2. Berita yang diharapkan

11 0 1
                                    

 warning!! typo

enjoy reading!

Hembusan nafas keluar dari mulutnya, angin malam menghampiri tubuhnya, kantung mata yang hitam terlihat jelas di mukanya, kesedihan, kekhawatiran dan sebuah harapan dapat terpancar di matanya

ia terlihat lelah dengan aktifitasnya, ia terlihat hampa melihatnya yang ada didepan matanya. Melihatnya tempat bersendernya, tempat untuk mencurahkan keluh kesahnya, tempat untuk kembali sedang menutup matanya dengan tenang, tanpa ada niat untuk membukanya.

Dia, Alysiana Arfathna

seseorang yang telah menepati hatinya, seseorang yang akan mendengar masalahnya tanpa lelah, seseorang yang menjadi penengah antara dia dengan keluarganya, dia yang selalu bersenyum tanpa lelah, yang selalu membantu dengan tulus, seorang yang berkerja tanpa kenal kata lelah, dan seseorang yang menyimpan semuanya untuk dirinya.

"Aly, wake up please, i need you to hear me and tell me that this is going to be alright, Aly... aku butuh senyuman mu" ucapnya memohon kepada sosok di depannya

dirinya tersenyum getir, setelah sadar bahwa ia tidak ada gunanya memohon padanya, bahwa hanya jika tuhan membolehkanya membuka matanya lagi. 

ia hanya akan tersenyum 

.

.

.

"Zav, ayo pulang waktunya udah abis" dia adalah Alister, "abang bakal balik lagi, tunggu abang besok ya, bye bye Aly" ucapnya lagi sambil mencium keningnya Aly, dan iya Alister ini adalah kakaknya Aly

Zavier, cowok yang di panggil Alister tadi hanya memandang Aly dengan pandangan sedih, ia tidak mau pergi dari Aly, ia ingin menunggunya dan menjaganya, sesuatu yang ia tidak bisa lakukan dimasa lalu

"zav ayo, besok kita sekolah" tegur Alister lagi, dan hanya di jawab oleh anggukan Zavier

"Al, yang kuat ya, semoga kamu inget aku dan yang lain disini nunggu kamu untuk kembali, jangan kayak tadi ok? " ujar Zavier, ia mengecup punggung tangan kanan Aly lalu pergi meninggalkan ruang inap Aly.

ya, tadi siang memang ia dapat kabar dari rumah sakit bahwa jantung Aly melemah, dan itu membuat Zavier dan Alister jantungan ampe ngebut kerumah sakit, dan akhirnya mereka berdua menemani aly sampai waktu kunjungan habis, ya walaupun tadi alister pulang untuk bersih2 dan bawa baju untuk Zavier.

'walau aku tau hidup dan mati ada di tangan mu, tapi bolehkah aku berharap bahwa nanti ia akan membukanya tuhan?'

.

.

.

"kondisinya stabil, hanya saja kita harus mengawasinya kondisinya lebih lanjut, takutnya kejadian tadi siang tidak terulang lagi" ucap Dokter Jinan kepada Alister

"kira-kira ada kemungkinan untuknya bangun dok?" tanya Alister pelan

"kemungkinan nona Alysiana untuk bangun itu banyak, tapi kita belum bisa memprediksi ia bangun kapan, apa lagi dengan keadaanya tadi siang" jelas dokter Jinan. 

dokter jinan tidak ingin memberi harapan yang tinggi untuk Alister, karena ia bukanlah tuhan yang dapat menghidupkan orang, ia hanyalah seseorang yang melakukan sebisanya untuk menyembuhkan orang yang sakit, urusan hidup-mati ia serahkan pada yg di atas, yang penting ia melakukan yang terbaik sebisanya.

.

Alister yang mendengar perkataan dokter Jinan hanya dapat tersenyum, walaupun belum tepat, tapi yang penting ia masih dapat berharap kepada tuhan untuk kesehatan adiknya

.

.

.

sedangkan Zavier di depan hanya bisa mengingat perkataan Aly yang lalu, bahwa ia tidak boleh terlalu bersandar kepada seseorang, karena walaupun manusia saling membutuhkan terkadang ada hal yang harus kita lakukan secara individual.

'tapi Al terkadang hal yang kita harus kita lakukan sendiri itu berakhir dengan kita yang membutuhkan yang lain, seperti katamu kita manusia di buat untuk saling membutuhkan'

-Zavier Andreas-

14 April

Zero O' ClockTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang