three [Ristretto]

171 21 1
                                    

Pada siang hari, suasana cafe sangat ramai. Hampir seluruh meja diisi oleh pegawai kantor, dan juga ada beberapa murid berseragam dari sekolah lain. Jaemin mengedarkan pandangannya ke sekeliling cafe, dia melihat meja kosong yang berada di sudut ruangan dekat jendela. Reflek yang dilakukan Jaemin adalah menarik tangan Jeno untuk segera menempati meja itu, agar tidak diambil oleh pelanggan lain.

Jeno sedikit terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Jaemin, tapi dia tidak menolak atau menghentikannya. Jadi Jeno hanya menurut saat ditarik paksa oleh Jaemin. Berkat Jaemin, mereka berdua bisa duduk dengan tenang.

Tidak berselang lama, seorang pelayan datang dengan buku menu ditangannya.

"Apa yang ingin anda pesan?"

Pelayan menyerahkan masing-masing buku menu pada Jaemin dan Jeno.

"Waffle toping ice cream vanila sama milktea."

Jaemin menyerahkan kembali buku menu kepada pelayan.

"Ristretto."

Jeno juga mengembalikan buku menu pada pelayan.

"Baiklah, pesanan akan segera datang."

Pelayan itu tersenyum sopan dan berjalan pergi.

"Kamu tidak memesan makanan?"

Jaemin bertanya dengan penasaran.

"Tidak, aku tidak terbiasa makan siang."

Jeno memainkan ponselnya.

"Itu kebiasaan yang buruk. apa itu Ristretto?"

Sepertinya Jaemin kurang mengerti dengan jenis-jenis kopi.

"Ristretto hampir sama dengan espresso, takaran kopinya juga sama, hanya saja takaran air pada Ristretto lebih sedikit daripada espresso."

Jeno meletakkan ponselnya di meja dan menjelaskan kepada Jaemin dengan sabar.

"Berarti rasa pahit Ristretto lebih pekat daripada espresso. Pahit pada coffee Latte saja aku sudah tidak suka, apalagi dengan Ristretto yang airnya lebih sedikit daripada espresso, mengerikan."

Ia bergidik membayangkan dia meminum kopi Ristretto, Jaemin memang tidak terlalu suka dengan pahit.

Jeno menanggapi itu dengan tawa kecil.

"Tapi sekali-kali mencoba minuman yang pahit bukan hal yang buruk."

Jaemin tersenyum cerah.

"Tentu saja, lain kali kalau ada kesempatan aku akan mengajakmu ke coffee shop yang terkenal di Seoul."

"Aku akan menantikan hari itu datang."

Dia tidak terlalu menganggap serius apa yang dikatakan Jeno. Mereka berdua baru bertemu beberapa kali, jadi Jaemin hanya menganggapnya sebagai candaan.

Tak berselang lama, pelayan yang tadi datang kembali dengan pesanan mereka berdua.

Jaemin segera memakannya dengan lahap, karena dia memang sudah kelaparan dari tadi. Sedangkan Jeno, dia menyesap kopinya dengan tenang, dan memperhatikan Jaemin yang sedang mengunyah makanan. Disaat seperti ini Jaemin terlihat imut di mata jeno.

Sadar orang di depan memperhatikannya, tiba-tiba Jaemin merasa malu.

"Apa ada yang salah dengan wajahku?"

"Itu ada ice cream menempel di sudut bibirmu."

Jeno menunjuk sudut bibir Jaemin. Jaemin segera mengambil tisu dan mengusap bibirnya.

"Maaf, aku makan dengan tidak sopan."

"Tidak apa-apa, kamu terlihat lucu."

"Hah?"

Jeno menunjuk kucing yang berada di samping meja mereka.

"Kucing itu terlihat lucu."

"Oh kamu suka kucing?"

"Tidak juga, tapi aku merasa senang saat melihat mereka."

"Aku alergi dengan bulu kucing, jadi aku tidak bisa memelihara mereka."

Jaemin membuat ekspresi sedih.

"Kamu bisa memelihara hewan lain, misalnya anjing?"

"Ya. Ngomong ngomong kenapa kamu bisa berada di sekolahku?"

"Aku punya beberapa kepentingan dengan pemilik sekolah, dan untuk menemui mu."

Tentu saja Jeno tidak mengatakan kalimat terakhir.

"Apa kamu tidak sekolah?"

"Tidak, aku lulus tahun kemarin."

"Kenapa tidak melanjutkan ke universitas?"

"Orang tuaku menyuruh untuk langsung bekerja."

"Bekerja dimana?"

"Aku bekerja di perusahaan keluargaku."

"Apa yang kalian produksi?"

"Kain dan pakaian."

"Maaf aku bertanya terlalu banyak."

Jaemin tersenyum malu dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Sebenarnya tidak banyak orang yang memperhatikanku, jadi aku merasa senang jika ada yang bertanya tentang diriku."

Jeno tersenyum dan matanya ikut melengkung indah.

"Masih ada 30 menit sebelum pelajaran dimulai, apa kamu ingin pergi ke tempat lain?"

Dia ingin bersama Jaemin lebih lama lagi, tapi waktu dan tugas membatasi mereka berdua untuk bersama.

"Tidak perlu, aku akan kembali ke sekolah."

"Kenapa kita tidak bertukar id line? Kita bisa melanjutkan pembicaraan lain waktu."

"Tentu."

Jaemin dengan senang hati memberikan id-nya kepada Jeno, bukankah sangat bagus jika memiliki teman baru?

Jeno segera meminta bill dan membayar makan siang Jaemin.

"Terima kasih banyak, lain kali aku yang akan membayarnya."

Mereka berdua berjalan bersama menuju pintu keluar.

"Mau aku antar ke sekolah?"

"Tidak perlu, sekolah cukup dekat dan aku ingin menikmati suasana siang ini."

"Baiklah, kalau begitu sampai jumpa lagi."

Mereka berpisah di depan cafe. Jeno berjalan ke arah parkiran mobil, sedangkan Jaemin berjalan ke arah yang berlawanan.

____

Jaemin diary

Aku lupa untuk mencari pekerjaan.



LOVE FROM AUTHOR







Covered in Love-[NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang