Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tangan Ayara segera mengambil ponsel miliknya yang berada ditas, ah ternyata Onya temannya yang mengirim pesan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ayara tersenyum, ada saja tingkah Onya yang tidak jelas, tapi ia selalu bersyukur memiliki teman seperti Onya.
Ayara meletakkan ponselnya dinakas disamping tempat tidurnya, ia merasa tubuhnya lengket berarti ia harus segera mandi.
Ayara beranjak dari ranjang kasur lalu mengambil pakaian tidurnya dan handuk yang berada dibalik pintunya lalu berjalan menuju kamar mandi dengan maksud tujuan ingin membersihkan tubuhnya.
Selesai mandi, ia tak lupa meletakkan handuknya di jemuran dan meletakkan pakaian kotornya di keranjang yang sudah disediakan.
Ayara kembali kekamar, ia merebahkan tubuhnya di kasur dan ia baru saja ingat jika tadi dia menemukan buku yang aneh, mengapa dikatakan aneh? karna orang lain bilang jika buku itu sudah rusak sedangkan dipenglihatan Ayara buku itu masih bagus bahkan seperti baru.
Ayara mengambil tasnya di nakas, merogoh buku dari tasnya, masih sama bukunya terlihat seperti baru tetapi sebenernya ada apa dengan buku ini?.
Belum sempat membuka buku, tiba-tiba Ayara dikejutkan dengan suara ketukan pintu di rumahnya, ia pun segera beranjak dari kasur menuju pintu depan, Ayara menarik knop pintu tersebut lalu melihat seseorang didepan pintunya.
"Jidan, astaga gue kira siapa." Ayara tentunya terkejut karena laki-laki ini menggunakan outfit full hitam dan dengan kacamata hitam juga bahkan ditangannya terdapat koper berukuran sedang.
"Lo ngapain pake beginian sih?" Ayara benar-benar tidak habis pikir dengan laki-laki ini.
"Keren kan, Kak?" Ayara menggeleng, membuat laki-laki yang bernama Jidan ini cemberut.
"Ayo masuk, Jidan!" Ayara menyuruh masuk Jidan karena cuaca diluar sedang tidak mendukung, mendung dengan angin yang lumayan besar sepertinya akan hujan deras.
Jidan mulai masuk mengikuti Ayara dari belakang menuju ruang tamu, Jidan tidak sungkan untuk duduk karena Ayara pernah mengatakan bahwa anggap saja kamar apartemen ini milik sendiri dan lagipula mereka juga sudah saling mengenal saat masih kecil.
"Bikin masalah apa lagi lo, Dek?" Tanya Ayara pada Jidan, tentu saja Ayara memanggil Jidan dengan sebutan "Dek" karna Jidan 2 tahun lebih muda dari Ayara.
"Hehe, gue ga sengaja mecahin aquarium mole, Kak." Mole adalah nama ikan arwana milik mamanya Jidan, Tante Mika.
"Astaga Jidan, aquarium segede itu bisa lo pecahin?!!" Ayara shock, bagaimana bisa seorang anak 16 tahun dengan tubuh yang kurus bisa memecahkan aquarium sebesar meja makan pada umumnya.
Sedangkan Jidan hanya menyengir dengan wajah tanpa dosanya, dan lagi-lagi ia harus diusir dan lagi-lagi Jidan harus berakhir menginap di rumah Ayara.
"Sumpah ya Jidan, gue aja pusing tau kelakuan lo, tapi mama lo pasti lebih pusing." Ayara tidak tahu bagaimana pusingnya Tante Mika menghadapi manusia seperti Jidan, seharusnya Jidan di sekolahkan di sekolah asrama tetapi Jidan menolak jadi mau bagaimana lagi.
"Kan gak sengaja, Kak." Enteng sekali bilangnya kamu Jidan.
"Gue jadi mama lo udah angkat tangan"
"Yaudah gak usah jadi mama gue, Kak." Sakarepmu wes dan.
"Lo tau harga aquarium sama ikannya itu sama dengan gaji gue setahun" Ayara mulai mengomeli Jidan, Jidan hanya mendengarkan sambil memakan kacang yang ada di meja ruang tamu apartemen Ayara.
"Kak, gue ngantuk mau tidur" Ucap Jidan lalu ia langsung pergi menuju kamar kosong tanpa mendengarkan Ayara yang masih mengomelinya.
"Dasar adek kurang ajar!" Rasanya Ayara ingin mengumpatinya namun ia harus sabar dakam menghadapi cobaan seperti Jidan ini, daripada memusingkan Jidan Ayara lebih memilih kembali ke kamarnya sendiri.
Malam pun tiba, dan tentu waktunya untuk makan malam, lauk dan nasi sudah tertata rapi dimeja makan, ternyata Ayara sudah mempersiapkannya, Ayara memanggil Jidan untuk makan malam.
"Wih enak nih." Ucap Jidan ketika ia melihat makanan yang berada di meja makan, Jidan langsung duduk dan mengambil piring yang sudah berisi nasi.
"Kalo kurang ambil sendiri." Jidan mengangguk, Ayara juga mengambil piring dan mengambil lauk.
"Maaf, Dan. Kak Ayara bisanya masak ini." Ucap Ayara, pasalnya lauk yang dimasak Ayara adalah capcay hanya ada capcay, mengingat Jidan adalah anak orang berada, Ayara khawatir jika Jidan ternyata tidak menyukai atau bahkan tidak doyan masakannya.
"Stop, Kak!"
"Maaf, kakak cuma takut." Jidan menggeleng.
"Noo pls kak, Jidan kan udah bilang, Jidan gapapa kak, Jidan malah suka yang kaya gini apalagi masakan kak Ayara, daripada masakan dirumah Jidan yang selalu aneh-aneh, lebih baik Jidan makan ini, jadi please Jidan mohon kakak jangan kaya gini lagi." Jidan marah, tentu saja marah karena Ayara selalu saja begini, padahal Jidan benar-benar menyukai masakan yang dimasak Ayara, dibanding masakan dirumahnya yang selalu saja juru masak dirumahnya memasak makanan luar negeri, itu membuatnya jarang makan masakan lokal, menurutnya masakan Ayara yang terbaik dari segalanya.
"Jidan. maafin Kakak." Air mata Ayara lolos begitu saja, hati Jidan mencelos ketika melihat Ayara menangis, ia tidak tega melihat kakaknya menangis seperti itu, sejujurnya Jidan sangat membenci ketika Ayara sedang menangis karena itu akan membuatnya ikut menangis juga.
"Gak usah minta maaf, Kak Ayara gak salah." Jidan memalingkan kepalanya agar tidak bisa melihat Ayara yang sedang meneteskan air matanya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
new cast unlocked🔓
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.