ada darah segar yang mulai berhenti mengalir, kedua tangannya saling bertaut. Entah amarah, entah dendam atau duka yang teramat dalam. Dia masih enggan mengingat kejadian lima menit yang lalu, sebelum dia melarikan diri dari cengkeraman pengawal bangsawan yang berkuku tajam.
Malam semakin larut, purnama juga mulai beralih singgah, dan tubuhnya mulai dilahap kegelapan. Mungkin dia tidur dengan tenang, istirahat dengan sebenar-benarnya istirahat atau malah dia dibawa ke mimpi yang akan ia sesali saat bangun nanti.
***
Suara burung-burung mulai terdengar, embun-embun mulai tinggalkan genangan dan matahari di ufuk sana sudah tampakkan lidah apinya. Hutan yang semalam penuh dengan gelap, kini telah benderang dan gadis itu mulai menggerakkan badannya menggeliat.
"Aduh adudududu." Dia memekik pelan, sambil memegang perut bagian kirinya lalu menyibakkan baju hijau botolnya yang kotor sedikit ke atas untuk memeriksa perutnya. Seketika matanya melebar, ada lebam berwarna merah dan ungu kehitaman besar di sana. Ah, sepertinya dia lupa jika perutnya sempat dipukul keras hingga tubuhnya terbanting sebelum akhirnya diperintahkan untuk pergi oleh kakaknya.
"Aaa...." Dia bergumam pelan, lalu berjalan mengikuti suara air yang ia dengar samar-samar. Sesekali ia menatap pepohonan yang seolah ingin ia jadikan teman setelah semua terjadi padanya.
Dia membasuh mukanya, tanpa menghiraukan luka di dahinya juga sedikit meneguk air sungai itu dengan serakah.
"Pelan-pelan saja meminumnya!" Suara bariton yang tiba-tiba mengejutkannya. Dia benar-benar tidak berharap akan bertemu dengan seseorang saat ini. Lebih tepatnya dia takut jika itu adalah utusan bangsawan yang akan mengurungnya atau akan melucuti pakaiannya sebelum dikirim untuk dikurung. Ya, semua akhir dari penangkapan itu adalah 'dikurung di dalam ruangan pengap penuh ratap'.
"Kenapa ada seorang gadis di hutan sepagi ini?" tanya suara bariton itu lagi dan dia belum memiliki minat untuk melihat siapa yang telah menegurnya itu.
Angin terus berembus, air tetap mengalir, dan bayangan rambut gadis itu masih tetap terpantul kan di atas air sungai itu. Rambut yang ia ikat rapih kemarin sudah berantakan tanpa dia sadari.
"Aku Deri, orang yang tinggal di gubuk dengan genting daun Pinus di ujung sungai ini, di dekat air terjun. Tapi aku bukan orang hutan, ya," jelasnya lalu terbahak dengan ucapannya sendiri.
Sepuluh detik berlalu, gadis itu mulai berdiri dengan wajahnya yang masih menunduk, lalu mencoba untuk melihat laki-laki yang baru saja memperkenalkan diri itu.
Mereka terdiam, Deri dengan senyum simpulnya, sedangkan gadis itu menatap Deri dengan wajah tanpa ekspresi. Laki-laki jangkung dengan rambut coklat yang terlihat kusam akibat sinar matahari, kulit sawo matang, topi yang hampir bisa menutup seluruh mukanya jika dia pakai dengan benar dan peralatan memancingnya.
"Hei? Kenapa diam?" Deri terus memperhatikan gadis itu.
Buk(!)
Gadis itu memukul perut Deri degan keras, lalu berlari secepat mungkin meninggalkan sungai walau sesekali langkahnya tersandung dan napasnya tersendat, tapi dia terus berlari. Tanpa menyadari ada limbah yang keluar dari sudut kedua matanya. Dia teringat dengan perkataan kakaknya, "Tidak ada orang yang benar-benar bisa engkau percayai di dunia ini. Jikalau ragu, lebih baik tinggalkan orang itu. Keraguan hanya menjadi Boomerang bagimu."Waaah ... Ini update pertama untuk Hara. Yuk berikan vote dan komen agar saya bisa lebih semangat untuk lanjutinnya.
Arigatou buat yang sudah menyempatkan membaca. 😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Hara
AdventurePerjalanan Robert, Mona, Deri dan Mikel yang diawali dengan pertemuan satu-persatu di rimbunnya hutan perburuan. Pertemuan yang diawali dengan saling berteriak dan menyalahkan. Akan tetapi dengan proses itu ada pola kedewasaan yang terbentuk di dala...