2. Bertemu lagi

6 1 0
                                    

Ternyata guru baru, sepertinya tadi aku bertemu dengannya dimana ya? Tunggu, Apakah yang hampir kutabrak tadi adalah guru baru? Whaaaat???!!!

Mengingat apa yang sudah kulakukan aku paranoid sendiri, aku sangat panik, aku sudah berpikir yang tidak tidak. Saat upacara berlangsung aku tidak terlalu fokus, aku masih berpikir buruk tentang kejadian yang tadi. Sampai upacara selesai pun aku masih kepikiran, ah sudahlah. Semoga dia melupakannya.Aku meyakinkan diri dan menjalankan kegiatan sekolah seperti baisa.

@@@@

Krriiiiingg.....

Bel istirahat berbunyi nyaring.
Membuat jiwa jiwa yang kelaparan bergegas keluar dari kelas menyerbu kantin. Keenan meregangkan tubuhnya, berusaha meringankan rasa lelah di tubuhnya. "Hhennnghh!" Setelah dirasa cukup ringan, ia pun pergi ke kantin. Guna mengisi perutnya yang lapar.

Seperti biasa kantin selalu ramai dan menu yang di beli Keenan pun selalu sama, Siomay. Dirinya harus pintar pintar berhemat, karena uang sakunya tak seberapa dan kini keuangan keluarganya sedang kurang baik.

Baru saja menyuapkan sesendok siomay, punggungnya disenggol cukup keras. Alhasil, Keenan tersedak. Segera ia mengambil gelas es teh miliknya namun tepat sebelum tangannya meraih gelas, ada tangan lain yang meraihnya dan malah menyiramkannya ke atas kepala Keenan.

Ccuuurr.....

Es teh yang dibelinya kini membasahi rambut, wajah, dan seragam bagian atas yang dikenakannya.

Para siswa siswi yang melihatnya terdiam. Tidak berani menghentikan orang yang sedang menyiramnya. Tentu saja tidak berani, karena orang yang menyiramnya adalah Gi. Pembuat onar nomor satu di SMA New San dan anak dari donatur terbesar ketiga. Tidak ada yang berani melawan Gi kecuali Keenan seorang.

Keenan sudah berhenti tersedak, sekarang ia terkejut karena ia malah disiram tanpa sebab. Ia menggebrak meja dan berdiri. Amarahnya sudah memuncak disebabkan oleh ulah seseorang yang selalu mengganggunya. Padahal dirinya ingin sekali saja tidak diganggu Gi. Dirinya selalu bertanya tanya, kenapa dirinya yang selalu di ganggu oleh Gi, padahal dirinya tidak pernah mengganggunya. Dasar, kenapa dia selalu menggangguku?!  

"Hei! Apa maksudmu?!" Gi menyeringai

"Apa maksudku? Tidak ada." Jawab Gi dengan gayanya yang khas, sombong.

"Kenapa kau selalu menggangguku?!" Tanya Keenan sambil mencengkeram kerah seragam Gi.

"Aku? Mengganggumu? Yang benar saja. Aku hanya bermain main dengan anjing."  Jawabnya dengan seringai khas miliknya.

Aku disamakan dengan anjing?!!  Tak banyak bicara, Keenan langsung menghantam wajah Gi dengan ganas, Gi membalasnya dengan menohok ulu hati Keenan dengan pukulan yang cukup keras. Tak cukup sampai disitu, mereka malah berkelahi lebih ganas, menyebabkan suasana kantin ramai karena perkelahian mereka.

"Eh! Ada apa nih?!"

"Wah, Keenan dan Gi bertengkar lagi"

"Dasar kurang kerjaan!"

"Wah! Keen dan Gi keren sekali!"
Keren darimana? Dari Hongkong?!

Itulah yang sempat didengar oleh Keenan saat sedang berkelahi dengan Gi. Dengan satu gerakan, Keenan mengunci pergerakan Gi. Tiba tiba ia mendengar suara Mr. Ted membubarkan kerumunan dan kini sedang memarahi Keenan dan Gi.

"Kalian lagi kalian lagi! Apa sih yang kalian rebutkan hingga kalian bertengkar?! Keenan! Lepaskan kuncianmu!" Keenan menurut "Kalian berdua! Ikut saya ke BP!"

Keenan melepaskan kunciannya pada Gi, mereka berdiri dari posisi mereka yang sedang mengunci dan di kunci di lantai. Mr. Ted sudah berjalan lebih dulu lalu mereka menyusul di belakangnya. Keenan melengos saat ditatap Gi dengan seringai. Hah! Kena lagi deh. Rutuknya dalam hati.

@@@@

Saat memeriksa jurnal catatan kenakalan siswa, Mr. Ted masuk ke ruangan ku dengan membawa dua murid yang babak belur dan pakaiannya kusut disana sini. Aku meletakkan buku jurnal di atas meja. "Jadi, kenapa berkelahi?" Tanyaku to the poin. Mereka berdua menunduk. Lebih tepatnya hanya satu yang menunduk. Mr. Ted menyuruh mereka duduk.

Kini mereka duduk dihadapan ku dengan ekspresi yang berbeda. Yang satu tenang tenang saja, yang satunya lagi bermuka masam. Sepertinya aku pernah melihat anak yang bermuka masam ini.
"Jadi, kenapa berkelahi?" Tanyaku lagi.

"Dia memukul saya, sir." Jawab anak yang berwajah santai. Sedangkan yang bermuka masam menoleh, tak terima.

"Dia menyiram saya dengan es teh, sir! Saya juga di senggol ketika makan hingga tersedak." Jelasnya.
Aku membaca lagi jurnal catatan kenakalan siswa. Hm, aku belum tau nama merka. Aku mengambil satu fail book yang berisi data anak anak yang sering berbuat ulah. Kuambil dua map yang di covernya terdapat nama, kelas, dan foto mereka, dan tentu saja berisi berkas mereka. Jadi nama mereka adalah Keenan dan Gi.

"Kalian senang sekali bertengkar, apa kalian tidak takut saya keluarkan?"
Mereka berdua terkejut. "Saya bisa saja mengeluarkan kalian. Karena kalian sudah tiga kali mendapat surat panggilan orang tua." Aku mengetahuinya setelah membaca berkas mereka

"Jangan bercanda, memangnya anda punya wewenang apa sir hingga berani mengeluarkan siswa?" Tanya Gi percaya diri. Aku tersenyum, "Saya sudah mengantongi izin dari pemilik yayasan." Jawabku santai. Aku melirik Keenan yang sudah seperti patung, ekspresinya kosong.

"Baiklah, kali ini kalian tidak mendapat surat panggilan orang tua. Sebagai gantinya kalian mendapat hukuman membersihkan gedung olah raga. Setelah pulang sekolah." Putusku mutlak. Gi nampak tidak terima, sedangkan Keenan kembali seperti semula.
"Sir, kenapa harus-"

"Terima kasih, sir" Keenan memotong ucapan Gi dan langsung menyeret belakang kerah seragam Gi untuk segera keluar dari ruanganku. Hm? Kukira dia akan lebih sopan. Aku tersenyum mengingat apa yang sudah kulakukan. Ternyata tidak buruk juga jadi guru BP.













Tbc
Maaf bila typo bertebaran, maklum pemula.
Please kritik dan sarannya, kalau berkenan di voment juga ya...😁

smirkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang