2. Conscious

36 5 2
                                    

Kita 'tak pernah menyadari bahwa apa yang kita miliki sangatlah berharga, sehingga kita menginginkan yang lebih. Dan kita hanya akan menyadarinya ketika kita sudah kehilangan segalanya.

Meninggalkan sarapan dan berangkat terburu-buru adalah kebiasaan buruk milik Fanny di setiap pagi hari.

"Ma! Fanny berangkat dulu, keburu telat nih!!" Teriak Fanny memberitahu mamanya.

"Lho? Nak, sarapannya ga dimakan lagi?! Tunggu dulu!" Titah mama Fanny.

Fanny menghentikan langkahnya lantas menoleh. Terlihat mamanya berlari dengan membawa sebuah kotak bekal yang cantik.

"Nih, setiap hari pasti kamu ninggalin sarapan, jadi mamah beliin ini deh!" Jelas mama.

Fanny terdiam. Terharu.

"Uuhh, mama!! Makacii ma! Jadi makin cayang dehhh!" Seru Fanny mencoba bertingkah imut.

Ya, Fanny memang sangat disayang dan dimanja oleh mama papanya karna dia adalah anak perempuan satu-satunya yang merangkap menjadi anak bungsu diantara dua abang-abang nya yang telah berkuliah dan bekerja.

"Yaudah deh ma, Fanny berangkat dulu!" Ujar Fanny sambil memberikan mamanya sebuah ciuman manja.

Sepeda berwarna hijau terang yang selalu menemani Fanny ke mana pun ia pergi itupun mulai melaju kencang melewati gang kompleks perumahannya.




Klek.

Sepeda hijau itu kini telah terparkir rapi di lahan parkir sekolah. Suasana sekolah yang telah sangat ramai karna 3 menit lagi bel masuk akan berbunyi membuat Fanny kesulitan melakukan ritual paginya.

"Yah,  apa aku hari ini sudah melewatkannya ya," ujar Fanny lesu.
"Yasudahlah, saat ke kantin nanti pasti akan ketemu!" Sambungnya menyemangati diri sendiri.

Baru saja ia akan melangkahkan kakinya, terlihat sosok yang sedari tadi dinantikannya itu.

Dengan secepat kilat ia mundur dan mengintip dari balik salah satu pilar yang lumayan besar.

"Wahhh, ya ampun, hari ini pun wajahnya ganteng banget!" Ucap Fanny sembari mencoba mengontrol dirinya yang hampir meledak.

Lelaki itu terlihat berjalan terburu-buru dengan hoodie berwarna army yang menutupi badan tegapnya. Ia tak lain adalah Kak Bian. Ketua bidang olahraga di organisasi OSIS di sekolah Fanny.

Teeettt!! Teeeetttt!!!
Saatnya jam pelajaran pertama dimulai!! It's time to begin the first lesson....!!!

Suara bel yang menggema ke seluruh penjuru sekolah masih tidak menyadarkan Fanny dari ritual paginya itu.

Setelah melihat punggung tegap itu menghilang di koridor samping, Fanny mulai mengeluh.

"Ih, cepet banget sih jalannya." Nyinyir Fanny.

"Oy!!" Seseorang menepuk pundak Fanny dengan keras, hingga dia hampir saja mengumpat di pagi yang cerah itu.

"Ngagetin aja nih ngengat buntel, ahhh. Ga tau apa gue lagi sibuk." Kesal Fanny.

Radi hanya terkekeh.

Sedari kecil, Fanny dan Radi sudah saling mengenal. Ini karena Radi pernah menjadi tetangga Fanny sebelum keluarganya pindah rumah. Mereka sudah seperti sahabat karib yang tak bisa terpisahkan.

Random StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang