kehilangan

4 1 0
                                    

***

"Huh, lama amat sih! Keburu dingin
lagi nih makanan!" Sedari tadi Aini selalu menggerutu dengan kesal. Sudah 10 menit Difa pergi ke toilet dan hingga kini gadis itu tak kunjung kembali, "Apa tuh anak diare kali, ah gak mungkin"
Ai! Maaf telat!" Aini lalu menoleh ke arah sumber suara, ia melihat difa tengah berlari ke arah nya. "Kenapa sih? Kok lari? Dan kenapa juga ke toilet nya lama amat!" Difa hanya diam dan berusaha untuk menormalkan nafas nya. "Ck, lari
beberapa meter aja udah ngos-ngosan,
lemah" Difa lalu menajamkan
pandangannya ke arah Aini.
"Th kamu tuh ya! Namanya aku
jarang olahraga!" Kesal Difa sambil
mencubit kedua pipi Aini dengan kesal.
Sementara itu Aini hanya bisa meringis kesakitan. "Aww lepas Difa! Sakit
Woi" Teriak Aini dengan kencang.
Dan akhirnya dua gadis itu memulai
aksi saling mencubit nya selama
beberapa menit, ketika kedua nya lelah,mereka lalu berhenti dan akhirnya dua gadis itu memulai
aksi saling mencubit nya selama
beberapa menit, ketika kedua nya lelah,
mereka lalu berhenti dan kemudian
tertawa geli akan aksi nya.
"Ngomong kamu kenapa sih tadi, kok
buru-buru amat kayak di kejar setan."
Ucap Aini lalu meminum jus nya.
"Oh itu, aku kayak di ikutin sama
seseorang dan parahnya lagi aku ketemu sama dia Ai." Ucap Difa sambil mengingat-ingat kejadian beberapa menit yang lalu.
" Apa." Teriak Aini sekaligus kaget dengan apa yang Difa katakan barusan.
" Bisa gak si kamu kalo ngomong gak usah teriak-teriak segala, bisa-bisa kuping aku jadi budhek "
"Iya-iya maaf, dari kapan kamu ada yang ngikutin? Terus kok kamu bisa ketemu sama dia lagi si?" Tanya Aini yang bertubi-tubi
lalu menatap heran ke arah Difa.
Difa menundukkan tubuhnya, ia lalu
mengajak Aini untuk ikut menunduk.
" Satu-satu kali nanya nya,aku ngerasa di ikutin tuh dari dua tiga hari kemarin Ai,Tapi kali ini beda, yang ngikutin aku itu kayak monster! Badan nya tinggi besar, terus mereka itu mukanya nyeremin dan kalo masalah aku ketemu sama dia, aku juga gak tau, tau-tau dia manggil aku aja" Ucap Difa sambil menggeleng kan kepalanya. "Percaya deh, kalau kamu yang lihat secara langsung, pasti juga merinding!" Aini lalu berusaha untuk berpikirkeras.

"Mulai besok, kamu harus lebih
hati-hati, aku khawatir kalau nanti ada yang punya niat jahat sama kamu!" Ucap Aini dengan tegas.
Difa lalu mengangguk dengan paham,
jika Aini sudah berbicara dengan tegas,itu artinya gadis itu sedang membahas masalah dengan serius dan akibatnya bukan main-main jika Difa tak melaksanakan nya.
"Yaudah, habisin makanan nya. Bentar lagi kita ada kelas." Ucap Aini dengan nada yang kembali normal.
Difa mengangguk dengan patuh,
kedua gadis itu dengan khidmat
memakan makanannya.
Mata elang milik Aini tak lepas dari
seorang pria yang duduk di pojok
kantin, Aini diam bukan berarti dia
tak tahu, insting nya terlalu kuat untuk
melindungi diri nya dan orang yang ia
sayangi.

Kau benar Difa, ada seseorang yang
tengah mengikuti mu"

"Entah kenapa, tapi aku merasa
masalah kali ini serius, berhati-hatilah
di jalan ok. Selalu waspada!"
Kata-kata yang Aini sampai kan sukses
membuat Difa merasa was-was. "Tuh
kan! Kok sekarang aku jadi parnoan
gini, semoga aja enggak ada yang
punya niat jahat sama aku ya Allah!"
Ucap Difa dengan sedikit takut.
Gadis itu melangkah kan kaki nya
menuju ke arah halte bus.
Raga nya memang bergerak menuju ke
arah halte bus, namun pikiran Difa
sudah berterbangan entah kemana.
Perkataan Aini cukup membuat nya
merasa takut, di tambah beberapa
waktu ini Difa juga merasakan jika
dirinya tengah di awasi seseorang.
Sesampainya di halte bus, Difa
duduk dengan tenang. pandangannya
berubah menyendu.

***

Tin tin.

Lamunan gadis itu buyar setelah
mendengar suara klakson dari bus
yang baru saja datang. Dengan cepat
Difa segera masuk ke dalam nya, di
dalam bus Difa mengambil tempat
duduk di belakang kali, karena kali ini ia ingin sekali menyendiri dan menjauh dari keramaian.10 menit bus itu melaju dengan kencang, tiba-tiba benda beroda itu berhenti. Rupa nya supir bus mengatakan bahwa ia akan berhenti di halte yang kebetulan dekat dengan sebuah masjid.
Tak beberapa lama mereka berhenti,
azan ashar berkumandang dengan
lantang, memecah keheningan hari
menjelang sore itu.
Niat awal Difa tadi yang ingin cepat
pulang kini berbelok menuju ke arah
rumah suci Allah. Waktu masih banyak,
tak apa jika ia solat berjamaah di
masjid dan baru pulang ke rumah.
Lagipula jika nanti dia mengundurkan waktu telah solat, pasti bunda nya akan marah.Difa tahu bunda nya itu sangat cerewet,
galak, pemarah! Namun, beliau marah
demi kebaikan Difa, agar Difa tak
berbelok ke jalan yang salah.
Difa segera masuk ke dalam masjid,
meletakkan tas nya di atas sajadah
dan segera melangkah ke arah tempat
pengambilan wudhu, ia lalu mulai
melaksanan ibadah nya dengan khusu.
Setelah selesai melaksanakan ibadah
nya, rasa tenang Difa rasakan. Setidak
nya saat ini ia masih punya Allah untuk
membuat nya tenang.
Difa lalu segera sedikit membenahi
penampilan nya, setelah selesai gadis
itu segera melangkah ke arah luar
masjid. Difa lalu memasang kaos
kaki dan sepatu milik nya, gadis itu
mengiringi kegiatan nya sembari
bersenandung kecil.

Rasanya lelah karena mata pelajaran yang cukup menguras tenaga dan pikiran di tambah jalanan yang macet, membuat Difa ingin cepat-cepat sampai di rumah dan mengistirahatkan badan juga pikiran nya, bis yang Difa naikin telah sampai pada halte yang dekat dengan rumah nya,Difa hanya perlu berjalan kaki sebentar untuk sampai tepat di depan rumah nya.

"Assalamu'alaikum" Difa melangkah
kearah bunda nya yang membukakan pintu untuk nya.
"Anakku" suara lirihnya terdengar
entah kenapa membuat Difa ingin menangis saat mendengar nya
"Ada apa bun?" Ucap Difa memeluk Intan
"Maafkan bunda nak" hanya itu yang dia dengar
"Maaf putriku" ucapnya lagi
membuat Difa bingung
"Bunda.. ada apa?" Saat ku lepaskan pelukannya aku
melihat darah di tanganku dan aku
baru sadar baju ibuku penuh bercak
merah
"Bunda?" Ada apa sebenarnya yang membuat difa tidak tahu
Yang kulakukan hanya menatap wajah Bunda nya yang memar dan tangan yang penuh darah
Membuat punggung gamis milik Difa
membentuk tangan dengan bercak
darah.
"A.ayah?" Air mata Difa masih keluar,
namun bukan air mata bahagia saat melihat keduanya, jauh
dari kata bahagia
Hatiku sakit melihat ibu dan ayah dalam keadaan seperti itu
"Pergi" satu kata 5 huruf yang merasa
bahwa duniaku runtuh
"Pergi! Jangan sampai dia melihat mu" Dia? Siapa Dia? Tanya Difa dalam hati
"Bunda... Ini ada apa.?"
"Kubilang pergi! Sudah jangan banyak tanya.!!!" Perintah Irna pada Difa dengan nada bicara yang tak pernah Difa dengar sebelumnya.

Prok prok prok

Suara tepuk tangan itu berasal dari Early sendiri tanpa mereka sadari. "Kenapa kau menyuruh nya pergi dari ku."
" Apa yang kau ingin kan." Tanya Irna dengan melindungi sang putri. Difa. Dari orang di hadapan nya itu
" Kau masih bertanya apa yang aku ingin kan, wanita tua......."
" Jaga bicaramu tuan." Suara ku naik satu oktaf dan itu membuat bunda terkejut.
" Anda tidak berhak menghina bunda ku,kau paham." Sambung ku
" Hah,apa dia bunda kamu,ouhh berarti selama ini kau belum mengetahui apa yang telah terjadi." Balas Early yang terkejut mendengar ucapanku tadi.



































Tolong tinggalkan jejak kalian dengan vote and comen.

masa lalu yang datang Menyapa (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang