Pertengkaran

15 3 0
                                    

"Tidak ada kebahagiaan yang abadi, yang ada hanya kenangan abadi"

-Bee

****

"Woi, Awa! Sini tangkap kalo bisa wlee," ejek anak laki-laki berbadan kurus.

Beberapa helai poni berusaha menghalangi penglihatannya, tapi hal itu tidak berpengaruh sama sekali. Dia tetap berlari menghindari anak perempuan yang kelelahan mengejarnya. Sesekali ejekan dia lontarkan kepada anak perempuan bernama Awa itu.

"Awas kalo ketangkep, jatah es krim Kiki Awa makan sampai abis! Enggak akan Awa sisain sedikitpun buat Kiki!" teriak Awa lantang.

Kaki kecilnya berusaha mengejar langkah kaki Kiki, nama anak laki-laki itu. Rambut kucir kudanya yang sudah berantakan sekarang makin tidak berbentuk. Yang pertama di otaknya bukan merapikan rambut, tapi menangkap Kiki si pengganggu dan memberinya pelajaran.

Kiki berlari lincah ke kanan dan kiri. Ketika melihat tumpukan kardus bekas di jalan berbelok, muncul sebuah ide cemerlang. Kali ini pasti Awa enggak akan bisa nangkap aku, batinnya sambil tersenyum nakal.

Dia bersembunyi di balik tumpukan kardus yang disusun rapi hampir membentuk sebuah ruang persegi kecil. Kiki terkekeh pelan dan bergumam, "Hahaha, Awa gak bisa nemuin aku sekarang."

Awa berlari mengikuti wujud Kiki menuju belokan, tetapi targetnya hilang entah ke mana. Awa terheran-heran sambil celingak-celinguk menyapu pandangannya ke sekitar.

Kok enggak ada, di mana dia? Apa lurus ke sana? Entahlah. Batin Awa bertanya-tanya.

Kakinya melangkah menjauh dari tempat itu dengan langkah semena-mena menginjak lantai. Mulutnya mayun melebihi paruh bebek di peternakan dekat panti.

"Kiki bocah nakal," gumam Awa berkali-kali.

"Duh, cicak! Ad-ada cicak!" seru Kiki ketakutan. Kakinya dihentak-hentakkan agar cicak itu takut dan pergi. Namun, cicak itu makin mendekat seolah ingin menantang Kiki. Kardus yang tertumpuk rapi di sampingnya tidak sengaja terdorong dan jatuh berserakan.

Awa pun langsung menghampiri sumber suara itu dan tebakannya benar. Sebab mana ada anak laki-laki yang berteriak histeris hanya karena cicak selain Kiki. Ditambah lagi suara melengking yang khas sangat Awa kenal memperkuat tebakannya.

"Hahaha, Kiki penakut. Rasain tuh, emang enak. Makanya jangan ganggu Awa, kena karma kan sekarang." Awa memeletkan lidahnya kepada anak di hadapannya.

Kiki menarik rambut Awa, dia tidak terima dibiliang penakut. Walaupun memang benar dia takut dengan cicak sebab dia pernah mengalami trauma saat masih kecil, tapi harga diri tetaplah harga diri baginya. Harga diri adalah nomor satu buat cowo sejati, itu yang selalu dikatakannya dan sudah menjadi prinsip yang tertanam dalam dirinya.

"Aaah! Sakit, Ki. Lepasin! Sakit tau!"

Kiki malah makin kuat menarik rambut Awa. Matanya memandang tidak peduli. "Iih, Kikiiii! Lepasin!" titah Awa.

Ucapan Awa tidak diindahkan sama sekali oleh Kiki. Dengan kesal Awa juga balas menarik rambut keriting Kiki yang panjang membuat empunya mengerang kesakitan.

"Aduh, kenapa kamu jambak rambut aku?!" tanya Kiki keras.

Awa hanya menatap nyalang, "Kamu sih gak lepasin jambakkan kamu. Sekarang tau kan rasanya."

Awa sengaja menarik rambut Kiki kuat-kuat. Kiki juga tidak mau kalah, dia juga melakukan hal yang sama kepada rambut Awa. Dan terjadilah perang jambak antara Awa dan Kiki.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 31, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gugurnya IlalangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang