1

295 34 3
                                    

Tahun ajaran baru 1988/1989.

Tara melangkah masuk ke sekolah barunya, SMA 5 Semarang dengan keraguan. Tentu, gadis itu merasa asing, ia baru saja pindah dari Jakarta. Tara mengedarkan pandang dengan cemas, seorang kakak OSIS menangkap kehadiran Tara yang mematung di depan lobby.

"Dek, kelas berapa?" tanya kakak OSIS itu.

"1-2, kak."

"Kelasnya disitu ya dek, pojok kanan." kakak itu menunjukkan arah. Tara mengangguk dan mengikuti arahan kakak OSIS tersebut.

Sudah banyak manusia berseragam putih abu-abu yang duduk di sana, tapi Tara memilih duduk di pinggiran, supaya bisa menyenderkan punggung ke dinding. Beberapa pasang mata memandangnya takut-takut. Tapi Tara tak ambil pusing.

The perks of being outsider plus muka galak, batinnya.


"Halo, boleh duduk di sini?" tanya seorang gadis. Tara memandang gadis dengan jaket colorblock itu sesaat sebelum mengangguk.

"Kenalin, gue Alya." Gadis itu menyodorkan tangannya.

Mata Tara membulat, ia mengingat wajah gadis itu. "Hai, Gue Tara. Lo bukannya Alya Namira ya, finalis Gadis Sampul 1988 dari Jakarta?"

Alya meletakkan jarinya di bibir sambil menahan senyum, dan mengangguk.


"Sejak kapan lo pindah ke siniii?" tanya Tara pelan, ia masih antusias melihat seorang gadis sampul. 

"Gue baru banget pindahan semester ini. Lo Tara yang dulu SMP di Tarki (Tarakanita 1) gak sih? Temennya Morina yang finalis juga?"

Tara mengangguk antusias. "Astaga dunia kecil juga yaa, sampe kita saling tau tanpa saling kenal,"


Kesamaan latar belakang sebagai anak Jakarta itulah yang membuat keduanya cepat akrab. Setelah itu, seorang Kakak OSIS masuk ke kelas dan memerintahkan mereka untuk segera berbaris mengikuti upacara.

Setelah upacara, siswa-siswi baru digiring ke aula, untuk mengikuti Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila alias P4 (Kalau jaman sekarang, ibaratnya itu PKN). Kegiatan ini dilaksanakan di minggu pertama sekolah. Yaa kadang di sela-sela P4, ada kakak-kakak OSIS yang masuk buat nampang aja.

Tanpa Tara sadar, udah seminggu ini ada laki-laki yang memperhatikannya.

///


Tara lagi belajar sambil dengerin radio di kamar.

"Selamat malam kawula mudaa, aku mau nyampein salam dari kawula muda sekalian. Yang pertama ada dari Denny SMA 1, mau nitip salam buat Tria yang ada di Candi baru. Pesannya Semangat belajar yaa, besok ada ujian biologi. Jangan nyontek, soalnya Pak Hanif galak lho. Nahloh Tria, inget ya jangan nyontek." kata Mas Indra, sang penyiar radio.

"Pesan kedua dari Didit di Gajahmungkur buat Tara Allysa, kelas 1-2. Katanya, Halo, semoga lo sehat terus. Gue kirimin lagunya Black Fantasy yang Buat Kamu. Hahaha, lucu juga ya...."


Mata Tara membulat, ia segera berlari ke ruang keluarga. Bak gayung bersambut, telepon di ruangan itu sudah berbunyi.

"Ha-halo?" sapa Tara agak ngos-ngosan.

"TAR?? LO DENGER JATAYU GAK? LO KENAL AMA DIDIT?" Alya teriak.

Tara agak menjauhkan gagang telepon. "Dengerrr. Tapi gua gatau itu siapa. Anak sekolah kita bukan?"

"Iyaa, gue tau orangnyaa!"

1989.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang