Prolog

239 36 7
                                    

Sisa abu bertebaran oleh sapuan angin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sisa abu bertebaran oleh sapuan angin. Api kecil meletik menimbulkan suara khas beberapa kali. Kabut hitam menutup hampir seluruh permukaan. Mansion semula berdiri kokoh, runtuh tersisa puing-puing berserakan.

Tak ada yang selamat dari peristiwa itu kecuali seorang gadis kecil delapan tahun. Muka bulat tercoreng-moreng abu. Baju kotor berbeda jauh dari apa yang biasa digunakan sehari-hari.

Manik polos memandang petugas kepolisian di balik meja. Sorot tajam seolah tujuan hidup dan ke mana arah tiap langkah kecil tergambar di otak dengan sempurna. Tubuh mungil tenang duduk pada kursi.

"Saya yang menyebabkan api. Saya gak suka semua orang."

Seluruh petugas kepolisian terbelalak. Pengakuan jarang sekali dilakukan, apalagi oleh seorang gadis kecil. Tak masuk akal bila seorang bocah menyebabkan kebakaran besar hari itu, memakan enam korban jiwa, menghancurkan rumah besar hingga rata dengan tanah.

Pihak sekolah, saat dihubungi, mengatakan jika Ara merupakan siswa yang cerdas. Nilai mendekati sempurna, mengikuti ajang lomba kesana kemari. Ara punya banyak teman, dia ceria, bersahabat dan suka membela anak-anak yang terkadang dijahili oleh kakak kelas.

"Dia memang jenius." Alasan itu bisa menjadi dasar mengapa Ara sanggup menciptakan api di rumah. Sekolah pasti mengajarkan tentang api, cara memadamkannya, dan benda apa saja yang memancing kobaran semakin besar.

"Jadi bagaimana? Dia sudah mengaku."

Mudah sekali menjatuhkan tuduhan pada Ara. Tetapi hukum tak bisa menjeratnya karena Ara masih dibawah umur.

Rehabilitasi dilakukan. Tak memakan waktu lama sudah selesai karena Ara bersikap sangat baik. Ditambah, sejak awal pemeriksaan kesehatan, Ara dinyatakan sehat jasmani. Psikolog mengatakan keadaan mental Ara juga baik.

"Kita cuma punya satu pilihan tersisa, mengirim bocah itu ke panti asuhan."

Anak kecil seharusnya polos dan jiwanya masih murni. Lalu mengapa Ara kehilangan hal itu? Sesuatu telah menekan Ara, memaksa untuk melihat sisi lain dunia, yang seharusnya belum dilihat.

Semakin dewasa Ara, tak menutup kemungkinan tindakan di luar dugaan bisa terjadi, bahkan lebih menjadi-jadi, karena semua membekas dalam hati.

Orca and The Flower IceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang