01

1 1 1
                                    

Senin, 1 Maret 2021

Tepat tahun ke 2 setelah kita menikah. Tak ada yang diharapkan dari hari spesial ini.

Seperti tahun lalu, mungkin dia juga tak ingat dan tak peduli. Dia menikmati hari-harinya seperti biasa seolah tak mengerti spesialnya hari ini.

Nasya hanya menatap punggung suaminya yang kini menghilang di balik pintu rumah mereka. Mereka? Mungkin hanya Nasya yang merasa jika ini adalah rumahnya. Suaminya itu jarang pulang, mungkin sebulan bisa dihitung jari.

"Mas Gara lupa lagi deh." Ujarnya lesu. Dia berjalan untuk mengambil tas dan buku yanga ada di meja makan, lalu melirik makanan diatas meja itu. Semakin kusut wajahnya.

"Dia juga lupa sarapan, kalau mag nya kambuh gimana?" Kembali menaruh tas dan bukunya.

Nasya lalu mengambil wadah untuk menaruh makanan itu. Dia berencana menjadikan makanan itu untuk dijadikan bekal suaminya saat di fakultas nanti. Dia sendiri yang akan mengantarkannya.

Setelah wadah itu tertutup, barulah Nasya mengambil barang-barangnya kembali. Lalu berjalan keluar rumah tak lupa mengunci pintu. Jangan harap mereka akan berangkat bersama, kata Gara begini;

"Mobil gue nanti kotor kalau lo naikin.

Begitulah, Nasya yang hanya hidup menumpang hanya bisa apa? Tersenyum tipis layaknya ucapan itu tak berarti apa-apa.

*****

Fakulas kedokteran--fakultasnya Gara--sudah dihadapan mata, tinggal beberapa langkah laki dia sudah memasuki wilayah itu, namun Nasya urungkan kala melihat pemandangan di depannya.

Di kursi yang sudah di sediakan fakultas, terdapat dua insan yang saling duduk berhadapan seolah dunia hanya milik berdua. Pandangan perempuan itu tak berubah ke sosok di depannya yang sedang memegang sendok--memakan makanan yang mungkin buatannya, dan tatapan laki-laki itu pun seolah memancarkan kebahagiaan yang tak bisa diucapkan dengan kata-kata.

"Enak makanannya." Lantas laki-laki itu pun mengusak pelan rambut perempuan yang membuatkannya sarapan, yang hanya dibalas senyum malu.

"Dihabisin ya, kalau kamu mau lagi aku bisa bawain besok." Laki-laki itu pun hanya mengangguk. Mulutnya masih mengunyah makanan dengan pipi menggembung, terlihat jika makanan itu enak sekali.

Nasya yang melihat hanya meremat bekal yang dibawanya, matanya berkaca-kaca melihat pemandangan bahagia itu. Tak apa. Suaminya terlihat bahagia, itu sudah cukup membuatnya senang.

Hendak berbalik, namun diurungkan karena objek yang sedari tadi dilihatnya menoleh, cukup lama, cukup untuk membuat Nasya tersenyum, lalu memalingkan wajah.

"Dor!"

Nasya berjengit pelan, terkejut, lalu menoleh kearah perempuan seumurannya yang sedang cengar-cengir tak jelas.

"Hehe... Ngapain hayo di depan fakdok, nyari most wantednya ya?" Dahi Nasya mengerut samar.

"Most wanted?"

"Si Garam, kamu lagi nyari dia?" Dibalas anggukan Nasya. Lalu dibalas cekikikan Rasya, sahabatnya di fakultas psikolog. Salah satu alasan mereka menjadi dekat karena nama mereka yang hampir sama.

"Nyari tapi kok nggak masuk?" Lalu pandangan Rasya beralih ke arah pandang Nasya tadi, lalu bibirnya membentuk hurup O.

"Sama gebetannya ya? Gak heran sih, yang doyan sama tu bumbu dapur banyak, tapi dia masih tetep stuck sama tu cewek. Princess nya ni universitas rupanya." Gumam Rasya yang dapat di dengar oleh sosok dihadapannya.

"Princess?"

"Hooh, si Nani tu princess ni universitas, yang ngincer dia juga banyak. Cuman si Nani demennya sama bumbu dapur. Ckck." Rasya menggeleng dramatis.

Nasya menunduk lemah, pantas jika suaminya tertarik dengan perempuan cantik itu.

"Tapi asal kamu tau, kalau kamu di perbarui fashionnya, kamu bakal ngalahin jauh-jauh sama tu Nani." Nasya mendongak untuk menatap wajah Rasya.

"Di perbarui?"

"Iya, besok deh tak ajak ke mall, kita belanja baju, ntar aku jemput ke rumah kamu." Nasya hanya diam. Belanja baju? Dia kurang menyukai kegiatan itu, terlalu menghamburkan uang pikirnya.

"Aku traktir deh, nanti aku juga yang bakalan milihin baju-bajunya. Udah habis kegemesanku sama kamu yang setiap hari cuman pake tunik sama rok panjang yang polos gini. Hiih!!!" Gemas Rasya lalu mencubit kedua pipi tirus sahabatnya.

"Kok kamu makin tirus sih? Diet kamu?" Nasya sontak menggelengkan kepala, Rasya memicingkan mata mentap mata itu, lalu pandangannya teralih oleh bau samar-samar yang merambat ke hidungnya, bau bekal yang dibawa Nasya.

"Wah bawa bekal! Permisi aku buka ya!" Rasya lalu membuka kotak bekal itu, tak sadar jika orang-orang yang ada disekitar mereka menoleh kearah bau harum itu berasal, termasuk sosok yang tadi diperhatikan Nasya. Hanya ayam goreng lengkap dengan nasi dan sambal. Terlihat biasa namun sangat menggiurkan di mulut.

"Kalau kamu mau, makan aja, Sya, aku udah sarapan kok." Mata Rasya langsung berbinar.

"Waah beneran boleh? Makasiiih Nasya!!!" Rasya lalu memeluk tubuh kurus itu.

"Iya, beneran. Ayo ke fakultas kita, kelas masih 1 jam lagi, masih ada waktu." Lalu mereka berdua berjalan beriringan. Setiap orang yang dilewati menoleh kearah mereka, tidak-tidak, bukan mereka, hanya Nasya saja, wanita cantik berhijab yang berpakaian biasa, namun wajahnya sangat memikat dimata.

Benar kata Rasya, Nasya itu cantik, cuman kalau di ubah sedikit fashionnya, Nasya pasti mampu memikat laki-laki seluruh fakultas. Pun bisa mengalahkan tenarnya Nani-Nani itu.

*****

HOLLA! KETEMU LAGI NIH KITA DI CHAPTER YANG SAMA SEKALI GAK TERDUGA INI.

PERCAYA NGGAK SIH KALAU AKU BIKIN INI SATU JAM LEBIH? HAHA, AWALNYA NGGAK KEPIKIRIAN SAMA SEKALI, CUMAN TIBA-TIBA ADA MOOD BUAT BIKIN. DAN JADILAH INI.

SAMPAI KETEMU DI LAIN WAKTU DAN SAMPAI JUMPA!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 22, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

L I S T [[On Going))Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang