Um, Halo.. Aku Jeon Yoonji
Yah sebelumnya aku minta maaf karena baru saja menulis ini kembali setelah beberapa bulan berlalu. Bukannya aku memang meninggalkan buku ini setelah hari pertama aku menulis. Itu sudah enam bulan yang lalu ya jika dihitung kembali? apa aku salah? mungkin kita bisa menghitungnya sebagai enam bulan kotor karena ini belum genap enam bulan? tolong jangan tertawakan aku karena Soojung tertawa sangat lepas ketika aku mengatakan hal seperti itu padanya seolah - olah aku sedang berbicara Bahasa alien. itu agak menyebalkan sebenarnya karena aku tidak tahu apa yang salah dari ucapanku.
Oke kembali lagi-, maksudku ada banyak hal yang mengganggu selama ini jadi aku agak lupa untuk menempatkan tinta diatas kertas ini. yah, salahkan aku karena ini masih curhatan yang kedua. ini agak memalukan sebenarnya.
Tapi aku yakin kalian akan memaafkanku ketika aku menulis dibawah ini untuk apa alasanku baru membuka kertas diari ini lagi. Ada masalah dengan Ayah Kook dan Papa Yoon dalam enam bulan kotor belakangan ini.
Tidak-, itu bukan berita yang tidak baik untuk kalian, tetapi ini agak menyakitkan karena dengan ini aku yakin cinta Papa Yoon hanya bertepuk sebelah tangan. Selama empat bulan terakhir aku agak kesal dengan Ayah Kook. mungkin-, sangat sangat kesal. Tapi untuk diakhir hari, aku tidak yakin apakah ini perasaan kesal atau sedih-, entah kata mana yang cocok untuk dipakai dalam masalah ini. Maaf karena aku kembali dengan cerita yang agak menyedihkan (Ini juga menyakitkanku sebenarnya)
Oke, aku akan memulai ceritanya. harap kalian duduk tenang dan membaca dengan segenap perasaan. Huh, aku sudah mulai melantur seolah - olah akan ada yang membaca cerita ini. Tapi baiklah-, kita meluncur ke dalam cerita.
Senin, 20 Juli 2020
Ini Ayah Kook. (Aku memulai ini lagi karena memang Ayah Kook yang menyebabkan semua ini terjadi, atau mungkin pekerjaannya, atau bahkan dua - duanya)
Bukannya aku akan kesepian karena Ayah Kook jarang berada dirumah, tapi rasanya ada yang tidak benar ketika itu bahkan sudah lewat dari satu bulan ketika Ayah Kook tak kunjung pulang kerumah dan ini bahkan sudah empat bulan berlalu. (Wow itu lebih lama dari yang pernah kuhitung akan kepulangan Ayah Kook kerumah). Aku mungkin memang tidak begitu senang karena Ayah Kook jarang menemani Papa Yoon dirumah, tetapi ini mungkin sudah keterlaluan. Ayah Kook sama sekali tidak ada kabar untuk pulang. Memang, seharusnya aku sudah terbiasa tanpa kehadiran Ayah Kook, tetapi rasanya tetap saja kosong.
Apa seperti ini rasanya merindukan?
Aku sedang mengerjakan tugas sejarah Korea ku di ruang keluarga ketika Jungyoon diam - diam duduk disebelahku. Awalnya sih aku membiarkannya. Biasanya juga Jungyoon yang selalu penasaran duduk diam tanpa kata disebelahku saat aku sedang asyik mengerjakan tugas. Tetapi saat ini rasanya Jungyoon lebih pendiam-, karena aku seorang kakak yang baik, aku menghentikan pekerjaanku. berbalik kearah adikku yang tampan dan menatapnya dengan tatapan bingung. Dia tetap diam, tetapi dia terlihat hampir seperti menangis, jadi aku mengangkatnya kedalam pelukanku.
"Ada apa Jungyoonie?" Aku mengelus rambutnya, berusaha untuk tidak membuatnya menangis kencang. Aku yakin Papa Yoon sedang berada di taman membawa Jungoo untuk bermain dan Yoonie sudah pasti pulas di kamarnya. Dia baru saja jatuh tertidur ketika meminum obat. Ah aku lupa mengatakan bahwa Yoonie sudah demam sejak dua hari yang lalu, tetapi panasnya cepat turun dan dia sedang dalam pemulihan. Jungoo sedang dalam masa manjanya, jadi Papa Yoon mau tidak mau mengajaknya keluar untuk membiarkan Jungoo lebih rileks dan tidak selamanya minta mendusel di pelukan Papa Yoon. Ah, juga, Papa Yoon terlihat sangat kelelahan akhir - akhir ini. aku sangat takut suatu hari nanti Papa Yoon akan jatuh sakit seperti Yoonie juga. Jangan sampai, aku selalu berdoa dan berusaha untuk mengurus Papa Yoon dengan seluruh kemampuanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Daddy Doesn't Love Papa [Kookga ¦ YoonKook]
Fanfiction"Ayah tidak pernah mencintai Papa" Begitu pikirku. Tetapi- rupanya, aku salah. Ayah sangat sangat mencintai papa. itu mengapa, dia menangis dengan raungan menyakitkan ketika Papa hampir terlepas dari genggamannya. rupanya, papa adalah dunianya Ayah...