3. Light

17 3 3
                                    

Love yourself,
'cuz it's very important



    Daun pintu ruang musik yang berdecit memanggil Kayla keluar dari labirin lamunan. Kayla menoleh dan mendapati raut kecewa terpancar dari rekan-rekannya sesama anggota orkestra SMA Swasta Nusa Cendrawana yang membuatnya ingin menumpahkan air matanya saat itu juga.

     “Kay, pertunjukan kita minggu depan itu bukan pertunjukan main-main. Itu pertunjukan yang disaksikan sama seluruh dunia! Karir kita semua dipertaruhkan di situ! Kita udah latihan mati-matian dari beberapa bulan yang lalu, dan apa jadinya?! Semua itu jadi sia-sia gara-gara kamu!” Sentak salah satu senior Kayla.

     “Maaf Kay, tapi kita semua kecewa banget sama lo karena lo ga bisa jaga diri. Waktu udah dekat, tapi lo malah bisa-bisanya kecelakaan yang ngebuat kedua lengan lo harus diamputasi! Lo satu-satunya pianis kita, ga ada cadangan yang bisa gantiin lo, makanya kita semua cancel nampil di pertunjukan itu!! Kita semua kecewa sama lo Kay, kecewa!” Tetesan bening mulai mengalir di pipi Kayla.

“Maafin aku semuanya, maafin aku...” Hanya kata maaf yang berulang kali terucap dari bibir Kayla. Isak tangis tak dapat tertahankan lagi. Hati Kayla seakan berteriak mengatakan bahwa ia juga tak ingin hal ini terjadi pada dirinya, namun kenapa tak ada yang mengerti. Sayup-sayup ia mendengar suara lembut memanggilnya.

“Kayla! Kayla sayang! Bangun, nak!” Panggil Ibu Kayla sambil memukul pipi Kayla pelan. “Hahhh!!!!” Kayla terbangun dengan keringat yang bercucuran dan air mata yang telah membasahi pipinya.

“Kamu mimpi buruk lagi, sayang?” Tanya Ibunya dengan hati-hati. Kayla hanya diam. Ia tak pernah menceritakan hal tersebut pada ibunya karena tak ingin menambah beban pikiran sang ibu. Sudah cukup ia memberikan kesedihan bagi ibunya tatkala merelakan dokter mengamputasi kedua lengan putrinya.

Kayla hanya termenung tanpa merespon sang ibu. “Sayang, ibu pergi kantor dulu ya. Nanti kalau ada apa-apa kamu bisa kan langsung telepon ibu?” Tanya Ibu Kayla yang sedikit khawatir akan meninggalkan Kayla sendiri di rumah. Kayla mengangguk dengan senyum yang sedikit dipaksakan. “Ya sudah, kalau gitu sampai nanti ya, sayang” Ujar ibunya sembari mengecup dahi Kayla lembut.

Kecelakaan maut yang dialami Kayla 3 bulan lalu membuat kedua lengan bawahnya hancur lebur dan terpaksa harus diamputasi. Ia memutuskan untuk berhenti sekolah, namun bukan dikarenakan lengan yang telah cacat melainkan Kayla tak sanggup menerima trauma batin kembali. Air mata Kayla kembali menetes setiap mengingat hal itu.

Kayla duduk di hadapan piano kesayangannya dan hanya menatap tuts yang berjejer rapi. Jari lentiknya yang dulu selalu memainkan alunan nada yang merdu dari piano tersebut kini telah musnah. Yang tersisa hanyalah kenangan indah. Kenangan yang tak mungkin dilupakan ketika ia selalu bahagia memainkan piano sambil tersenyum.

.
.
.

Kondisi kamar yang temaram membuat Kayla ingin menatap kembali dunia setelah 3 bulan hanya terkurung disana. Ketika sampai di pintu depan rumahnya, Kayla menyipitkan matanya karena pupilnya sedang menyesuaikan sinar yang masuk ke matanya setelah sebelumnya berusaha keras membuka handle pintu dengan bahunya.

Di luar pekarangan rumahnya, ia melihat banyak orang yang menatapnya dengan tatapan menjijikkan. Kayla menundukkan pandangannya dan berjalan cepat melewati semua orang. Yang menjadi tujuannya saat ini adalah bangku taman kompleks.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Random StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang