Sakura tengah mengamati gugus gedung yang menjulang tinggi berbentuk prisma-prisma kristal tegak menyongsong langit ketika otomobil yang ditumpanginya membelah jalanan. Jika diamati dari kejauhan, gedung-gedung yang sekarang mengepungnya akan tampak seperti pedang-pedang dewa yang menghadap surga. Keindahannya tergambar dari liukan arsitektur dan kaca-kaca yang membiaskan cahaya matahari yang mengintip malu dari balik awan. Tidak peduli berapa kali pun Sakura melihatnya, dia tidak bisa menghentikan rasa takjub akan kemegahan Ibukota Kekaisaran Seiryong, Kota Shuijing.
Hujan salju sudah berhenti turun sejak semalam. Jalanan terhampar mulus karena salju telah dibersihkan, membuat rombongan mobil kerajaan meluncur tanpa hambatan. Sakura mengamati jalanan yang di bagi dalam beberapa jalur satu arah yang membuat keteraturan dalam berlalu-lintas. Moda-moda transportasi bergerak dengan kecepatan stagnan, diatur secara otomatis mengikuti jalur elektromagnet yang disinkronisasikan dengan GPS.
Dunia modern ini tidak mengenal macet, setiap kendaraan telah mengatur jarak aman dengan energi gelombang suara rendah yang di keluarkan mobil, mendeteksi keberadaan kendaraan lain dan untuk menghindari kecelakaan. Sistem artificial intellegence yang ditanam dalam setiap kendaraan juga mampu mengenali rambu-rambu lalu-lintas yang berupa holoscreen di udara. Segalanya rapi dan teratur. Tenang dan damai.
"Perlu dua jam lagi untuk sampai, lebih baik tidur saja."
Sakura memutus pandangan dari objek pengamatannya, beralih pada suaminya yang baru saja memecah kesunyian yang sempat tercipta. Sakura mengangguk, tidak tahu lagi harus merespon dengan cara bagaimana. Mungkin suaminya pikir dia bosan saat mengamati pemandangan di luar dengan pikiran yang mengembara entah kemana.
Sasuke mendekatkan diri, meraih tubuh Sakura untuk disandarkan ke arahnya. Sakura menyamankan posisinya dan tidak perlu waktu yang lama untuk membuainya ke alam mimpi. Dia mudah sekali tidur akhir-akhir ini. Dia hampir menghabiskan waktunya untuk menutup mata sepanjang hari semenjak kehamilannya.
Sakura mengerjapkan mata ketika merasakan laju otomobil mereka melambat, kemudian berhenti. Gedung-gedung pencakar langit sudah hilang dari pandangan digantikan oleh bukit-bukit yang ditumbuhi pepohonan sejauh mata memandang. Hanya ada satu bangunan besar serupa kubus-kubus putih yang berkoloni di tempat itu, Gerbang Kota Jinse. Relief naga meliuk-liuk yang dipahat menghiasi tembok serupa hireoglif dalam batu-batu kuno berusia ribuan tahun jika dilihat dari kejauhan.
Sakura memperhatikan beberapa pengawal menyisir area di sekitar mereka, beberapa di antaranya sibuk dengan radio komunikasi yang menempel di telinga. Sasuke membuka pintu mobil mereka setelah pengawal menyatakan area mereka dinyatakan aman kemudian membuka pintu mobil di sisi Sakura dan membantunya berdiri.
"Kita turun di sini?"
Mereka biasanya tetap menggunakan moda transportasi ketika akan memasuki Kota Jinse. Elevator dalam kubus-kubus itu berukuran besar dan memang diperuntukkan bagi kendaraan.
"Ada mobil khusus menunggu di bawah." Ujar Sasuke sembari merapatkan mantel bulu Sakura, menghalau udara dingin yang menyengat kulit istrinya. Sasuke kemudian meraih tangan Sakura dalam genggaman, menuntunnya menuju jalan yang tidak pernah dia lewati jika pergi ke Kota Jinse.
Sakura baru menyadari iring-iringan mobil mereka bertambah jumlahnya dibanding ketika berangkat dari istana. Mungkin mereka bergabung di tengah perjalanan, saat dia tengah tertidur. Beberapa orang penting keluar dari dalam mobil-mobil itu untuk mengikuti mereka dari belakang. Kebanyakan dari mereka adalah jenderal dan letnan Pasukan Elite Society dibandingkan kolega politik suaminya.
Sakura diam-diam menghitung jumlah pengawal mereka yang juga naik tiga kali lipat. Sakura menyimpulkan adanya urusan penting menyangkut militer negara mereka. Dia hanya tidak mengerti keterlibatannya dalam hal ini. Mengapa Sasuke mengajaknya?
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐋𝐎𝐕𝐄 𝐋𝐈𝐄𝐒 𝐁𝐋𝐄𝐄𝐃𝐈𝐍𝐆
FanfictionDunia telah berevolusi, peradaban kembali berganti. Bumi sedang meregenerasi diri setelah sekian lama sekarat. Di sisi lain, populasi umat manusia turun drastis akibat perang yang pernah berkecamuk, bencana alam yang melanda, serta keruntuhan ekolo...