Berkali-kali Stella menarik napasnya dengan kasar, ia tidak bisa menangis disini. Matanya harus tetap fokus pada monitor dan Brian yang terbaring di depannya. Waktu terus berjalan, 30 menit lagi adalah ulang tahunnya dan Brian. Seharusnya saat ini adalah hal yang paling bahagia untuknya dan Brian, bukan hanya itu saja Stella bahkan sudah menyiapkan hadiah yang paling istimewa untuk Brian dan ia yakin Brian pasti akan bahagia mendapatkannya.
"Sam, apa masih lama?" tanya Stella ke pada Sam yang tengah melakukan pembedahaan kepada Brian. Berkali-kali Stella mengamati monitor untuk memantau keadaan Brian sembari melakukan bagging untuk membantu pernapasan Brian. Stella masih saja khawatir meski ia tau tidak ada masalah yang di tunjukan oleh monitor mendakan bahwa oprasi saat ini masih berjalan dengan lancar walau beberapa saat yang lalu Brian harus menerima transfusi darah karena terlalu banyak mengalami perdarahan.
"Sebentar lagi, kau harus tenang Stella. Kita pasti bisa menyelamatkan Brian." Sam masih tetap fokus pada pekerjaannya. Ia tau Stella sangat khawatir, meskipun ini bukanlah kali pertamanya Stella menangani oprasi. Tetapi tetap saja jika pasiennya adalah orang yang sangat di cintainya ia yakin Stella tetap tidak akan bisa tenang.
"Jangan membuatku takut, Brian. Aku tau kau sangat kuat, ku mohon jangan mempermainkan ku seperti ini." Stella mengumpat dalam hati sembari menatap monitor. Jika sampai monitor menunjukan hal yang tidak ia inginkan, Stella bersumpah tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri.
**
Jam tepat menunjukan pukul 12 malam, Stella bahkan berkali-kali menghapus air matanya menatap Brian yang masih belum sadar penuh dari biusnya. Bahkan perwat yang ada disana terlihat bingung karena Stella terus saja menyuruhnya untuk terus memanatau Brian meski tidak ada masalah saat oprasi telah usai.
"C'mon, Stella. Brian baik-baik saja, kau sendiri tau betul kondisi Brian kini baik-baik saja."
Meskipun begitu tetap saja Stella masih sangat takut. Ia harus benar-benar memastikan sampai Brian sadar total dan bisa menggangunya dengan gombalan gombalan yang memuakan yang selalu ia dengar.
**
"Tarik napas. . . .keluarkan!"
"Coba kau kergakan tanganmu. . .lalu kakimu!"
Brian mendengus mengikuti intruksi yang Stella berikan. Bukan hanya bangsal rumah sakit, Stella pun terlihat menybalkan saat ini. Bisa-bisanya ia berkahir di rumah sakit seperti ini. Harusnya ia dan Stella berakhir di ranjang yang empuk bedua menikmati malam. Naasnya karena kecelakaan sialan kemarin malam membuat Brian harus berakhir di atas ranjang rumah sakit seperti ini.
"Sekaranga angkat. . . "
"Stop Stella, aku baik-baik saja!" Brian sudah bosan. Stella mengeceknya berkali-kali bahkan disaat dirinya sudah merasa baik sekarang.
"Tidak bisa, Brian. Aku harus memastikan semuanya."
Brian kembali mendengus, melihat Stella telalu khawatir seperti ini nyatanya tidak menyenangkan sama sekali. Dulu Brian selalu berharap mendapat perhatian dari Stella, tetapi jika berlebihan seperti ini juga sangat menjengkelkan.
Dengan cepat Brian menarik Stella untuk segera duduk di dekatnya. Memeluknya agar wanita itu tidak melakukan hal yang menyebalkan lagi.
"Aku tau kau sangat khawatir padaku, tapi sungguh aku baik-baik saja. Lihat, aku bahkan bisa memelukmu erat seperti ini." Brian memeluk Stella sampai benar-benar menempel dengannya, mendekatkan wajahnya kepada Stella agar Stella tau bahwa Brian baik-baik saja.
Stella tersenyum dan mengangguk pelan, "Yaa. . . Aku rasa kau memang baik-baik saja." Stella mendorong Brian pelan, mencoba melepaskan pelukan Brian namun Brian justru semakin memaluknya.
"Happy birthday sayang," bisik Brian pelan tepat di depan wajah Stella membuat Stella seketika saja tediam.
Dada Stella terada sesak seketika mendengarnya. Stella bahkan tidak bisa lagi menahan air matanya membuatnya langsung memeluk Brian dan menggelamkan wajahnya di pelukan Brian.
"Maaf," ucap Stella pelan sembari terisak, ia memeluk Brian jauh lebih erat dari Brian memluknya.
Brian menggeleng, "Hey, kenapa kau minta maaf. Ustt, jangan menangis." Brian mengusap punggung Stella menengkannya. Ia sendiri bahkan bingung kenapa Stella justru menangis seperti ini.
Stella melepaskan pelukannya, membiarkan Brian menghapus air matanya sembari tersenyum malu. "Kita seharusnya merayakan ulang tahun kita di tempat yang indah, aku bahkan sudah berjanji akan berdandan cantik dan memberikan mu kejutan. Tapi aku tidak melakukan itu."
"Hey, kau sudah cantik. Kau tidak perlu berdandan lagi untuk terlihat cantik."
Stella seketika saja tertwa sembari menangis mendengar jawaban Brian. Bahkan saat dirinya tidak tidur semalaman dan tidak mandi Brian masih mengatakan dirinya tetap terlihat cantik.
"Kita bisa mengaturnya lagi dan kau bisa memberikan kejutan itu padaku saat aku sudah pulang nanti."
Stella dengan cepat menggeleng, "Tidak, kau bilang waktu terus berjalan dan aku harus memanfaakannya dengan baik. Jadi, aku harus memberikannya sekarang."
Brian mengedarkan pandangannya ke berbagai arah sembari menatap Stella bingung. "Sungguh, tapi kau tidak membawa hadiahnya."
Stella merangkup wajah Brian, menahannya agar Brian hanya menatapnya. "Hadihnya ada disini."
Brian menatap Stella lekat, sesaat memang dirinya tidak mengerti apa yang Stella katakan, namun sesaat kemudia Brian tersenyum lebar menyadarinya.
"Me, i'm yours."
Perkataan Stella berhasil membuat Brian tercekat tidak dapat mengatakan apapun. Sungguh inilah hadiah yang paling indah bagi Brian. Tidak ada hal lain yang ia inginkan selain Stella, hanya Stella. Dan kini wanita itu sendiri yang menyerahkan diri kepadanya setelah sekian lama dirinya menunggu.
Brian tidak mengatakan apapun lagi, ia menarik tengkuk Stella dan meraup bibir Stella seketika itu juga untuk menujukan betapa bahagianya dirinya saat ini. Stella tau bagaimana perjuangan dirinya untuk dapat meyakinkan hatinya bahwa menyerahkan dirinya kepada Brian bukanlah hal yang harus ia ragukan lagi. Ketika Brian mendapatakan kepercayaan itu, maka Brian bersumpah akan menjaganya dan tidak akan pernah melepaskannya sampai kapanpun.
END
Kalau yang suka banyak, nanti aku bikinin spescial partnya. Jadi jangan lupa vote dan komennya yaaa 😍❤

KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Love [COMPLETE]
ContoBukan tentang seberapa besar cinta kita padanya, tetapi seberapa jauh kita mengenalnya. Bukan tentang seberapa banyak kita menyukainya, tetapi seberapa lama kita bisa mempertahankannya. Love - Hate it's not same But... Love - Hate it's a reason t...