London
Mobil berwarna kuning itu terhenti menepi di jalanan London city, pria dengan rambut berponi di dahi tak langsung keluar melainkan mengamati, tindakannya yang selalu hati-hati mengawasi yang perlu diwaspadai.
Pria itu menutup pintu taksi, keluar menampakan diri setelah membayar ongkos hingga kemari. Jemarinya membuka bungkus permen karet yang tak sengaja dia temui di sakunya tadi.
Orang berlalu lalang biasa dipandang di jam makan siang. Matanya yang tajam menyapu sekilas ke sebrang jalan.
Rahangnya mulai bergerak mengunyah, jarinya melipat bungkusnya dan dikembalikan ke kantongnya, sementara tangan lainnya ia gunakan untuk mengetikkan pesan untuk seseorang melalui ponselnya.
Dia menyisir lima jari rambut hitamnya ke belakang. Rambutnya yang mulai memanjang hingga menutupi pandang, benar-benar tampan tak terbayang.
Dengan santai berjalan lurus mengikuti arus, kedua tangannya yang selalu tersimpan di saku, lihat itu, betapa indah lebarnya bahu yang dipadu dengan profil samping rahang tegas setiap kali menyatu, tak lupa hidung mancung yang membuat siapapun terpukau kaku.
Kling
Sang pemilik melihat kedatangannya menyambutnya dengan seulas senyum penuh arti.
Jaemin, berjalan ke arahnya dengan senyumnya yang menyenangkan, siapapun yang memandang akan merasa tenang dan pipi akan ikut mengembang.
Wanita di depannya ini semakin terlihat sexy ketika memegang batangan nikotin disela jari, dia paham betul maksud kedatangan Jaemin sampai rela kembali kemari.
"Mau secangkir americano?"tawarnya tulus tidak setengah hati, hanya untuk berbasa-basi sebagai kemurahan hati, menawarkan secangkir kopi pahit yang dia sukai, oleh karena itu dia beranjak berdiri dari kursi.
"Tidak untuk saat ini, Nona."Jaemin memberinya senyum manis. "Aku harus segera pergi"
Wanita itu mengangkat sebelah alisnya, tumben sekali Jaemin menolak tawarannya. Namun, kemudian dia tersenyum, senyum menawan yang lagi-lagi terkesan misterius.
Wanita ini mengambil sesuatu dari dalam laci, itu adalah barang hasil curi, yang sengaja dilempar Jaemin kemari ketika pengejaran dengan orang-orang berjaket hitam itu terjadi tadi.
"Key! Berikan aku titik koordinatnya!"perintahnya pada sistem IT, ini sudah seperempat menit terlewati sejak dia keluar dari unit apartemen tadi, hingga saat ini dia masih terus jalan kaki, lurus lalu belok kiri melalui gang sempit di antara gedung tinggi, dia selalu berhati-hati dan mengambil jalur titik buta cctv, sesekali bersembunyi bila ada sesuatu yang dicurigai, takut-takut bila ada yang membuntuti, tapi nampaknya orang-orang tak peduli.
Titik koordinat tempat yang jadi tujuannya sudah tersaji rinci di layar antar muka tepat di depan matanya. Sistemnya juga mulai mengindentifikasi setiap orang yang dijumpai adakah yang mungkin dikenali.
Tiba-tiba dia berhenti tepat di depan pintu besi yang terkunci, tapi dia tak punya sesuatu yang dapat membuka pintu ini. Mungkin dia akan mendobraknya dengan senang hati, namun dia tak ingin tenaganya terbuang sia-sia di awal misi, karna dia masih harus menyimpannya untuk nanti.