1. Not Sensitive (1)

29 6 7
                                    

Hey, mungkin aku memang tidaklah peka, namun aku tidak bodoh. Tenanglah, aku tau apa maksudmu.

Riuhnya suasana kelas disaat jam istirahat sedang berlangsung serasa seperti sedang berada di pasar ketika menemani ibu berbelanja mingguan. Ya, seperti itulah suasana yang sedang Aliana hadapi sekarang. Terasa sangat melelahkan di telinganya.

Maklum saja, Aliana sangat tidak menyukai suasana yang riuh dengan embel-embelnya sebagai murid teladan dan juara di kelasnya. Namun, secara tiba-tiba ada sesuatu yang memancing emosinya dan memaksanya untuk ikut berbicara.

"Hahaha, bapak kau! Firdaus!! Hahahah" seru Rizal mengejek nama orangtuanya Jaka.

"Hah, taik! Daripada bapak kau, Bambang! Hahah, bagusan nama bapak aku!" Seru Jaka tak mau kalah.

Aliana yang sedari tadi mendengarnya sudah tidak tahan lagi ingin menghentikan permainan ejek-ejekan nama bapak yang menurutnya sama sekali tidak lucu itu.

Brakk!!

Sontak semuanya terdiam sesaat yang langsung dapat ditebak sepersekian detik setelahnya akan kembali ribut dan tak memperdulikan maksud gebrakan meja tersebut.

Arghhhh! Kesel!
Batin Aliana.

Siapa yang tidak merasa kesel coba, ketika ingin menyampaikan sesuatu namun malah diabaikan. Terlebih awalannya dengan cara yang bisa dikatakan sedikit alay. Jatuhnya jadi lumayan malu.

Aliana yang geram tak tinggal diam. Dia melangkahkan kaki menuju ke sekumpulan siswa-siswa nakal di kelasnya itu yang masih saja belum berhenti tertawa.

"Hoi, apaan sih kalian, kenapa saling ngejek nama bapak sih, ga lucu tauk!" Cibir Aliana.

"Ntar bapaknya lagi makan bisa keselek kalo dibicarain gtu," lanjutnya membiarkan amarahnya yang meledak.

"Dih, biarin lah, sibuk kali kok kau!" Seru Raju tak terima.

"Iya woy, ganggu aja nih anak, orang cuma bercandaan doang kok," Riski ikut mengiyakan.

"Hhh, bercandaan? Tapi itu ga lucu sama sekali tau, mabok ya kalian?!" Tambah Aliana.

"Ya kau ga ikutan, mana tau sensasinya, ya kan bro? Hahaha!" Kali ini Rio ikut menyampaikan pendapatnya yang kemudian di'iya'kan oleh teman-temannya.

Apa? Sensasi? Ada sensasinya kata mereka?! Dasar anak-anak nakal! Batin Aliana.

Aliana sudah hampir saja akan meninggalkan teman-temannya yang tak bisa dinasehati hanya dengan menggunakan kata-kata itu.

"Hah, sudahlah, mau dikasi tau juga kalian ga bakalan ngedengerin, kayak ngomong sama dinding, huh!!" Cibirnya lalu membalikkan badan.

"Eh eh, uluh uluh, ada yang ngambek nih, hahah!"

'Ih siapa sih ngeselin banget! Udah tau juga masih dibilang'

Ya, itulah yang terlintas dalam benak Aliana ketika mendengar suara lelaki itu.

Drap drap---

Aliana mulai waspada, memikirkan apa yang akan dilakukan lelaki itu kepadanya. Ia pun tak bergerak seraya terus bergulat dengan pikirannya sendiri.

Ketika ia tak lagi menangkap suara derap langkah, bahunya ditepuk pelan. Sontak Aliana terkejut.

"Huwaaa!! Iyaa maap!!" Aliana refleks mengibas tangan yang menyentuh bahunya sambil memejamkan matanya. Ia mengira akan dipukul atau semacamnya.

Suara kekehan kecil terlontar dari lelaki yang tak lain adalah ketua kelasnya. Sambil membuka mata perlahan, Aliana melihat senyuman itu.

DEG!!

Random StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang