Part 5

1.4K 153 35
                                    

Cila dan Aci yang kebagian tugas mengurus para maba yang tidak mengerjakan oleh-oleh, dibuat kelabakan setelah mengetahui bahwa beberapa maba jatuh pingsan dan beberapa lainnya ditemukan dalam keadaan lemas di dalam gudang. Cila berlarian meminta bantuan teman-temannya sesama panitia untuk menolong tiga belas maba yang dihukum membersihkan gudang di rooftop itu. Sedangkan Aci berusaha mengeluarkan maba yang masih sadarkan diri ke luar gudang.

"Ada apa ini? Kenapa bisa jadi begini?" tanya Panji yang datang bersama Cila.

Beberapa anggota komisi disiplin dan panitia ospek juga turut mengecek ke rooftop.

"Gue nggak tau, Nji. Udah deh, mending bawa semua maba ini keluar gudang dulu," ujar Aci sambil sibuk mengeluarkan maba-maba itu.

"Telepon ambulans rumah sakit kampus, cepat!" perintah Panji pada anggota komisi disiplin yang lain. Ia sendiri sudah mulai memindahkan para maba yang pingsan dari dalam ke luar gudang.

Beberapa panitia berusaha mengevakuasi para maba. Beberapa sisanya mengecek alasan maba-maba itu bisa sampai pingsan di gudang.

"Cila, Aci, kalian kan yang bawa maba-maba itu ke sini?" tanya salah seorang panitia ospek. Dia Morus Macroura, ketua panitia ospek tahun ini.

"Iya, Mor. Gue sama Cila yang bawa mereka ke sini." Aci menjawab pertanyaan Morus dengan tenang.

Morus menatap tajam ke Aci dan Cila secara bergantian. Tatapan cowok itu seperti menyalahkan Aci dan Cila atas kejadian ini.

"Kalian lalai," gumam Morus sengit.

"Lho, bukannya lo yang minta semua panitia tanpa terkecuali ikut apel pagi?" Cila balas menatap Morus dengan geram.

"Udah, kalian apa-apaan sih! Di situasi kaya gini, jangan saling menyalahkan. Itu ambulans udah dateng. Mending bantu bawa maba yang pingsan turun." Panji datang dan menengahi perdebatan antara Morus dengan Aci dan Cila.

***

Agatha memicing menatap ke arah tiga orang yang tengah saling menyalahkan. Bisa-bisanya setelah membuat banyak maba pingsan, para panitia itu justru saling lempar tanggung jawab.

"Tha, ngeliatin merekanya jangan kaya gitu deh," bisik Shana lirih.

Agatha yang baru sadar kalau ekspresinya menunjukkan kekesalan berlebih, akhirnya merubah rautnya menjadi datar.

Agatha melirik ke Verrel dan Arthur yang duduk tak seberapa jauh dari posisinya. Syukurlah karena mereka semua bisa bertahan meski hampir kehilangan kesadaran juga gara-gara terlalu lama menghirup udara yang terkontaminasi gas beracun.

"Ambulans udah dateng, yuk panitia bawa maba yang pingsan turun. Buat yang sadar, kalau emang sanggup jalan sendiri, kalian boleh langsung turun dan minta penanganan ke tim medis di depan gedung dekanat," ucap seorang cowok berkacamata yang baru naik ke rooftop. Agatha mengenalinya sebagai Langir Wijaya, si Ketua BEM.

Beberapa panitia segera mengangkat para maba yang tergelatak pingsan. Beberapa sisanya membantu maba yang sadar tapi dalam kondisi lemas.

Agatha menolak bantuan salah satu panitia karena dia merasa masih mampu untuk turun ke lantai satu. Bersama Shana, Verrel, dan Arthur, Agatha menuruni tangga.

Sesampainya mereka di lantai satu, mereka menemui perawat yang datang bersama mobil ambulans. Mereka berempat diberi oksigen murni untuk mengembalikan kadar normal oksigen dalam darah mereka.

Setelah selesai ditangani, para maba yang tidak dalam kondisi pingsan diminta berkumpul dulu oleh ketua BEM bernama Langir itu.

Langir membawa beberapa maba, termasuk di antaranya ada Agatha, Shana, Verrel, dan Arthur, ke bagian samping gedung dekanat. Langir memasang wajah serius, tapi tidak berniat marah-marah pada para maba itu.

BOOK 3 MISSION SERIES: MISSION IN CAMPUS (Pindah ke Innovel) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang