Bodoh!

12.5K 799 24
                                    

Walaupun part kemaren gk nyampe target tapi yaudah lah up aja. 😅
Gk memungkinkan juga bisa nyampe 400 vote. 😥

Setelah 3 menit mereka berlari dari kecurigaan petugas keamanan. Mereka akhirnya tiba di sebuah ruangan bernuansa peminim. Dan sudah bisa Jovan tebak. Ini adalah sebuah kamar, dan Stella membawa ia masuk ke dalam kamar wanita itu?

"Ini kamarmu?"

Pertanyaan itu membuat Stella menoleh. Kepalanya mengangguk membenarkan pertanyaan Jovan.

"Aku mempunyai pintu rahasia untuk sampai ke kamarku tanpa terlihat siapapun," ucapnya menjelaskan. Namun tanpa Stella sadari hal ini malah membuat keadaan lebih canggung. Terlebih posisi mereka yang kini sedang terduduk di sisi ranjang. Menetralkan napas mereka yang memburu karena berlarian tadi.

Jovan terdiam. "Dan kau memberitahukannya padaku?" Bukankah ini tempat cukup privasi untuk lelaki asing seperti dirinya masuk kemari?

Tersadar akan ucapan Jovan yang tersirat, Stella langsung menundukkan wajahnya. Dia malu, bisa-bisa Jovan berpikir yang tidak-tidak. Kenapa ia harus membawa Jovan ke sini sih.

Bodoh!

"A-aku-"

"Yasudah lupakan. Aku hanya ingin memperjelas sesuatu padamu."

Stella yang kehilangan kata-kata kini mulai menatap Jovan dengan tatapan bingung. "Memperjelas?"

"Hm, apa kau mencintaiku?"

Stella sontak terkejut. Mengapa Jovan menanyakan hal ini. "A-apa? Kenapa bertanya seperti itu?"

"Apa pertanyaanku ada yang salah?"

Merasa ucapannya terdengar salah ditelinga Jovan Stella langsung menggeleng. "Tidak."

Tatapan Jovan terlihat semakin serius. "Apa kau mencitaiku Stella," tanyanya sekali lagi. "Kau tau aku hanya orang biasa, tidak sebanding denganmu. Aku tidak bermaksud untuk berlari dari tanggung jawab. Jika kamu benar-benar mencintaiku. Aku akan berjuang sampai kita menikah, meskipun sangat kecil kemungkinan Tuan Ben akan menerimaku menjadi suamimu."

Stella terdiam. Ini terdengar seperti lelaki yang sedang mencoba melamar kekasihnya. Stella tersadar bukan saatnya tersipu sekarang.

Kuku jemari Stella saling mengutis, ia gugup, tidak pernah membayangkan setelah kejadian waktu lalu dengan permasalahan yang menghancurkan hubungan mereka kini mereka kembali bisa dipertemukan dengan masalah yang membuat mereka mau tidak mau harus terikat.

Awalnya Stella ragu jawaban seperti apa yang sekiranya harus mulutnya muntahkan. Namun ia juga menyadari perasaan rindu yang menggebu pada Jovan. Dan ia selalu berharap bahwa lelaki itu tahu akan keadaanya. Dan mereka bisa mencari jalan keluar dari permasalahan ini dengan baik. Tanpa ada yang harus tersakiti.

Stella mengakui, perbuatannya dulu pada Jovan adalah kesalahan. Ia ingin memperbaiki semuanya. Stella tidak mau memicu kebencian untuk Jovan. Karena dia menyadari bahwa ia tidak bisa hidup tanpa lelaki itu. Ya, Stella mencintai Jovan, cinta pada pandangan pertama.

"Aku mencintamu, tidak peduli dengan latar belakang. Kau sangat layak menjadi ayah untuk anak-anakku," jawab Stella akhirnya. Lebih memilih jujur pada perasaanya sendiri.

"Tapi mengapa kau meninggalkan aku dan membayarku waktu itu?"

Jujur saja perlakuan Stella saat itu sungguh melukai harga dirinya. Jovan hanya ingin tahu jawaban mengapa wanita cantik ini melakukan hal itu.

Stella menunduk dalam, merasa bersalah akan perbuatannya waktu lalu. "Karena aku malu. Aku takut kau terpaksa melakukannya karena aku memaksamu untuk melakukan seks denganku."

Paksaan Ternikmat (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang