Hari ini adalah hari yang sangat berat untuk Juvia. Pekerjaan kantor yang belum selesai, urusan rumah yang belum selesai, dan yang terakhir dimarahi oleh bossnya karna keteledorannya saat menangani berkas – berkas yang akan di kirim ke kontraktor.
"brak"
Sang boss menggebrak mejanya sambil menunjuk wajah Juvia.
"kamu bisa kerja gak sih?!?!?!"tanya sang boss penuh emosi.
Juvia hanya menunduk sambil mengeratkan kedua tangannya.
"kalo kamu gak bias kerja. Tolong keluar aja dari perusahaan ini, kami gak butuh orang seperti kamu yang gak becus ngurus berkas - berkas kecil gitu. Asal kamu tau ya kamu itu baru 3 bulan diangkat jadi pegawai tetap disini, jangan sombong dulu. Saya bias aja minta bagian HRD untuk mendepak kamu."kata sang boss sambil memijit pangkal hidungnya.
Juvia sebenarnya ingin menangis keras,namun ia menahannya karna ia takut akan membuat sang boss semakin marah. Ia menggigit bibirnya sambil merapalkan doa dalam hati agar ia tak disuruh menulis surat pengunduran diri.
"saya gak bisa mentolerir kesalahan kamu ini ya Juvia. Kamu tau perusahaan kita bisa rugi kalo kamu begini terus, untung pihak kontraktor itu tidak mempermasalahkan berkas yang salah. Coba sampe mereka membatalkan kerja sama. Gaji kamu selama seumur hidup juga gak akan bisa ganti kerugian kita. Hanya karna kelalaian kamu ini semua pergawai sini bisa kena imbas asal kamu tau. Kamu gak kasian sama pegawai yang sudah bertahun – tahun mengabdikan diri disini hanya karna pegawai 3 bulan malah kena depak. Kan bodoh!!!!!!!"ujar sang boss lagi.
Juvia tak bisa menjawab,ia hanya bisa terisak sambil menundukan kepalanya dalam.
"maafkan saya pak. Saya tidak akan mengulangi lagi pak"lirihnya sambil mengangkat wajahnya perlahan.
Sang boss hanya bisa menghela nafas perlahan,lalu berbalik menghadap jendelanya.
"kamu keluar. Kamu saya skors satu minggu"kata sang boss tanpa melihat ke arah Juvia.
Juvia menunduk lesu.
"baik pak,saya permisi pak"jawabnya sambil meninggalkan ruangan sang boss.
Juvia menghela nafasnya perlahan sambil menutup pintu ruangan sang boss, matanya memerah menahan tangis.
Stevani,sahabatnya menghampiri Juvia. Memeluknya.
"sabar ya Juv. Gak apa - apa kok"kata Stev mencoba menghibur Juvia.
Juvia hanya tersenyum lesu sambil membereskan barang – barangnya. Menenteng tasnya dan keluar kantor.
Juvia melangkahkan kakinya menuju halte bis dekat kantornya sambil melamun. Suasana hatinya begitu buruk hari ini. Ingin rasanya ia berteriak dan menangis sekencang – kencangnya,tapi rasanya itu percuma saja.
Didalam bis yang membawanya pulang ke apartemennya, Juvia hanya melamun sambil sesekali menghela nafas panjang, rasanya bebannya selama seminggu ini begitu berat dan melelahkan.
"aku pulang"ujar Juvia saat memasuki apartemennya.
Hening menyambutnya, suasana apartemen yang sepi membuat Juvia semakin sedih. Ia sering lupa jika kini dia hidup seorang diri di kota yang begitu ramai ini. Meninggalkan keluarganya di luar pulau sana.
Juvia melempar tasnya ke semabrangan arah sambil membenamkan wajah ke kasur, lalu menangis. Saat – saat seperti ini ia ingin sekali dipeluk oleh ibunya,di beri semangat oleh ayahnya,dan ciuman hangat kakaknya. Juvia menangis semakin keras sambil memeluk lututnya.
.
.
.
.