Chapter 1

70K 778 111
                                    


Happy reading...

Sebelumnya, bantu follow akun Instagram (_tessadaniela) juga follow akun Wattpad penulis!

⚠️ Dilarang plagiat cerita saya⚠️

⚠️ Dilarang menerjemahkan karya saya dalam bahasa asing dan jangan sekali-kali anda menjual karya saya sebagai milik anda atau bahkan meng-copy serta anda publikasikan pada platform lain! Karya saya hanya milik saya! Dan saya tidak pernah menerjemahkannya dalam bahas asing⚠️

Jangan Lupa vote sebelum membaca!

🔴🔴🔴

Revisi alur dari cerita LIAR 1 - VERO AMORE

Author's Pov

Tak pernah terbayangkan Oleh wanita berusia 24 tahun itu mengalami bagaimana kerasnya kehidupan rumah tangga. Merasakan bagaimana batinnya tersiksa, serta  fisik yang kerap menjadi pelampiasan amarah ketika pria yang menjadi suaminya itu marah pun tak dapat mengendalikan emosinya.

Ia bertahan selama dua tahun demi sosok yang ia dambakan pada kala itu. Tak pernah ia berpikir negatif jika kelak ia bersama pria itu, hidupnya perlahan runtuh bahkan terluka amat mendalam.

Pria yang ia kenal dulu, tak lagi menunjukkan sosok dewasa serta mengasihi hingga menyayangi seperti sedia kala. Pria itu berubah setelah enam bulan pernikahannya. Bahkan sampai ia tak kenali lagi, pria yang sempat membuatnya jatuh cinta, hingga ia ingin betul hidup bersama dengan pria itu.

Santa Gabriela Denada, pun menangis melihat sosok yang terbaring pulas setelah ia meniduri wanita itu. Tubuh telanjang penuh akan kebiruan, bekas cupang pun masih terlihat baru terukir indah pada leher jenjangnya.

Ia hanya pasrah ketika Joshua Maringga, suaminya itu meminta haknya dan melakukannya secara kasar hingga brutal sampai ia kesakitan dibuatnya.

Perlahan ia turun dari ranjang, bekas percintaan itu menyisakan seprai yang terlepas dari kasur juga sedikit bercak basah karena cairan suaminya. Dia pungut seprai itu, lalu ia masukkan pada keranjang penampung cucian kotor.

Ia langkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk membasuh diri, membersihkan sisa sperma yang sempat mengalir keluar, juga tak lupa ia mengeluarkan air seni sebelum kembali membasuhnya hingga bersih.

Ia rasakan bagaimana dinginnya air yang mengguyur tubuhnya, meredam rasa sakit pada tubuhnya, lalu air yang perlahan turun mengaburkan air mata yang telah jatuh membasahi pipinya.

Ia sakit, tersiksa, serta terluka karena ulah pria itu. Ingin pergi serta melepas masa pernikahannya, tetapi selalu ia urungkan sebab ia ingat bagaimana janji suci yang ia bersama suaminya ucapkan, dihadapan Tuhan, mereka berjanji untuk hidup semati, berjanji untuk saling setia, hingga maut memisahkan.

Namun ini terlalu menyiksa, Gabriela sudah tidak tahan lagi dengan tingkah laku suaminya yang semakin gila. Hari demi hari ia lewati dengan luka baru, bekas tangan pria itu yang dengan kejam memukulinya.

Hidup tersiksa dengan bekerja keras, serta merta hanya untuk menghidupi dia juga suaminya. Tiada kehangatan kala ia pulang, tiada sambutan bahkan pertanyaan simpel yang bisa saja mengembalikan semangatnya.

Pria itu terlalu kejam memperlakukannya, menyuruhnya bekerja, menghidupinya serta keluarga pria itu, dan beranggapan bahwa Gabriela adalah robot penghasil uang.

Semua ia tanggung sendirian, bahkan orang tuanya pun tidak mau perduli akan kehidupannya. Mereka hanya menyuruhnya bertahan, dan meminta untuk menuruti semua perkataan suaminya. Tak dapat diandalkan, itu lah kata yang tepat untuk keluarganya.

Entah berapa kali ia memohon hingga berlutut untuk meminta bantuan pada keluarganya. Namun hanya ocehan tentang pernikahan yang ia dapatkan tanpa berniat menyelidiki bagaimana suaminya itu memperlakukannya.

Ia usap kasar tubuhnya yang penuh akan luka, tangisnya pun semakin deras dikaburkan oleh air yang terus turun membasahi kepalanya.  Tubuhnya lelah , sangat lelah. Ingin sekali dia beristirahat dengan tenang, namun tak pernah ia dapatkan sebab banyaknya tanggungan yang harus ia selesaikan.

Banyak pekerjaan yang ia lakukan, pagi sampai sore menjadi seorang guru, dan sore sampai malam, ia bekerja di toko dengan gaji yang tak seberapa. Menghidupi suami dan keluarganya, bahkan untuk membeli kebutuhannya pun ia masih kekurangan.

Lalu pulang disambut dengan makian sang suami hingga kekerasan fisik pun ia terima. Bagaimana dia bisa bertahan jika hidupnya berjalan seperti itu terus menerus.

Ia tak sanggup, terlalu sakit, menyiksa dan bahkan amat sesak di dada ketika harus menahan tangis agar tidak bersuara. Ia ingin mengakhiri semua ini, pernikahan konyol yang sempat ia lakukan, dia ingin mengakhiri semua itu.

Joshua Maringga, dia akan mengakhiri pernikahannya dengan pria itu walaupun Tuhan melarangnya. Walaupun agama melarang, ia tidak akan goyah kali ini. Pernikahan ini sudah di ujung tanduk, tidak ada lagi keharmonisan di dalamnya, tidak ada kasih sayang, tidak ada dukungan, bahkan nafkah pun tidak ia dapatkan.

Semakin lama ia bertahan semakin rusak pula tubuh dan mentalnya. Lebih baik berpisah jika harus hidup bersama pria yang tidak tahu diri. Ia bukanlah budak yang bisa mereka suruh begitu saja, ia manusia yang punya hati.

Sudah Gabriela bulatkan tekadnya, ia akan mengakhiri pernikahannya, lalu hidup bahagia setelahnya. Persetan jika Tuhan marah padanya, ia hanya butuh keadilan, ia butuh kehidupan yang layak serta layak mendapatkan cinta, ia tidak mau lagi hidup terpuruk seperti ini, dia harus bahagia, harus!

Ia matikan shower yang mengalirkan air itu, lalu ia usap wajahnya dengan kasar, dan berbalik badan mengambil handuk yang tersampir di balik pintu. Ia basuh kering air yang menetes dari tubuhnya, lalu ia lilitkan handuk itu, dan keluar dari dalam kamar mandi.

Sejenak ia lirik sekilas kamar yang di tempati suaminya. Tak ada pergerakan, pria itu tengah lelap dalam tidurnya. Lalu ia pergi ke kamarnya yang berada di seberang kamar tidur suaminya, dan mengunci pintu setelah ia masuk ke dalamnya.

Mereka pisah ranjang sejak satu tahun yang lalu, setelah pertengkaran hebat diantara mereka, Joshua meminta Gabriela untuk keluar dari dalam kamar mereka. Kata pria itu, dia tidak sudi tidur dengan Gabriela seranjang. Namun kenyataannya, dia masih mencari Gabriela untuk memuaskan nafsunya.

Pria tidak tahu diri, berlagak semaunya dan menyiksa wanita yang berstatus sebagai istrinya. Terlebih keluarga pria itu yang terlalu banyak ikut campur, bukan dalam hal kebaikan, namun sama buruknya dengan anak laki-lakinya.

Gabriela sudah menyerah, bahkan setelah memakai baju tidurnya pun kini ia hanya menatap kosong pada cermin yang memperlihatkan wajah sembabnya. Ia hembuskan napas kasar berkali-kali, lalu melangkah menuju lemari, dan mengambil semua berkas yang perlu disediakan.

Besok pagi ia akan pergi ke pengadilan, menggugat cerai suaminya, dan hidup bebas setelahnya. Ia tidak menuntut apapun, toh memang mereka tidak memiliki apa-apa. Tidak ada yang perlu dipertahankan, semua sudah ia pikirkan matang-matang. Pernikahannya harus berakhir.

🔴🔴🔴

To be continued...

SCHOOL AFFAIR [REVISI ALUR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang