Part 3

1.1K 131 28
                                    

Mohon maaf untuk perubahan yang tiba-tiba ya teman-teman. Tapi ada salah satu reader yang request buat kata 'Kak Park' diganti hyung. Setelah kupertimbangkan penggunaan cukup bagus. Selain irit kata, juga lebih dapat kesan formalnya.

Maaf buat kalian yang mungkin terlanjur nyaman dengan 'kak park'. Semoga kalian tetep suka dan terbiasa dengan yang baru ini. Tenang, kata kak park yg sudah tertulis nggak akan aku hapus kok. Happy reading!

Last but not least, maaf aku udah lumayan lama nggak up:( akunku sempat gak bisa diakses guys... Ini baru bisa dan aku langsung up. Cheers🍻

Dalam satu hari, Chanyeol sudah melakukan dua kesalahan. Kini dia hanya bisa menatap nanar punggung Sehun yang membelakanginya.

Untuk kesalahan yang tadi, Chanyeol tak tahu apa Sehun akan memaafkannya. Semoga saja iya. Ia berharap-harap cemas menantikan hari esok. Tak sabar sekaligus khawatir dengan respon apa yang akan Sehun berikan besok.

Berkali-kali Chanyeol mencoba memejamkan mata. Tapi tetap tak bisa. Ia masih penasaran dengan kelanjutan insiden malam ini.

Yang pasti Chanyeol mendoakan yang baik-baik. Ia hanya ingin hubungannya dengan sang istri langgeng. Semoga saja.

***

Pagi-pagi seperti biasa, Chanyeol sudah bangun. Tadi malam, ia berhasil terlelap setelah hampir dua puluh menit terjaga. Ya, dia overthinking terhadapa respon Sehun padanya.

Dan hari ini tiba. Sehun melakukan tugasnya seperti biasa. Merapikan tempat tidur, memasak sarapan, juga mandi. Ini hari sabtu jadi dia tidak ada kelas.

Sama halnya seperti Sehun, Chanyeol juga sengaja mengosongkan jadwal hari ini. Berniat mengajak Sehun bicara dari hati ke hati. Juga meminta Sehun melupakan kesalahan-kesalahannya akhir-akhir ini.

Tapi meskipun mereka sarapan pada satu meja, Chanyeol merasa begitu jauh dengan Sehun. Bagaimana dia bisa mengajaknya ngobrol kalau sedari tadi Sehun bahkan menghindari bertatapan dengannya.

Keadaan hening. Tidak secerah sabtu pagi biasanya. Sehun belum mengeluarkan sepatah katapun semenjak ia bangun tidur. Sementara Chanyeol sampai sekarang sibuk mencari celah untuk bisa berbicara dengannya.

Sampai pada saat Sehun hendak bergerak membawa piring kotor ke westafel, Chanyeol menahannya. "Biar aku yang melakukannya."

Sehun diam saja dan membiarkan Chanyeol melakukan keinginannya. Dia tetap diam memperhatikan sampai Chanyeol mulai bergerak mencuci piring. Untuk tahu saja, semenjak menikah ini adalah kali kedua Chanyeol mencuci piring.

"Kau mau berjalan-jalan, Sayang? Aku kosong hari ini." Chanyeol membuka obrolan seraya mengoleskan busa sabun ke permukaan piring.

Sehun mengernyit. Selain karena bingung pada sikap Chanyeol yang tiba-tiba rela mengosongkan jadwal untuk berjalan-jalan dengannya, juga lantaran rasa pusing kembali menghinggapi kepalanya.

"Sayang?" panggil Chanyeol sekali lagi.

"Tidak usah, hyung. Aku ingin tiduran saja hari ini." Sehun menjawab.

Chanyeol tersenyum tipis. Tetapi tak terlihat lantaran posisinya membelakangi Sehun yang duduk di kursi makan.

"Maafkan aku, Sehun." Chanyeol akhirnya mengungkapkan perasaan yang mengganjal itu.

Sehun diam aja. Dia menunduk. Urung menjawab permintaan maaf Chanyeol.

Kini sang suami berjalan ke arahnya. Chanyeol membungkukan badannya. Merengkuh tubuh Sehun erat.

"Aku mohon berhenti mendiamkanku. Berhenti bersikap dingin padaku. Aku mengakui kesalahanku. Aku berdosa padamu. Maafkan aku."

Sehun tak tega. Tangannya terulur menyambut pelukan itu. "Aku sudah tak marah padamu, hyung."

Chanyeol bernafas lega. Dia melepas pelukan itu kemudian menatap Sehun berbinar. "Jadi kau mau ikut denganku?"

"Aku butuh waktu untuk yang satu itu. Maafkan aku." tutur Sehun.

Chanyeol memaksakan senyum. "Baiklah. Aku menunggumu. Ayo ke atas aku akan menemanimu tid—"

"Hyung, ponselmu bunyi."

Chanyeol bergegas mengangkat panggilan itu setelah sebelumnya ia sempat mendengus kesal.

"Halo?"

"...."

"Operasi mendadak? Apa dokter lain tidak ada di sana?"

"...."

"Astaga, ya sudah aku ke sana sekarang."

Chanyeol menutup telepon. Kemudian menatap Sehun dengan penuh rasa bersalah. "Maaf, sayang. Aku harus bergegas ke rumah sakit. Ada operasi mendadak."

"Tak apa, hyung. Tak perlu minta maaf. Bukankah itu memanf tugasmu?"

Chanyeol lega mendengar kalimat Sehun barusan. Ia hanya tak tahu bahwa Sehun berusaha mati-matian menahan air matanya. Ia merasa dikesampingkan, tapi berpura-pura seolah dia memahami tuntutan pekerjaan sang suami. Padahal, ia sudah cukup mengerti dan bersabar selama ini.

***

Sehun menangis sendirian di kamar lagi. Chanyeol sudah pergi tiga puluh menit yang lalu. Dan dia mulai menangis begitu Chanyeol berangkat.

Sakit kepala yang ia rasakan akhir-akhir ini, mulai menyerang kembali. Sehun berhenti meringis. Memegangi kepalanya yang berdenyut. Kali ini denyutannya lebih parah dari biasanya.

Selanjutnya, ia merasakan ada cairan yang meluncur bebas dari lubang hidungnya. Sehun merabanya. Dia mimisan.

Panik adalah hal yang sekarang menghinggapi Sehun. Mimisan bahkan belum berhenti dalam sepuluh menit. Ditambah kepalanya yang masih sakit. Tubuhnya juga lemas sekali.

Sehun menangis. Bingung apa yang sedang terjadi padanya. Dia rasa dia tak pernah jatuh. Tak pernah salah makan juga.

Sehun berjalan gontai menuju meja rias mengambil ponselnya. Hendak menghubungi Chanyeol. Tapi pandangannya mendadak gelap sebelum ia sempat menyentuh ponsel. Suara samar yang terakhir ia dengar adalah bunyi bell di rumahnya. Tuhan masih menitipkan penolong untuknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Far • ChanHunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang