Chapter 3

39.7K 532 10
                                    


Happy reading...

Sebelumnya bantu follow akun Instagram (_tessadaniela) dan jangan lupa follow akun Wattpad penulis!

⚠️ Dilarang plagiat cerita saya⚠️

⚠️ Dilarang menerjemahkan karya saya dalam bahasa asing dan jangan sekali-kali anda menjual karya saya sebagai milik anda atau bahkan meng-copy serta anda publikasikan pada platform lain! Karya saya hanya milik saya! Dan saya tidak pernah menerjemahkannya dalam bahas asing⚠️

Jangan Lupa vote sebelum membaca!

🔴🔴🔴

Revisi Alur dari Liar 1 - Vero Amore

Author's Pov

Gabriela tampak bingung mencari murid dengan nama Manuel De Alterio yang beberapa kali ia sebutkan namanya. Ia tengah mengabsen semua murid di kelas, tetapi terjeda sejenak sebab si pemilik nama tersebut tak kunjung mengangkat tangan dan menunjukkan bahwa ia hadir dalam kelas ini.

"Manuel De Alterio?" Ia mengulangi, masih belum ada yang mengangkat tangan, dan dia berpikir kalau murid itu tidak datang pagi ini.

"Manuel tidak berangkat sekolah hari ini?" Tanyanya pada murid lain, dan murid lainnya itu justru menoleh ke arah belakang dan melihat pada dua murid laki-laki yang tengah melongo menatapnya.

Lalu satu murid perempuan menimpukkan kertas pada mereka, dan saat itulah mereka sadar jika mereka diperhatikan semua murid di kelas. Termasuk Gabriela yang kini tersenyum melihat wajah konyol mereka.

"Ah, Manuel. Ini Bu yang namanya Manuel," kata Sergio, dengan menunjuk teman sebangkunya. Lalu anak itu mengangkat tangannya serta tetap menatap sosok cantik Gabriela.

"Oke, kamu Manuel? Kayaknya kamu gak fokus ya pagi ini, apa kamu masih mengantuk huh?" Gabriela bertanya kembali, senyuman manis masih ia tunjukkan pada murid barunya itu, membuat Manuel mau tak mau menunduk dan menggigit bibirnya merasa malu.

Entah rasa apa yang ia rasakan sekarang, mengapa jantungnya berdetak sangat keras setelah melihat guru cantik itu pertama kalinya. Dan apa ini, wajahnya terasa memanas kala guru itu menegurnya dengan tetap tersenyum manis padanya.

"Manuel?" Panggil Gabriela lagi padanya. Dan anak itu lantas menatap kembali guru itu, namun sedikit ia tunjukkan wajah gugupnya.

"Iya Bu?" Balasnya, dan ia tampak konyol sebab merasa tidak fokus hanya karena paras cantik guru tersebut.

"Kamu masih mengantuk?" Gabriela tetap menatap Manuel dan anak itu perlahan mulai menguasai dirinya sendiri.

"Sudah bangun kok Bu, sempat gak fokus aja tadi. Soalnya terkejut, lihat bidadari di pagi hari," ungkapnya, membuat murid di kelas menatap jijik padanya. Sedangkan Sergio, ia malah menoyor kepala anak itu hingga Gabriela tertawa setelahnya.

"Sadar lo bego! Itu guru , jangan modus," bisik Sergio, namun tak gubris oleh Manuel.

"Jadi, bidadarinya dimana?" Gabriela menyahut. Dan Manuel mengacungkan jari telunjuknya pada Gabriela membuat wanita itu menatap bingung dan menaikkan satu alisnya.

"Maksud kamu saya bidadarinya?"

Manuel pun mengangguk, dengan wajah konyolnya ia tersenyum, hingga rentetan gigi pun ia tampakkan demi menyambut kedatangan guru baru tersebut. Membuat para murid bergidik ngeri menatapnya, dan Sergio menepuk jidatnya sendiri sebab merasa malu pada temannya.

"Oke, terima kasih sudah mengatakan kalau saya bidadari, sekarang kita fokus lagi pada absen," ujar Gabriela, tidak ingin lagi menanggapi ucapan anak muridnya, walaupun itu terdengar lucu di indra pendengarnya.

"Lo mah bikin malu," sahut Sergio pelan, sedangkan Manuel malah fokus pada Gabriela yang masih mengabsen satu persatu murid di kelas.

Dan setelah selesai mengabsen, pelajaran pun dimulai, Gabriela memberikan materi yang sempat diajarkan guru sebelumnya. Lalu ia menambahkan materi baru dan ia jelaskan dengan detail kepada murid barunya itu.

Dia mengajar mapel Bahasa Inggris. Seperti sebelumnya, ia pun mahir dalam pekerjaannya. Walaupun setelah perceraiannya yang terkesan sangat alot, kini ia merasa bebas menjalani hidupnya tanpa adanya beban.

Setelah ia berpisah, ia memutuskan pindah dari kota tempat ia tinggal dulu , dengan sisa gaji yang tak seberapa, ia nekat pergi ke kota lain untuk melanjutkan hidupnya. Dan berdirilah dia sekarang, di kota Jakarta, dan kembali bekerja sebagai seorang guru disalah satu sekolah SMA swasta.

Ia tinggal jauh dari keluarganya, dan tak ada niatan sekalipun ia pulang setelah ia resmi bercerai dengan mantan suaminya. Orang tuanya pun tak pernah ia balas ketika mereka mengirimkan pesan dan bertanya mengapa ia memilih untuk menceraikan suaminya. Padahal sudah jelas, mereka tahu apa jawabannya. Salahnya mereka hanya tidak mau mendengarkan keluh kesah anaknya, dan meminta Gabriela bertahan dengan pria tidak tahu diri itu.

Mana bisa ia menuruti permintaan orang tuanya, setidaknya jika mereka tidak bisa diandalkan, jangan membuat putri mereka terjebak dalam lingkup setan. Bertahan katanya? Dengan pria yang ia sesali itu, mana bisa ia bertahan.

Biarlah mereka menahan kesal dengan ulah Gabriela, dia hanya ingin hidup bahagia tanpa adanya rasa takut akan diperlakukan kasar seperti sebelumnya, biarlah ia menjalani masa jandanya dengan nyaman, tanpa rasa takut, tanpa adanya beban dari orang-orang yang ingin ikut campur dalam hidupnya. Dia sudah bahagia, walaupun masih hidup dengan gaji guru yang tak seberapa, ia masih bersyukur bisa hidup normal sekarang.

Bertemu dengan orang baru, murid baru, dan hidup dilingkungan baru, setidaknya itu telah membuatnya melupakan rasa sakit yang ia alami selama dua tahun terakhir. Kini ia merasa bahagia, berdiri tanpa beban, mengajar dengan semangat serta ia tunjukkan senyuman lebar pada anak muridnya.

Awal yang baru, ia hanya butuh sambutan hangat untuk ini. Dan dia sudah mendapatkannya, ia senang dengan sambutan anak muridnya, sambutan hangat dari rekan kerjanya, juga sambutan hangat ketika ia menginjakkan kakinya di kos tempat ia tinggal.

Semula  ia berpikir bahwa hidup di kota tidak ada bedanya dengan hidup di tempatnya dulu, kini ia tarik kembali. Jakarta lebih mudah untuknya bertahan hidup, dengan statusnya yang seorang janda, banyak dari mereka tidak meremehkannya serta merendahkannya.

Mereka fokus pada diri sendiri dan tidak perduli dengan masa lalu orang lain. Ini semua adalah keberuntungan untuknya. Ia tidak perlu takut ditanya mengapa memilih menjadi seorang janda, tak takut lagi ia jika seseorang mengetahui siapa dirinya.

Namun dia tidak paham betul bagaimana kerasnya kehidupan di kota besar seperti ini. Ini hanya permulaan, dia masih bisa tersenyum untuk saat ini, dan belum tahu apa yang akan terjadi dengannya pada masa yang akan datang.

Ia bebas dari masa lalunya, namun tak ia sadari jika dia sudah masuk dalam tahapan masalah yang baru. Hanya menunggu waktu, ia akan sadar bagaimana sulitnya bertahan hidup di kota besar ini, bagaimana orang-orang hidup butuh validasi, serta kesederhanaan tak lagi menarik di mata banyak orang.

🔴🔴🔴

To be continued...

SCHOOL AFFAIR [REVISI ALUR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang