ST - 21

63K 5.5K 158
                                    



HAPPY READING
Typo bertebaran ⚠


Itu cuman buat ilustrasi, bukan cast / visual gitu ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Itu cuman buat ilustrasi, bukan cast / visual gitu ya..

BAGIAN 21



Bulan sabit masih berada di atas kepala seolah tengah bercengkrama dengan burung hantu bertanduk bintang. Kenan menyeka kedua matanya dengan air dingin yang mengalir di balik kamar mandi berdinding putih. Keluar dari kamar mandi, Kenan melangkah mengambil jaket merah hati miliknya. Setelah bersarang ditubuh tegapnya, Kenan melangkah menuju garasi mobil.

Kenan memastikan pintu rumah terkuci rapat sebelum bertolak mengemudikan mobil hitam miliknya di jalanan malam ibu kota. Mencari tempat makan yang masih buka adalah tujuannya saat ini.

Kenan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Tadi dia terbangun saat perutnya meraung-raung meminta asupan makanan. Kenan bukan tipe pria yang pandai memasak—ketahuilah itu, belum lagi di lemari pendingin miliknya hanya tersedia beberapa bahan makanan. Kalau seperti ini Kenan jadi memikirkan untuk menjalin hubungan dengan Tary ke tahap selanjutnya—pernikahan misalnya.

Menyusuri jalanan yang tak begitu jauh dari rumahnya berharap menemui tempat penjual makanan berat yang masih buka ditengah malam seperti ini. Kenan merogoh saku celananya, mengambil ponsel yang bergetar menandakan sebuah panggilan masuk.

Lantas Kenan menurunkan kecepatan mobilnya, mengambil airpods dan mengubungkannya dengan panggilan masuk itu. Dia tidak mau menanggung risiko bahaya meskipun jalanan kini tengah lengang.

Tin.

Klakson dibunyikan Kenan ketika tiba-tiba seorang pengendara sepeda motor melaju tak beraturan dengan kecepatan tinggi. Kenan mendesis, pengendara semacam itu lah patut diberikan peringatan atau sanksi karena benar-benar sangat menganggu pengendara yang lain.

“Kamu lagi dimana? Kok kayak berisik.” Suara perempuan dari seberang memulai awal percakapan diantara mereka.

“Di jalan lagi cari tempat makan,” balas Kenan fokus mengemudikan mobilnya sesekali melirik ke kanan-kiri memastikan keberadaan tempat makan cepat saji.

“Kenapa gak ke apartemen aku aja? Kesini aja nanti aku buatkan makanan,” ungkap Tary.

“Sudah malem. Lagian jarak ke sana lumayan juga, mau cari yang deket-deket sini aja.”

“Jam berapa sih ini?”

“Sebelas lebih. Jam segini kamu belum tidur?” Kenan mengernyitkan kening.

“Belum. Gak bisa tidur hehehe.”

Awal Tary tak berniat menelpon Kenan. Namun, melihat last seen whatsaap laki-laki tu membuat Tary akhirnya memutuskan mencoba menghubungi Kenan.

Kenan berdecak keras, “Tidur!”

“Dibilang belum ngantuk juga,” tukas Tary sedikit sebal.

“Besok harus berangkat kan? Dipaksa tidur sana nanti ngantuk paginya sayang,” tegas Kenan.

“Makanya kamu ke sini aku bisa tidur nanti kalo ada kamu.”

“Jauh Tar, sudah malam juga.”

“Ya kamu nginap di sini dong.”

“Ada Calista kamu lupa?”

“Eh iya kok aku bisa lupa.”

Mata Kenan tak sengaja menangkap keberadaan rumah makan sea food di sebrang jalan sisi kanan. “Aku tutup, kamu langsung tidur!” Kenan bersiap memutuskan sambungan teleponnya.

Tary pasrah mendesah keras, “Ck. iya iya. Kamu hati-hati di jalan.”

“Hm.”

Kenan memastikan tidak ada kendaraan lain yang berada di belakangnya melalui kaca spion depan sebelum memutar setirnya menuju ke rumah makan sea food itu.

***

Selesai mengisi perut, Kenan melajukan mobilnya menuju minimarket dua puluh empat jam.

SECRET TARY [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang