Malam hari di kamar Yaya.
" Duh sumpah dah ni kaki sakit, ngebet bet dah. Diapain sih ama Hali kaki gue? sakittttt " jerit Yaya..
" Lagian lo ngapa dah, bisa jatoh kek gini Ya? "
" Jatoh gue tadi di tangga "
" Ko bisa, ngapain? " tanya Hanna sambil duduk di samping Yaya.
" Han.. Menurut lo gue orangnya otoriter ga sih? Trus apa gue segitu nyebelinnya? "
" Dih, lo ngomong apaan sih Ya? Lo ada masalah? Cerita ama gue, inshaallah gue jadi pendengar yang baik. Klo bisa gue bantu cari solusi. Lo kan kakak gue " jawab Hanna tersenyum lembut.
Yaya menceritakan semua, apa sebab dia jatuh dan soal Ying.
" Gue rasa sih mungkin ga otoriter ya, tapi kadang gue liat kaya berlebihan. Apalagi kan lo sama Ying udah lama ya berteman. Lo kaya ga mau kehilangan Ying gitu dah. Klo soal lo jatuh mah, lo cemburu tuh ama Ying. Huahahah ngakak anjir sumpah. Lagian lo bisa sih nebak Halikun suka ama Ying? Orang juga tau Ya, klo Hali tuh suka ama lo. " terang Hanna sambil tertawa terbahak-bahak
" Ih.. lo mah, bukannya kasih gue solusi apa gimana. Kok lo malah ngetawain gue sih. " Yaya memanyunkan bibirnya tanda jengkel terhadap Hanna.
Di saat itulah ayahnya kebetulah lewat, dan ketuk pintu walaupun pintu kamar Yaya terbuka.
Tok.. Tok..
" Boleh papa masuk ? Sekalian mau tanya gimana kakinya Yaya. "
" Masuk Pah, ga apa-apa kok. Kaki Yaya udah mendingan, cuma ngebet banget " jawab Yaya
Papa Yah duduk di samping Yaya dan ikutan nimbrung. Yaya termasuk dekat dengan sang Papa, setelah Mamanya meninggal dunia. Begitu juga dengan Hanna, dekat sang paman setelah Papinya meninggal dunia. Setelah di jelaskan perihal jatuh, sang papa pun menggoda Yaya.
" Makanya jangan cemburuan, kan jatoh... Hahaha " Papa pun tertawa terbahak-bahak
" Ish Papa sama Hanna sama aja, bukannya ngibur apa gitu. " jawab Yaya sebal
" Lagian kalian berdua mah lucu. Pacaran engga, tapi cemburu gitu. Tapi emang sih Papa percaya sama Hali buat ngejagain kamu. Sama seperti papa percaya Hanna sama Gempa. Trus kamu sama Gempa gimana Han? Ada masalah? "
" Alhmhamdulilah ga ada sih Pah. Kita lancar aja " jawab Hanna. Hanna memanggil Papa Yah dengan sebutaan Papa, begitu juga dengan Yaya memanggil Ibunya Hanna sama seperti Hanna, Mami.
" Eh iya Pah, daripada jauh-jauhan kenapa sih Papa sama Mami ga nikah aja? Kan enak ga perlu sendiri-sendiri. Aku sama Hanna kan tetep bisa bareng. Lo setuju ga Han? " tiba-tiba Yaya mengemukakan idenya yang sebenarnya sudah terbersit lama.
" Gue sih setuju, kasihan Mami. Iya Pah, emang Papa ga ada gitu rasa suka sama Mami? Apaan dah tuh Ya istilahnya? Naik ranjang apa turun ranjang gitu dah. "
Sang ayah yang digoda oleh kedua anak gadisnya pun tersenyum arif seraya berkata, " Sebenarnya sih Papa ada mikir juga ke hal itu, bukan karena nafsu atau bagaimana ya? Tapi kadang iba juga sama Mimo karena masih harus bekerja menghidupi Hanna dan dirinya, pastinya perlu pendamping juga. Emang kalian setuju klo Papa nikah sama Mamimo? "
" Setujulah lah Pah? " Jawab Yaya dan Hanna serentak , lalu tertawa tertawa terbahak-bahak puas menggoda sang papa.
" Ya udah istirahat deh, lagian kamu sih Ya ada-ada aja pake acara jatuh. Papa mau nonton tivi dulu " Papa pun pamit pergi.
" Ya Pah, jangan malam-malam lho nonton tivinya. " tukas Hanna, Sang Papa pun hanya melambaikan tangannya tanda Ok.
" Ya gue bingung sama lo, ngapa sih lo ga jadian aja ama si Hali. Kan dia ke lo sikapnya beda, ke yang lain juga beda. Apa ya? Lo ngerasa ga sih? "
KAMU SEDANG MEMBACA
Look Like A Rainbow
Short StoryYaya di mata para sahabatnya adalah gadis yang dewasa, mampu menjadi panutan. Disukai oleh teman-temannya karena sikapnya yang rendah hati, ceria, tegas dan dewasa. Tetapi ada pula yang mengaitkan sikap sayangnya terhadap Ying sahabatnya sedari kec...