kamu?

3 1 0
                                    

Seketika badan Early menegang saat mendengar pertanyaan dari sekretaris nya gitu. Robert sepenuhnya tidak mengetahui tugas yang di suruh oleh Early,dia hanya menjalankan tugasnya untuk mencari keberadaan seorang gadisnya.

" Tidak sekarang." Balas Early dingin, mendapat balasan dari tuannya Robert pun meninggalkannya.
______________________________________

Keesokan harinya

" Assalamualaikum, selamat pagi semuanya,ayah,bunda." Tanganku menarik kursi di sebelah ayah,di depan bunda,dan di samping ku makhluk paling rese sejagat raya siapa lagi kalo bukan Reza-abangku.
" Waalaikumussalam, selamat pagi juga anak ayah yang manis." Balas Aditya-ayahku.
" Enak aja anak ayah,anak bunda juga donk." Protes bunda
" Iya-iya aku anak bunda dan ayah." Dengan senyuman yang merekah,lalu dengan usil nya Difa mengambil roti yang sudah siap untuk di masukkan ke mulut Abang nya itu
" Lo yah jadi adek  gak ada akhlak banget."
" Paan si bang,udah deh." Geram Difa dan langsung mendapatkan gelengan kepala dari semuanya.
" Udah lah bang." Bela Aditya

Adek  gak punya akhlak,halo situ gak kaca tah bang, astaghfirullah hampir saja Difa mengumpat, gimana gak pagi-pagi udah di buat kesel aja,mana semalaman Difa gak tidur, gara-gara ngerjain tugas dari tuh dosen,itu juga beruntung di kasih tau sama Aina coba,kalo aku gak ngerjain bisa kena semprot sama pak dosen .
Meja makan adalah salah satu tempat di rumah ini yang paling aku sukai, dimana terdapat canda tawa, keributan antara aku sama abang,ke romantisan ayah-bunda dan lain-lainnya.

" Bang nanti Abang aja yah,yang nganter Difa ke kampus." Pinta Difa dengan memasukkan roti ke dalam mulut.
" Tumben nih."
Sebenarnya, Difa merasa selalu di awasi oleh orang-orang yang tidak Difa kenal,Difa  kira itu hanya kebetulan saja,tapi nyata mereka tetap mengawasi gerak-gerik ku dan Aina. Orang tua Difa tidak mengetahui hal ini karena Difa takut mereka khawatir.
" Yah,tau gak." Tanya Difa yang mengalihkan percakapan dengan Abang.
" Mana ayah tau nak.?" Balas ayah yang yang sedikit bingung,orang belum aku kasih tau,dasar.
" Beberapa hari terakhir ini,ada yang selalu mengawasi Difa sama Aina dari jarak jauh,Kirain Difa itu cuma kebetulan aja,tapi nyata nya gak yah,bun." Jelas Difa yang langsung mendapatkan tatapan aneh dari mereka, emang apa yang Difa bilang tadi ada yang salah tah. Tapi emang itu kenyataan.
Setelah Difa berbicara seperti itu, keadaan menjadi tegang, dan situasi ini paling Difa benci.
" Difa udah,yuk bang anter ke kampus." Sekali lagi pinta Difa pada Reza. Abang nya
" Ya udah yuk,yah bun Abang sama Difa berangkat dulu yah." Dengan raut wajah yang masih tersisa ketegangan
" Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh yah bun." Ucap kami berdua tanpa lupa untuk menyalami tangan mereka.

***

Ketegangan masih menemani mereka di meja makan, seakan-akan apa yang mereka takutkan akan terjadi,dan sekarang dia sedang mengawasi putri samata wayang nya itu.

Berkali-kali Aditya menghempaskan nafas nya dengan gelisah "Apa yang kita takutkan selama ini terjadi." Aditya melihat istrinya yang juga merasakan nya apa yang dirasakan nya
" Semenjak Intan dan kakakmu itu, menitipkan Adifa pada kita. Rasa takut itu datang begitu saja." Balas Irna yang mengingatkan kembali kejadian sepuluh tahun yang lalu.

" Halo semuanya." Sapa orang itu
" Early."

***
Sesampai nya di kampus,  melangkahkan kaki menuju ke
dalam gedung fakultas yang ku tekuni.
Banyak pasang mata yang sesekali
memandang ke arah ku, ada yang
sinis, penasaran ataupun tersenyum
manis ke arah aku.
Dan aku? hanya berusaha
untuk mengabaikan orang-orang
yang memandang sinis atau bahkan
secara terang-terangan menghina diri
Ku. Maklum, mungkin karena cara
berpakaian ku berbeda dengan
mereka. Lagipula, apa ada yang salah
jika anak muda seperti nya menjadi
gamis dan hijab yang panjangnya
hingga ke paha ku?
Memakai hijab? Mereka juga pakai
kok, tapi mereka hanya memakai nya
untuk fashion atau pun sekedar untuk
menutup kepala, tapi mereka tak tahu
fungsi dan kegunaan hijab sesungguh
nya.
Hijab adalah benda yang wajib bagi
setiap perempuan yang sudah baligh,
hijab memang sebuah kain, namun
kegunaan dan manfaat nya sangat
besar. Dan juga banyak orang yang
salah mengartikan cara pakai nya.

karena di zaman ku tinggal, banyak perempuan yang memakai hijab
namun malah menampakkan dada
nya, dan ada juga yang memakai hijab
namun pakaian nya ketat.
aku diam bukan berarti mulutku tak gatal ingin menasehati
perempuan-perempuan yang masih
salah dalam penggunaan hijab, namun,aku terpaksa harus diam karena sadar akan posisi .Dulu bunda pernah bilang,Perempuan itu kerja nya bersih-bersih rumah, tapi bukan berarti perempuan tidak bisa mendapatkan pendidikan yang tinggi. Kasihan rasul kita tercinta sudah capek-capek menaikkan derajat
wanita dan juga Allah SWT yang
meninggikan derajat wanita, contoh lah ibu Kartini, beliau anak pejabat, orang berada, tapi hampir menjadi wanita yang hanya kerja di rumah, beliau mampu berdiri dan mengemukakan emansipasi wanita, jadi jangan sia-siakan. perjuangan mereka, dan jangan buat harga diri perempuan rendah di mata masyarakat maupun dunia.

Kelas demi kelas telah ku lalui,Ada sedikit rasa aneh yang kurasakan  saat melangkahkan kaki menaiki
tangga dan menuju ke arah kelas milikku. Detik selanjutnya aku hanya bisa menghela
nafas panjang, sudah beberapa hari terakhir ini aku seperti sedang di ikuti oleh seseorang.
Kadang aku heran, diri ku sudah
memakai busana muslim dan
insyaallah dengan pakaian nya ini aku
akan terlindungi, namun apa? Para
laki-laki masih saja betah menggangu
nya dan melontarkan berbagi macam
rayuan dan gombalan nya. Untung saja aku memiliki seorang sahabat yang bisa melindungi dan menasehati ku, tentang modus nya laki-laki.
Ketika aku menanyakan hal itu kenapa mereka selalu mengganggu diriku,
padahal aku hanyalah gadis biasa, dan
masih banyak gadis cantik di luar sana,
jawaban mereka hanya satu! 'ukhti
berbeda
Huh, aku hanya bisa menggelengkan
kepala dengan heran. Ada-ada saja
tingkah anak laki-laki di sekitarnya.
" Difa." Suara itu,aku kenal sekali,gak ini gak mungkin. Aku hanya bisa diam membisu tanpa ada niatan untuk melihat sosok yang berada di belakang ku.
" Difa." Panggilnya yang sudah di hadapanku.

Tidak

" Ka...mu..." jawab ku dengan gugup dan mata ini ingin sekali melihat sosok nya.


















Jangan lupa vote and komen nya:)

masa lalu yang datang Menyapa (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang