[AT 00.26 AM]

42 7 0
                                    

Dan 'ku pernah jadi yang tersayang
'Ku pernah jadi yang paling kau cinta
Mungkin kau lupa
Dan di saat sang penggoda datang
Kau biarkan dia hancurkan istanaku
Sekarang
Kau lupa aku ratumu

Sang Penggoda—Tata Janeeta
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Dudududu awas ada pelakor. Modal kompor udah berhasil bikin kendor. Waduh, bahaya bor!

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Yura kegirangan saat Alfa menghampirinya ke kelas. Padahal niat Alfa bukan untuk menemui Yura, tapi Athala. Sayangnya sudah dua hari Athala tak menampakkan batang hidungnya. Apa dia benar-benar patah kali ini?

"Hei beb. Nyariin gue ya?" Yura mengalungkan tangannya manja di leher Alfa. Menjijikkan. Apa dia tidak sadar jika sekarang mereka ada di area sekolahan?

Alfa mengempaskan paksa tangan Yura. Jika bukan karena alasan itu. Dia tidak akan sudi menjadi pacar wanita yang tak beradab seperti Yura. Semua ini demi Athala, hanya Athala.

Dari Athala, Alfa bisa tahu rasanya diperjuangkan. Karena Athala lah ada Alfa yang ekspresif, Alfa yang berisik. Hmm, juga romantis.

"Ih beb ... Kok kasar sih!"

"Bacot!" sembur Alfa tepat di depan wajah Yura. Secepat kilat dia mengubah raut kesalnya dan berucap, "Eh, maksud Alfa gini. Mau nggak nanti sepulang sekolah makan bakso bekicot."

Bakso bekicot. Karangan yang luar biasa dari anak jurusan bahasa.

Yura menampilkan wajah jijiknya. "Ih apaan sih beb. Jijik tau. Mending makan di mall aja, ya ... Ya?"

"Lain kali aja ya. Gue ada urusan sama Surya. Bye." Alfa berlari meninggalkan kelas Athala. Dia lupa jika Athala satu kelas dengan Yura. Sialan.

Saat ada Alfa. Yura menjadi wanita yang berani. Tapi nyatanya dia mendadak kicep saat Alfa tak ada lagi. Ditambah caci maki dari anak kelas yang sudah tahu tentang pemelakoran Yura dalam hubungan Athala dan Alfa.

"Woy. Kalau punya doi dijaga. Kalian tahu kan kalau pelakor sekarang itu bukannya malu malah bangga."

"Dudududu awas ada pelakor. Modal kompor udah berhasil bikin kendor. Waduh, bahaya bor!"

"Ntar kalau udah dapat karma ada backsound yang terngiang di kepala. Ges, gimana ges?"

Segerombolan cewek kelas Yura mulai menyanyikan backsound legend kebanggaan banyak orang.

"Ku menangis ... Membayangkan ... Bertapa kejamnya dirimu atas diriku ...."

"Padahal yang kejam itu dia njir. Mempelakori hubungan sahabat sendiri. Gila sih, kek udah gak ada cowok lagi di dunia ini."

Yura keluar kelas saat beberapa orang itu mengatainya. Apa salahnya jika dia menghancurkan hubungan Athala dan Alfa?

Kalian harus tahu jika Yura sudah mencintai Alfa sejak lama. Tapi malah Athala yang mendapatkan cinta seorang Alfa. Jadi, yang salah di sini siapa? Yura hanya memperjuangkan cintanya. Itu saja.

"Kenapa Athala sih yang selalu menang?" tanya Yura pada pohon palm di taman belakang sekolah.

Itu pohon yang pernah menjadi saksi Athala dan Alfa. Akhirnya harus menjadi tempat curhat Yura. Apa pohon palm ini memang ditakdirkan untuk menyaksikan kisah cinta mereka?

"Oi pohon, jawab gue dong! Kenapa Athala harus punya segalanya sedangkan gue enggak? Gue gak kaya, gak cantik, gak punya mama papa, dan gak ada yang sayang sama gue. Kenapa sih Tuhan gak adil banget?"

Yura menatap lekat pohon palm yang ada di depannya. "Emangnya salah ya kalo gue nikung Athala? Enggak kan? Gue kan cuma memperjuangkan seseorang yang gue cintai."

"Sekolah tiga belas tahun tapi masih bego. Udah tahu pohon gak bisa ngomong, malah ditanyain macem-macem. Lo kira tuh pohon cenayangnya Athala?"

Yura memutar tubuh, mendapati Erlan ada di sana. Mantan Athala sekaligus kakak kelasnya itu menaikkan salah satu alisnya. "Lo potek gara-gara Athala sama Alfa kan?"

"Udah tau ngapain nanya. Gabut banget hidup lo!" Sentakkan Yura membuat Erlan menaikkan salah satu sudut bibirnya.

"Lo kira gue gak sakit? Sakit banget coy. Gue udah ngajak balikan berkali-kali tetep aja gak direspon. Padahal tuh ya ... Gue gak pernah jadian sama si Angel Angel itu. Gedek bet sama netijen. Masa gue digosipin jadian sama itu, jadian sama si ini. Padahal gue aja masih gamon sama Athala, ya kali jadian sama cewek lain."

"Gak ada yang nyuruh lo curhat." Yura berjalan melewati tubuh Erlan.

"Dih sableng. Siapa yang curhat sama lo. Orang gue curhat sama pohon!" teriak Erlan setelah jarak dirinya dengan Yura semakin jauh. Lama-kelamaan dia jadi berpikir, apa bedanya dia dengan Yura jika mereka sama-sama menumpahkan perasaan lewat pohon.

Sama-sama sableng.

👑

Siapa yang ngomong kalau Athala gak masuk sekolah gara-gara gak berani ketemu Alfa atau Yura?

Jangan percaya dengan berita tersebut. Karena fakta yang sebenarnya, dia pergi ke rumah Alfa di kota Batu. Kenapa, kaget?

"Dingin banget ya, Le."

Athala membuka jendela kamar Lea. Dingin menusuk tulang, membuat Athala semakin menaikkan resleting jaketnya.

"Dinginnya kota Batu tak sedingin bang Alfa, Kak. Jadi santai aja."

Athala memutar bola matanya. Iya, Alfa hanya dingin di awal-awal dulu saat dia baru berjuang. Tapi nyatanya semakin ke sini Alfa bukan lagi spesies dingin, melainkan gila.

"Gue besok pulang ya, Le. Takutnya Alfa nyariin." Mendengar itu Lea menjatuhkan boneka yang baru saja ada dalam pelukannya.

"Biarin deh abang bingung nyariin kakak. Sumpah, Lea tuh masih gedeg. Apalagi sama si centil itu." Lea mengambil boneka pemberian Alfa beberapa tahun yang lalu.

Athala tertawa kecil. Awalnya dia tidak menyangka akan seperti ini akhirnya. Sikap tidak suka Yura, ternyata berhubungan dengan Alfa. Padahal dia kira Yura sedang pms waktu itu. Eh, ternyata ini dibalik pms yang lama.

"Tapi kok Athala gak sesedih kemarin ya, Le. Athala ngerasa kalau Alfa bakalan balik lagi. Ya ... Meski kesempatan itu cuma beberapa persen, tapi Athala tetep yakin."

Ucapan itu hanya omong kosong dari otaknya. Dia gagal move on, itu yang sebenarnya. Secara, Alfa mengubah banyak hal darinya.

Move on. Kata keramat yang tidak pernah ada dalam kamus kehidupan Athala kini menjadi nyata. Tak hanya itu, dia baru sadar jika kandasnya hubungannya dengan Alfa terjadi tanggal 13. Tanggal yang teramat dia benci.

Tanggal sama yang telah merenggut nyawa Mamanya. Athala benci, sekaligus takut dengan angka 13. Bahkan dia tidak mau jika ulang tahunnya dirayakan tanggal 13. Tanggal kesialan, itu anggapannya.

Sekarang, tanggal itu merebut Alfanya.

Setelah ini apa lagi yang akan hilang di tanggal 13?

"Semoga pintu hati abang terketuk, kak. Kalau gak terketuk biar Lea dobrak aja."

Athala terkekeh dengan ucapan Lea. Dalam hati, dia berdo'a semoga Tuhan mendekatkan kembali hati mereka.

"Ih, jangan dong. Nanti pintu hati Alfa rusak."

"Bodo amat, Kak. Salah sendiri udah ngecewain kak Athala."

Lea menyayangi Athala dan begitupula sebaliknya. Ah, saat ada pihak yang saling menyayangi kenapa harus ada pihak lain yang mematahkan hati?

👑

Hmm...

ATHALFA [TAMAT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang