Semakin sering bermasalah, semakin sadar akan adanya hikmah.
Bruk(!)
Punggung seorang laki-laki dan perempuan saling berbenturan ketika mereka mengendap-endap, di sebuah acara milik bangsawan yang diselenggarakan di dekat sumber air yang dari dulu belum pernah kekeringan. Keduanya terkejut, namun tidak menimbulkan suara gaduh, keduanya sempurna dalam memainkan peran menyamar. Siapa sangka, mereka adalah Deri dan gadis matahari itu."Kau?!" Deri tersenyum sambil melirik keadaan, berharap penduduk sedang sibuk mengelu-elukan kaisar dan jajarannya.
"Sedang apa kalian?" Tiba-tiba suara asing menegur mereka berdua yang bahkan belum sampai berbincang.
Belum sempat berkutik, laki-laki yang tadi menegur mereka dan satu laki-laki lain yang tadi ada di belakangnya langsung membekap mulut mereka dan membawanya ke pinggir hutan kali pertama Deri dan gadis itu bertemu. Ah, ralat. Mungkin lebih tepatnya mereka diseret.
Deri dan gadis itu dilempar ke tanah, lalu ditatap dengan tatapan penuh selidik. Deri memasang wajah datar, begitupun dengan gadis itu.
"Kalian siapa? Kenapa mengendap-endap seperti itu?" tanya laki-laki yang memiliki mata tajam, alis menawan dan tubuh atletis. Sedangkan laki-laki yang satunya hanya diam memandang sambil menyilang kan kedua tangannya di depan dada, menatap angkuh.
"Kalau kalian bukan sekutu para bangsawan, kita pun begitu," lanjutnya, "aku Robert dan ini, Mikel, dia adikku."
"Aku Deri dan ini gadis matahari, bukan adikku," ucap Deri lalu terkikik pelan.
Gadis itu yang merasa dirinya disebutkan Deri langsung melirik kesal, "Siapa yang kau bilang Gadis Matahari itu, hah?!" Nadanya sudah meninggi di awal kalimatnya.
"Lalu namamu siapa?" tanya Robert.
"Mona," jawabnya tanpa tambahan apapun.
Deri berdiri, disusul dengan Mona. Mereka berempat saling bertatap lama. Menilai satu persatu orang yang ada di depan mereka, orang yang bahkan baru sekali ditemui.
Robert berdehem, lalu mengajak mereka duduk menepi di samping pohon beringin tua yang tinggal kayunya saja, sedangkan daunnya sudah berguguran semua, sepertinya pohon itu mati belum lama ini.
"Sebelumnya, aku ingin memperkenalkan diri, sekaligus mengajak kalian bergabung denganku," ucap Robert sebelum keheningan tercipta di antara mereka semua.
Deri dan Mona masih diam, tanpa ekspresi. Membuat Robert menghela napas pelan, mengurut kepalanya pelan, berbisik pada Mikel yang ada di sampingnya. Sekian detik, Mikel mengangguk, lalu beranjak pergi, membuat pandangan Mona tertarik mengikuti kemana punggung laki-laki yang tak pernah bicara itu pergi.
"Jadi?" Tiba-tiba Robert kembali bertanya, "apa kalian mau?" lanjutnya, akan tetapi jawaban Mona dan Deri masihlah sama, mereka masih belum angkat bicara.
"Baiklah, akan kujelaskan latar belakangku dan Mikel, kemudian kalian ceritakan alasan kalian tidak bersekutu dengan bangsawan. Jika memungkinkan, lebih baik kita menuju perbaikan. Sekalipun tujuan kita berbeda pada akhirnya, akan tetapi alasan tidak ingin bersekutu mungkin akan membuat kita bisa berjalan bersama," ulas Robert sambil memandang Mona dan Deri bergantian.
Mona menganggukkan kepalanya pelan, sedangkan Deri mengiyakan dengan sebuah anggukan dan senyuman yang coba dia ciptakan.
"Aku dan Mikel, sebenarnya adalah putra dari salah satu ksatria kekaisaran Zreoya, musuh dari bangsawan kekaisaran Roeyiz. Tapi kami disini bukan pergi untuk kekaisaran, kami pergi atas kemauan diri sendiri, mengelana dengan beberapa orang yang memang bosan dengan peraturan bangsawan." Robert menjelaskan, lalu menatap Deri.
Deri mengangguk-anggukkan kepalanya, lalu melepas penutup kelapanya, memperlihatkan sebuah tanda di jidat kirinya. Sebuah tanda ketika persemaian kesatria kekaisaran Roeyiz. Bola mata Robert dan Mona sedikit membesar, sepertinya mereka terkejut dengan apa yang mereka lihat.
"Aku adalah salah satu kesatria Roeyiz." Dia memandang Mona dan Robert bergantian, "tapi satu tahun yang lalu aku melihat keganjalan di kekaisaran, ketika Tuan Syim dan Nyonya Becka menghilang dari barisan ketika kita mengelana mencari obat untuk salah satu kaisar yang sedang sekarat." Deri menunduk, lalu melihat Mona.
Mona diam, matanya berkaca, tatapannya kosong.
"Jadi? Saat ini kamu memilih melarikan diri dari kekaisaran sebab kamu merasa ada yang perlu diperbaiki?" tanya Robert, Deri mengangguk sebagai jawaban.
"Lalu kau?" Kini pandangan Robert dan Deri tertuju pada Mona yang masih diam membisu.
"Apa kamu tau kira-kira apa yang terjadi pada dua kestaria itu?" Mona memegang kedua pundak Deri, menatapnya penuh harap, sedangkan Robert terdiam melihat pemandangan di depannya.
"A-apa maksudmu?"
"Apa kamu tau ... apa yang terjadi pada mereka? Apa? Apakah kamu tahu? Jawab...." Mona menggoyangkan pundak Deri.
"Cukup Mona, nanti kita bertanya pada Deri lagi. Aku belum tahu apa sebenarnya yang kamu cari, tapi malam akan tiba, lebih baik kita istirahat dulu." Robert memberi perintah, Mona menurut, melepas tangannya, menjatuhkan pandangannya ke atas tanah berselimut dedaunan kering. Sedangkan Deri masih terdiam, mencoba menenangkan dirinya yang terkejut dengan Mona yang tiba-tiba bersikap seperti itu.
"Istirahat dimana?" Mona bertanya lirih.
Robert tersenyum, lalu membungkukkan badannya ke hadapan pohon beringin itu, mengusap dedaunan yang berserakan, memperlihatkan sebuah tombol kotak yang terbuat dari besi. Tangannya yang cekatan menggeser tombol blok itu, lalu menggeser papan besi yang berselimut daun itu. Mona dan Deri terperangah, siapapun pasti tidak akan mengetahui ada sebuah lorong panjang dengan tangga menuju sebuah ruang.
"Ini markas kita."
Haihaihai ....
Akhirnya update. Mohon maaf, ya. Karena kemaren saya harus istirahat dan memulihkan keadaan.Semoga bisa menebus keterlambatan update nya yah.
Sayang kalian 😁
Jangan lupa tinggalkan jejak, ya.
Karena part ini pun pendek, jadi semoga besok bisa update tanpa menunggu lusa, ya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hara
AdventurePerjalanan Robert, Mona, Deri dan Mikel yang diawali dengan pertemuan satu-persatu di rimbunnya hutan perburuan. Pertemuan yang diawali dengan saling berteriak dan menyalahkan. Akan tetapi dengan proses itu ada pola kedewasaan yang terbentuk di dala...