Hai,
Apa kabar kamu? Semoga baik ya, sudah lama tidak mendengar kabarmu. Ups, saya lupa, sepertinya juga sudah menjadi hal biasa, antara saya dan kamu untuk tidak pernah saling menyapa atau bahkan bertemu sekalipun.Selama ini dan sampai detik ini, apa yang saya katakan dan rasakan masih sama. Tau tidak? Munafik sekali saya ini, katanya tidak mau peduli lagi, tapi toh nyatanya saya masih peduli. Walaupun rasa peduli itu sudah tidak sebesar waktu itu, karena saya semakin menyadari, kalau rasa ini hanya akan menghancurkan saya secara perlahan. Menghambat ide liar yang seharusnya saya wujudkan, bukan ide bodoh yang menjadikan saya bodoh dalam merespon segala rasa saya untuk kamu.
Sudah ya, saya capek.
Capek dengan segala hal yang saya perjuangkan sendirian, dan saya rasa dulu kamu juga pernah merasakan apa yang saya rasakan.
Maaf ya, saya terlalu lemah untuk berjuang seperti kamu dulu.
Saya terlalu bodoh mengharapkan kamu yang sudah tidak peduli lagi kepada saya.Sekarang,
Hari saya semakin baik, pasti kamu juga. Karena kamu berhasil untuk melupakan hal sia-sia yang dulu kamu perjuangan kan, yakni saya.
Kamu berhasil melupakan segala perjuanganmu untuk saya.Dunia itu lucu ya, apa yang kamu rasakan dulu, ternyata saya juga ikut merasakan.
Sayangnya, kamu berhasil melupakan dengan gampangnya. Sedangkan saya? Berhenti disaat saya sudah benar-benar capek.Sudah tidak ada lagi dan tidak akan kembali lagi kata "kita".
Ah, sudah basi sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Seorang "saya"
RomanceKali ini tidak ada kata untuk membuka sedikit kisah dalam hidup seorang "saya". Karena kalimat apapun itu, tidak cukup untuk mewakili segala hal tentang dia Selamat membaca.