6. Under His Spell

848 73 10
                                    

⛔ Jangan lupa klik ⭐nya ya sebelum lanjut baca ⛔

Selamat Membaca

*****

Shia terkesiap saat Aidan muncul dari balik pintu lift yang terbuka dan berjalan ke arahnya. Tanpa aba-aba dan memikirkan keselamatannya, Shia melompat turun dari gendongan Abi hingga Abi menahan tubuhnya yang hampir saja terjatuh.

"Kamu ngapain sama dia?" tanya Aidan tiba-tiba.

Shia diam, selain karena masih terkejut dengan kehadiran Aidan yang tidak ia duga, pertanyaan Aidan barusan juga membuatnya nyaris tak mampu berkata-kata.

Abi menarik pinggang Shia lalu melingkarkan tangannya di pinggang ramping itu. Shia menoleh ke arah Abi, menatap wajah Abi lalu menggeleng pelan sebelum melepaskan tangan Abi dari pinggangnya. Dengan sadar, Shia mendengar Abi menghela napasnya kasar.

"Enggak ngapa-ngapain," jawab Shia pada pertanyaan Aidan, membuat Abi memundurkan langkah kakinya ke belakang.

"Baju kalian?" tanya Aidan penuh selidik.

Shia gelagapan, pasalnya ia dan Abi masih mengenakan baju pengantin. Ditambah lagi, Abi baru saja menggendongnya.

"I-ini ...." Shia menggantung kalimatnya saat Aidan menariknya dengan kasar. Shia tidak bisa mengelak. Pasalnya, apa yang Aidan lakukan sekarang masih memberi pengaruh yang besar untuknya, bahkan setelah hubungan mereka berakhir.

Abi tidak tinggal diam. Shia adalah istrinya dan Abi tak akan membiarkan orang lain menyentuhnya. Dengan cekatan, Abi menahan lengan Shia. "Lo mau masuk atau enggak?"

Pintu lift masih terbuka lebar. Shia menelan ludahnya susah payah saat bibirnya menjadi kaku untuk berkata-kata.

"Gue tanya sekali lagi, lo mau masuk atau enggak?" tanya Abi. Kali ini dengan suara dan raut wajah tegas yang tidak pernah Shia lihat sebelumnya, sepuluh kali lipat lebih menyeramkan dari pada Abi yang tadi menceramahinya karena masalah pintu mobil.

Shia mengangguk. Meski anggukannya pelan, baik Abi ataupun Aidan, mereka sama-sama melihatnya.

Dengan kasar, Abi melepaskan tangan Aidan yang menahan Shia. Aidan tidak melawan meski tatapan tajamnya pada Shia tidak berkurang sedikit pun.

Abi menyeret Shia pelan. Pegangan tangannya yang menurun ke pergelangan tangan Shia pun terkesan ringkih. Shia akhirnya mengikuti Abi masuk ke dalam tabung lift, membiarkan Aidan menatap mereka hingga pintu lift tertutup.

Tepat saat pintu lift tertutup, Abi melepaskan pegangannya, lalu menekan tombol bertuliskan angka dari lantai yang akan mereka tuju. Abi tidak membuka suaranya sama sekali dan karenanya, Shia merasa bersalah.

"Abi," ujar Shia pelan sambil menarik ujung jas Abi yang sudah tak terlihat rapi sehabis menggendongnya. "Maaf."

Abi tidak menjawab sama sekali. Matanya terus mengawasi layar kecil dengan tanda panah dan angka yang kian berganti.

"Abi, maaf. Gue bukan bermaksud kayak gitu. Gue tadi panik," jelas Shia.

Ting.

Pintu lift terbuka dan Abi keluar begitu saja dengan Shia yang mengekorinya. Setibanya mereka di depan sebuah unit, Abi menekan PIN yang menjadi kunci pintu unit mereka.

Yes, I Will! (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang