warn typo
enjoy reading!
Yang ia liat sekarang adalah pemandangan senja yang tertutup oleh bangunan-bangunan pencakar langit, yang ia dengar adalah suara pintu terbuka, ia yakin itu adalah seorang suster.
"dokter Jinan, saya ingin memberitau kan bahwa wali dari nona Alysiana menginginkan peekiraan waktu sadarnya nona Alysiana" ucap suster Fara, suster Fara adalah suster satu satunya yang merahasiakan kesadaranya Aly.
Mendengar kata 'wali pasien' hanya membuat Jinan mendengus tidak suka, karena berat baginya untuk merahasiakan keadaan pasien yang sesungguhnya apalagi mereka akan segera pulang dari bisniss tripnya
"lalu kau jawab apa? " tanya Jinan
"ya, tentu saja aku menjawab kondisinya masih sama, karena biasanya orang yang koma itu lama sadarnya" ujar suster Fara
Alasan yang masuk akal tetapi menjanggalkan jika kita perhatikan kembali, Fara adalah sepupunya Jinan ia yang tadiknya ingin menjadi dokter berganti menjadi perawat ya entah kenapa ia ingin menjadi perawat.
Sekarang kembali lagi ke topik, Jinan sekarang lagi pusing terkait dengan pasien kamar 201 tersebut, jujur saja sudah 3 tahun lamanya ia mengenal Aly tetapi tidak ada satu hal yang ia tau tentang hidupnya.
Selain pernah berantem dan membuat pertemuan pertama bagi mereka, Jinan tidak tau apa pun tentang gadis berumur 16 tahun tersebut.
'Hah benar-benar menyusahkan'
---------------------------------------------------------Sudah 4 hari Aly bangun dari komanya selama 2 minggu tersebut, keadaanya membaik walaupun luka tusuknya terkadang membuatnya sakit.
"kapan aku bisa ke situ lagi? " ucap Aly menghadap langit lewat jendela ruang inapnya
Aly itu orangnya free, tidak suka barangnya diambil, dan ia adalah orang yang keras kepala.
Mulut Aly semakin tertutup, otaknya semakin berputar, matanya memerah, dan dadanya semakin sesak.
Perlahan lahan air matanya tak bisa ia bendungkan lagi, isakan keluar dari mulutnya yang tertutup rapat, sesak di dada bertambah
"kenapa? Kenapa harus aku? "
"kenapa? Hiks... kenapa disaat seperti ini? Hiks... "
"ma-hisk maaf, maafin aku hiks... Tolong"
"kenapa kamu hiks... Kenapa gak biarin aku aja hiks"
Perlahan hari berganti dengan malam, kata penyesalan dan permohonan berganti dengan air mata dan isakan seorang gadis.
Seorang gadis yang memilih untuk menyembunyikan semuanya sendiri sampai-sampai ia sempat kehilangan emosi.
Gadis yang menangis dengan pilu karena kesalahan yang di ulang.
Gadis yang akhirnya menangis dari sekian lamanya ia dapat emosi.
Gadis yang terlihat berbeda jika kalian liat lebih dekat lagi.
Dan semua itu akhirnya di ketahui oleh Jinan, tangisan memilukan itu adalah jawaban dari seluruh pertanyaan yang tak pernah terjawab.
"jika seorang wanita menangis itu bukan berarti ia lemah, tetapi itu karena ia sudah cukup menjadi kuat"
-Jinan Fernandez-
25 April
KAMU SEDANG MEMBACA
Zero O' Clock
Teen Fiction[zero o'clock] ⌛ Di mana Hari berganti, dan di situlah kita memulai membuat keputusan untuk hari yang baru, menerima kemarin dan melanjutkan hari atau mengingat kemarin untuk hal hari ini dan esoknya. Alysiana Arfathna seorang gadis dengaan segudan...