1. S A T U

13 3 0
                                    

•Kau obati saja lukamu dulu, nanti juga kau akan tau

^_^

Pagi yg cukup cerah.Udara yg cukup dingin.Dengan siulan burung-burung saling bersahutan membuat hati tania semakin gembira.Tapi ada 1 hal yang tania lupakan.

"Ah gue telat lagi! Semoga aja nanti ga ada pak didit jaga gerbang." Tania mendengus kesal.

Tania berusaha berlari sekuat tenaga dengan nafas tersenggal senggal. Memang rumah tania dengan sekolah hanya berkisar 40 m dari rumahnya. Ya, karna malas bangun saja dia jd telat terus.

Ya, pagi ini tania harus panjat gerbang sekolah lagi. Ini bukan pertama kalinya. Sudah berkali kali tania telat, dengan alasan yg sama "telat bangun".

"Untung ga ada pak didit. Kalo ada bisa suruh cuci wc nanti" tania mengelus dadanya lega.

"Manjat lagi, manjat lagi." tania mengambil nafas sejenak dan mulai memanjat pagar sekolahannya itu.

"Mau sekolah aja berasa lomba panjat tebing gue."
"Mending kalo dapet kulkas."
"Seenggaknya kabel chargeran gitu."

Tania masih berusaha memanjat tanpa ketahuan pak didit.Tapi sedari tadi ada pemilik bola mata coklat yg menatap tania kesal, mungkin karena terlalu lama memanjat.

Sedikit lagi tania sudah berhasil, selangkah lagi ia akan melompati gerbang sekolahnya. Namun, seorang laki laki dengan cepat memanjat tanpa berpikur ada tania disana.

"Eh eh ehhh" Tania mempererat genggapan pada gerbang agar tak terjatuh.

Tania menatap lelaki itu kesal. "Eh pelan dikit bisa gasih."

Tania juga melirik nama didada lelaki itu.
"Oo pradipta alexandara" batin tania.

"Lompat!" Suruh lelaki itu. Pasti tak lama lagi ada OSIS datang untuk mengabsen siswa yg telat.

"Cepetan! Masa kalah sama berang-berang"

"Ya lo diem dulu, gue ngga bisa lompat."

"Ah, berang berang aja bisa," tepis lelaki itu. Ingin rasanya tania berteriak didepan wajahnya dan apa hubungannya dengan berang berang. "Ganteng begitu dibilang berang berang. Gila tu orang -•_-•"

Saat tania mulai turun tiba tiba saja ia tersungkur jatuh dan kakinya mengenai bebatuan kecil. Agak sedikit luka. Tapi darahnya cukup banyak.

"Awww!"
Tania menjerit kesakitan dan memegangi kakinya.

"Eh ehh kok bisa jatuh si. Kalah sama Berang berang." Ledek dipta.

"Diem deh lo! Bantuin kek. Malah bahas berang berang mulu lo."

" Iya, maap deh. Sini gue bantuin" dipta mengulurkan tangan kanannya membantu tania berdiri.

"Aw aww sakit.. gue ga bisa berdiri dip."

Tanpa aba aba dipta membopong tania ala bridail stayl. Bukannya menolak tania malah tercengang melihat dipta dari bawah sana. Lekukan wajah yg sempurna. Perpaduan antara mata coklat dan bibir tebal nya sungguh indah. Dan ada titik dalam di pipi dipta. Ahh manisnya batin tania.

Tak lama tania tersadar dengan lamunannya. "Eh kok lo ga izin dulu si. Nanti kalo ketauan gimana?"

"Tenang aja ini pradipta ga bakalan dah kita ketauan."

SELESAI SEBELUM DIMULAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang