Safira

10 0 0
                                    


Pagi ini Safira kelihatan berbeda dari biasanya di mata setiap teman yang mengenalnya. Semuanya seakan bertanya kepada individu yang ada di sebelahnya masing-masing. Ini bukan Safira. Namun pemilik nama tersebut hanya berjalan santai menikmati panggungnya saat ini. Ia tersenyum cerah hingga matanya membentuk garis tipis. Terlalu cerah malah. Safira masih tetap menyapa pak satpam di kantornya dengan ramah. Ia juga masih sempat sarapan di kantin kantor sebelum masuk kerja. Bagi para pembaca yang budiman, mungkin kegiatannya terbilang normal, tidak ada yang berubah. Tetap saja bagi yang sudah mengenal Safira lebih lama, tatapan simpati sangat terlihat di wajah mereka.

Safira yang berjalan dan menyapa teman-temannya saat ini baru saja pulang dari musim liburannya. Sebelumnya tidak ada yang tahu kenapa Safira yang workaholic itu bisa mengambil waktu cuti panjang yang telah menumpuk, namun memang gosip oh gosip. Kabar tersebut akhirnya terdengar di telinga seantero kantor Safira pada hari ketiga liburannya. Semua teman Safira mencoba mengabarinya namun tidak ada satu pesan pun dari mereka yang dibalas olehnya. Safira bagai hilang ditelan dunianya. Namun sekarang, ia telah kembali dari liburannya dengan keadaan yang berbeda.

"Saf...," ucap Fajar, salah satu teman dekat Safira menghampirinya saat ia sudah duduk tenang di kubik kecilnya. Keadaan temannya sangat tidak baik. Ia bisa melihat dari tatapan matanya saat ini. Safira kecil yang tenang dengan cerah menatapnya seakan meminta tolong untuk tidak membahasnya hari ini, atau besok, atau selamanya. Akhirnya Fajar berbalik dan tersenyum lemah menuruti apa yang memang diinginkan Safira saat ini.

Merasa terlepas dari tatapan semua teman-temannya, Safira mengendurkan sedikit senyumannya dengan lega. Setengah berharap segala aksinya menimbulkan kekuatan yang sepadan bagi dirinya.

"Saf ini kerjaan lo yang kemarin ketunda, udah gue kerjain sebagian kok. Lo bisa lanjutin sisanya ya," sekarang giliran Rieva yang mencoba berbicara dengan Safira. Reiva berharap yang dilakukan olehnya seakan mengingatkan Safira bahwa ia tidak perlu bersikap seperti ini. Ia hanya ingin Safira tau bahwa semua temannya akan ada untuknya.

Jelas Safira akan selalu merasa sebaliknya saat ini. "Yauda kalau gitu gue balik ke meja ya," jelas Rieva sekali lagi. Mendengar Rieva yang masih mencoba, Safira akhirnya ternyesum tulus berterima kasih.

Setelah makan siang, Safira dengan cepat menuju kubikel kecilnya. Lebih baik begini. Safira melihat dirinya sendiri dalam pantulan cermin kecilnya. Wajahnya sangat berbeda ternyata selama ini, pantas saja teman-temannya memandangnya berbeda pula. Ditutupnya cermin kecil tersebut dan mulai kembali berkerja. Beberapa temannya kembali mencoba mengajaknya untuk pulang bersama, tapi Safira dengan sopan menolaknya. Entah bagaimana, teman-temannya seakan mengerti bahasa tubuh Safira yang hanya menggeleng sambal tersenyum. Tanpa ada paksaan.

Setelah menyelesaikan beberapa pekerjaan yang menumpuk, Safira bergegas untuk membersihkan meja dan bersiap untuk pulang. Kembali ke apartemen kecilnya lagi. Dengan langkah pasti, Safira segera berlalu pergi. Saat keluar dari kantornya, Safira berhenti sejenak untuk menatap pemandangan diluar. Seperti biasa, ia disuguhkan dengan bunyi riuh jalanan, mobil dan motor berebut untuk melaju dalam kemacetan. Suara klakson mengelegar disepanjang jalan. Baginya ini adalah pemandangan yang indah, Jakarta dengan kebiasaan malamnya. Aku berharap semuanya tidak pernah berubah.

Tapi semuanya jelas berubah. Safira tidak akan pernah sama setelah patah hatinya. Tidak akan pernah ada yang sama setelah patah hati yang berkali-kali. Safira segera cepat-cepat pergi menuju mobilnya, setengah berlari. Ia takut ada yang melihatnya menangis. Bukan, ia takut tidak bisa menghentikan tangisan ini jika ia tidak berlari menuju kesadarannya sekarang. Namun, sekuat apapun Safira berlari – bahkan setelah memasuki mobil dan memasukkan kunci – ia tetap menangis.  

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Untuk Kita di 366 HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang