Bab 6 Jangan Ganggu Aku Lagi!

10K 1.2K 232
                                    

"Bridgia? Dek!”

Suara Mami membuyarkan mata beratku. Eh bentar, aku nata pikiran dulu. Ini sedang di mana, ngapain, dan aku siapa? Kayaknya tadi aku pulang terbang terus diculik alien ke planet namek. Kok sekarang aku terbaring di sebuah kamar bernuansa putih.

“Ini Mami, bukan?” tanyaku aneh.

Mami membantuku bangun ke posisi duduk. “Kamu nggak apa, Dek? Kita perlu ke rumah sakit?”

Aku menggeleng. “Brie bingung, Mi. Perasaan tadi ….”

Aku langsung mendelik dan membuat Mami bingung. Wajahnya Mami makin kacau saat aku memindai tubuhku. Ini mana seragam kebanggaanku? Kok aku pakai daster batik besar gini. Perasaan tadi aku baru pulang kerja deh … eh nggak! Oke, tadi aku habis diceburin kolam sama manusia bar-bar turunan nenek sihir. Manusia itu bernama Belvara, kekasih mantan terkutuk gue, Inu Adikara.

“Aku nggak bisa diginiin!” tekadku sambil turun dengan cepat.

Padahal kepalaku masih muter berat nian. Ternyata daster kupakai karena seragamku basah. Yang jadi pertanyaannya, siapa yang gantikan dasterku dan kenapa aku masih ada di rumah terkutuk ini, bukannya dibawa pulang aja selama pingsan tadi?

“Brie, kamu mau ke mana? Istirahat dulu, Dek. Jelasin semua ke Mami!” cegah Mami saat tanganku hendak membuka pintu.

Aku kudu ketemu Inu dan membereskan kekacauan bodoh ini. Intinya aku nggak mau diganggu lagi! Pengen hidup normal dan tenang lagi. Kalian setuju, kan?

“Mi, nanti Brie juga mau nanya banyak sama Mami. Sekarang Brie mau beresin semua ini, harus selesai hari ini! Bridgia mau hidup normal dan tenang lagi, okay?” putusku sambil melepas pegangan tangan Mami.

“Dek, sabar dulu! Kita bicara bentar di dalam sini karena di luar sedang …,”

Brak!”

Sebuah suara keras terdengar dari luar ruangan. Aku dan Mami sontak menempelkan kuping di pintu jati salah satu kamar rumah Inu ini. Maaf kalau aku dan Mami agak aneh, kompak kalau masalah nyari info. Nggak kalah sama agen FBI.

“Kamu tahu siapa yang diceburin pacarmu ke kolam itu, Nu? Dia adalah calon istrimu, anak orang yang Romo hormati!” Oke, yang lagi teriak itu Pak Letjen Prasetya Adikara alias Romonya Inu.

“Maaf Romo, saya tidak pernah setuju untuk menikah dengannya,” sela Inu dengan suara samar.

“Romo tidak membutuhkan persetujuanmu, Nu! Perjodohan ini sifatnya mutlak. Kamu tahu kan apa alasannya? Kamu harus terima kalau sayang sama kakek!” kata Pak Pras keras.

Keluarga ini beneran aneh, 100%. Otoriter dan sedikit kejam sama anaknya. Kok aku agak kasihan ya sama Inu. Di balik sikapnya yang aneh, dia cuma pengen bahagia sama pacarnya itu, apa daya nggak disetujui. Kenapa masih zaman sih jodoh-jodohan kayak burung dara gini?

“Romo tidak bisa mengorbankan masa depan saya dengan pernikahan konyol ini. Saya berhak menentukan pilihan saya!” sela Inu tak mau kalah.

Tentara versus tentara mirip juga sama me versus penumpang. Tapi yang ini lebih serem.

“Dek, jangan nguping lagi! Serem. Mendingan kita bicara sendiri, yuk?” ajak Mami segan.

“Bentar ih, Mi!” tolakku kukuh. Lanjut lagi dong ngupingnya, nggak usah nguping suara beliau-beliau itu udah kedengeran kali.

“Perempuan seperti itu yang akan kamu nikahi, Nu? Dia nggak kenal Bridgia tapi berani dorong ke kolam? Kamu mau nanti dianiaya kalau sudah nikah sama dia? Asal kamu tahu, KDRT bukan cuma dari suami ke istri. Namun, dari istri ke suami juga banyak. Kamu mau memalukan nama keluarga?”

“Lalu, apa perempuan pilihan keluarga ini terbaik buat saya? Apa ada jaminan dia nggak akan kasar, penyayang, dan lembut?” tanya Inu yang langsung menohokku.

Aku emang suka mbangkang dan nggak mau diatur, tapi aku nggak bar-bar. Justru aku sering ngalah dan menutupi kekalutanku dengan kalem.

Gerimis Bulan Desember // Tamat // EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang