Suara burung yang tengah bersiul menandakan bahwa malam telah berakhir begitu cepat. Jovan menyipitkan kedua matanya, merasa sangat terganggu dengan ulah matahari. Ia masih ingin tidur. Memeluk seseorang yang semalam menghabiskan malam panas bersamanya.
Jovan mengeratkan pelukan, udara masih terlalu pagi untuk dihirup, jadi ia mencoba untuk melanjutkan tidurnya, memeluk Stella dengan hangat, namun entah kenapa pelukan ini terasa berbeda, terasa dingin, kosong dan hampa.
Menyadari ada kejanggalan yang terjadi. Jovan refleks langsung membuka kedua retinanya. Dan menemukan bahwa yang dipeluknya saat ini bukanlah Stella, melainkan sebuah guling yang sudah kehilangan kehangatannya.
Terkejut dengan apa yang ia lakukan. Jovan langsung melempar guling itu tanpa perasaan. Kepalanya mengedar ke seluruh ruangan. Ia mencoba mencari keberadaan Stella namun nihil kedua matanya tidak menemukan wujud Stella di mana pun.
Apakah semalam hanya mimpi?
Bangkit setengah berbaring. Otomatis membuat selimut yang membalut tubuh kekarnya merosot. Jovan masih telanjang. Dan itu adalah jawaban dari pertanyaannya bahwa semalam memang bukan mimpi. Dia benar-benar melakukannya bersama Stella bahkan bekas darah keperawanan Stella masih tercetak jelas di sprei putih yang ia tiduri.
"Ke mana wanita itu? Apa dia menyesal?" gumam Jovan sendirian. Ditemani udara yang begitu membekukan.
Saat ini ia merasa menjadi lelaki bodoh. Ditinggalkan oleh wanita setelah mereka melakukan having sex begitu hebat semalam.
Jovan bergegas turun dari ranjang. Memunguti serpihan pakaiannya untuk dipakai kembali.
Kaki panjangnya melangkah ke arah nakas, berniat untuk mengambil ponselnya, mencoba menghubungi Stella. Namun Jovan terkejut bukan main saat melihat di dekat ponselnya ada sebuah note kecil tersampir dengan selembar cek terselip di atasnya.
Jovan penasaran, ia bergegas meraih note itu dan membacanya.
*Maaf sudah memaksamu untuk melakukan seks denganku.*
Selesai membaca, Jovan meraih selembar cek tersebut dan melihat angka yang tertera di sana. Nominal yang sangat tinggi untuk melayani wanita yang masih perawan hanya dalam satu malam.
Jovan terdiam, mencerna buruk semua ini. Dan otaknya meresa terlecehkan. Tanpa pikir panjang Jovan segera meremas lembar cek tersebut dengan kuat.
Apa maksud Stella?
Wanita itu sendiri yang melemparkan tubuhnya untuk di nikmati dan sekarang wanita itu sendiri yang membuangnya seperti lelaki rendahan. Jelas-jelas Stella membayar harga dirinya hanya untuk servies satu malam.
Cih! Dia bukan pelacur kan? Bahkan mendengar pertanyaannya sendiri saja sudah sangat membuat Jovan mual. Ia lelaki tulen yang tidak layak mendapat predikat menjijikan tersebut.
Tidak mau berpengaruh, Jovan segera membuang note dan satu lembar cek yang diberikan Stella ke tempat sampah. Ia tidak peduli dengan kejadian hari ini. Ia lebih peduli pada waktu yang kini sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Dan ia harus bergegas ke bandara karena waktu keberangkatannya sebentar lagi.
Mungkin kejadian panas semalam Jovan anggap sebuah kesalahan. Ia akan melupakan malam panas itu, semuanya. Tanpa sisa dan berakting bahwa tidak pernah terjadi apapun pada mereka berdua.
***
Jovan terduduk tenang di kursinya. Sudah satu bulan ini, setelah selesai melakukan aktivitas kerja, ia menyempatkan untuk datang mengunjungi tempat orang-orang berenang dalam kubangan dosa hingga hancur.
Ternyata benar kata Rose, semua keliaran, dan minuman alkohol akan sedikit lebih membantu dari rasa frustrasi yang mendera.
Jadi Jovan hanya menghabiskan waktu istirahatnya di tempat laknat langganan Rose saat wanita itu masih menjadi incaran para kaum adam di Indonesia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paksaan Ternikmat (END)
RomanceBerawal dari rasa penasaran Stella terhadap Jovan yang tidak tergoda pada tubuhnya sedikitpun. Membuat Stella berbuat nekat dengan memaksa Jovan untuk melakukan one night stand bersamanya. Paksaan ternikmat itu akhirnya membuahkan masalah besar pad...