'Apakah dunia ajaib seperti kebanyakan buku dongeng bisa terjadi?'
'Tentu saja tidak, bodoh.'
〜 The Book of Imperial 〜
'Kriinngg'
Lagi-lagi benda mengesalkan yang selalu berdering sangat nyaring tepat disebelah telinga kirinya mengganggu euphoria tidurnya. Tidakkah benda ini mengerti bahwa dirinya sangat mengantuk sekarang? Sungguh, ia ingin melanjutkan kegiatan menuju alam mimpinya jika bukan karena agenda hari ini yang mengharuskan ia beranjak dari pulau kapuknya.
Agenda apa yang dimaksud? Tentu saja, bersekolah.
Ia berjalan menuju jendela kamarnya dan membuka tirai yang menghalangi cahaya matahari untuk masuk menyinari ruangan bernuansa blue pastel tersebut.
Butuh 20 menit lamanya gadis ini untuk membersihkan diri dan membalut tubuhnya dengan pakaian kesehariannya. Apalagi jika bukan seragam sekolah.
Dirasa sudah cukup, ia mengambil tas berisi perlengkapan penting untuk agendanya dan bergegas turun menuju ruang makan.
"Tidak biasanya?" Sahut seseorang menatap gadis tersebut menuruni anak tangga satu persatu.
"Tidurmu nyenyak?" Tanyanya lagi yang hanya dibalas anggukan oleh gadis tersebut.
Ia hanya bisa mendengus pasrah diperlakukan seperti itu oleh saudari sedarahnya sendiri.
"Hari ini aku sarapan roti saja, Kak." Akhirnya gadis ini bersuara.
Yang menjadi lawan bicaranya lagi-lagi menghela nafas, "Ya. Aku sudah membuatkan sesuatu untukmu, tidakkah kau kasihan dengan kakak-mu ini yang sudah bekerja keras didapur dari pagi buta hingga sekarang? Wah. Sungguh mengecewakan kau menyia-nyiakan manusia sepertiku ini."
Ah, mulai lagi.
Batin gadis tersebut.
"Hei! Apa kau mendengaー"
"Kak Haru, ocehanmu membuang-buang waktuku. Dan aku lapar, bisakah kau segera menghidangkan makanannya? Aku akan menyantap masakanmu. Lagipula, aku tidak keberatan jika menyia-nyiakan manusia modelan seperti Kakak." Oceh gadis ini tidak mau kalah.
"Ya! Bisa-bisanya kau berkata seperti itu!" Timpal Haru sambil berkacak pinggang.
Dan hanya dibalas juluran lidah oleh sang gadis.
Ya, meributkan hal yang tidak penting dipagi hari sudah menjadi keseharian mereka. Keluarga bermarga Kim ini tinggal disuatu daerah yang tidak terlalu padat, lingkungan ramah, dan hanya rumah sederhana yang dimilikinya. Kakak tertua bernama Kim Haru ini berperan sebagai kepala rumah tangga. Jika kalian bertanya dimana orang tuanya, mereka meninggal 3 tahun yang lalu akibat kecelakaan yang sangat tragis. Jadi hanya ada 2 penghuni dirumah ini. Semua biaya tanggungan hidup dipikul oleh sang kakak, ia memiliki tanggung jawab yang sangat besar. Jika kalian bertanya apa pekerjaannya, ia bekerja sebagai manager di bidang keuangan disebuah kantor swasta. Syukurlah kehidupan mereka tetap berjalan normal seperti biasa.
"Mau aku antar?" Tanya si anak sulung kepada gadis tersebut sembari mencuci piring sehabis sarapan mereka.
Yang menjadi lawan bicara menoleh, "Tidak, terima kasih. Aku bisa sendiri." Sahutnya.
"Kau yakin?" Tanya Haru lagi. Kini manik mereka saling bertemu.
Gadis tersebut menyunggingkan senyumnya, "Hari ini aku sedang dalam mood ingin berjalan santai."
"Baiklah."
〜
Suasana sangat ramai dan terdengar suara derapan kaki dimana-mana. Benar, gadis ini sedang berada disekolahnya sekarang.
Ia berjalan menuju ruangan yang selalu ia singgahi untuk mencari ilmu. Ruangan tersebut terletak di lantai 2 yang menggantung sebuah papan berukiran sederhana bertuliskan 'MIPA 2.'
Sesampainya ia dibangku langganannya, dengan segera ia menyumpelkan benda kecil ditelinganyaーmendengarkan lantunan melodi yang indah dan menenggelamkan kepalanya dibangku.
Hidup itu melelahkan.
"Yuri!"
Sang pemilik nama mendongakkan kepalanya sedikit dan melirik kearah sumber suara. Ah, suara melengking itu. Siapa lagi kalau bukan dia.
"Se-la-mat, PAGI!!" Sapanya menekankan kalimat terakhir kepada gadis bernama Yuri ini sembari menepuk keras punggungnya. Entah sejak kapan earphone-nya sudah tidak menempel lagi di telinganya. Ayolah, ini masih pagi.
"Sakit!" Rintih gadis bernama Yuri ini.
"Hei! Temui aku di perpustakaan saat jam istirahat, ada hal menakjubkan yang ingin aku tunjukkan kepadamu!" Ucap gadis yang baru saja memukul Yuri tanpa dosa.
Sigh. Tidak lagi.
"Shiro. Sudah berapa kali ku katakan kalau aku tidak suka dengan hal-hal yang seperti itu?" Sahut Yuri mendengus kesal.
"Hehe, kau benar-benar mengenalku. Tapi kumohon sekali ini saja kau menuruti permintaanku, ya?" Pinta gadis ramping bernama Shiro ini sambil memajukan bibirnya agar terlihat imut.
Yuri memutar matanya malas, "Kau selalu mengatakan itu. Kata 'sekali saja' yang berujung menjadi 'berkali-kali saja' haha." Ucapnya tertawa renyah.
Shiro menggembungkan pipinya, "Jadi, kau menolak?" Tanyanya berlagak murung.
"Tentu saja."
"Hei! Aku kira kau akan kasihan padaku!" Ucapnya sontak membuat Yuri spontan menutup sebelah telinganya.
"Ya! Kau ingin merusak telingaku?" Oceh Yuri masih tetap melindungi telinganya.
"Ok sudah diputuskan. aku akan menunggumu di perpustakaan," Ucap Shiro lalu segera melengos pergi.
"Apa?! Aku bahkan tidak mengatakanーsigh, apa boleh buat."
TBC
Hello! This is my first story! Please give 'em some love will ya?
Karena aku masih baru disini, kritik dan saran bener-bener diperbolehkan kok. Don't be shy put some more!
Ikuti terus kisah seorang gadis bernama Yuri yang suatu saat akanー
Akan apa hayo? Penasaran?
Voment juseyo!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Book of Imperial
FantasyKim Yuri, hanya seorang gadis biasa berumur 18 tahun yang sedang berjuang meluluskan diri dari sekolah dengan menyelesaikan ujian-ujian akhir nanti. Sifat sensitif-nya ini yang menyebabkan ia memiliki sedikit teman tidak seperti kebanyakan orang. Ti...