[6]

860 106 19
                                    

"nah kan diam"

dejun betul-betul speechless dan tidak tahu harus menjawab ayahnya seperti apa. 

"udah kamu ikutin ayah aja" dejun menahan tangisnya. ia berlari ke kamar dan membanting pintunya.

"tuh kan, dia gak mau dipaksa, kenapa sih ayah maksa terus? biar aja dia sama hendery" ujar bunda dejun. ya, ayahnya memang lebih mementingkan bisnis dibanding perasaan anaknya.

"hendery..." ujar dejun saat panggilan teleponnya sudah tersambung ke ponsel milik hendery. "iya kenapa?"

"aku ke rumahmu ya?" dejun masih berusaha menahan tangisnya. hendery yang merasa aneh dengan nada bicara dejun, bertanya padanya. "kamu nangis ya?"

"hendery, aku ke rumahmu ya?"

"jawab, kamu nangis?"

"enggak, mata aku masih kering ini buktinya, aku ke rumahmu ya?" hendery menghembuskan napas dan mengiyakan dejun.

"aku jemput, sebentar"

"enggak, aku jalan kaki ke sana"

"kamu kenapa sih?"

"kalau kamu ke sini, yang ada kamu diusir sama ayah. aku ke indomaret dekat rumah, kamu jemput aku di sana"

"iya, hati-hati"

hendery segera mengambil jaketnya dan berlari menuju motornya yang baru beberapa menit lalu ia parkirkan di halaman rumahnya.

"mau ke mana?" tanya ayah dejun saat ia hendak keluar dari rumah. dejun diam dan tetap berjalan keluar. "juna, mau ke mana?"

"minggat"

tbc.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

stand by me, xiaodery. [on hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang