☔ 12. Ingat

60 10 2
                                    

"Ketika orang lain lebih ingin cepat melupakan, aku lebih ingin cepat mengingatmu."

🌂🌂🌂

Calvin melirik ke luar jendela. Jalanan basah karena tetesan hujan yang amat deras sore itu. Cowok itu mendesah pelan lalu memfokuskan pikirannya pada seseorang dihadapannya.

"Saya sangat senang bisa bekerja sama dengan Anda, Pak Calvin!"

Calvin tersenyum lalu membalas uluran tangan pria di depannya. Setelah pria yang telah menjadi teman bisnisnya pergi, Calvin kembali menoleh ke luar jendela. Entah kenapa setiap turun hujan perasaannya selalu tidak enak. Seperti ada beban di dadanya dan hal itu membuatnya sesak. Dia juga berusaha mengingat hal apa yang berhubungan dengan hujan, tetapi dia tidak bisa mengingatnya.

Ketika guntur dan kilat menyambar, Calvin tersentak kaget. Telinganya langsung berdenging sangat keras hingga membuatnya meringis kesakitan. Kedua tangannya memegang kepalanya yang serasa ingin meledak.

Calvin terus meringis hingga seorang pelayan mendekatinya. Samar-samar dia melihat pelayan itu menatapnya khawatir. Dia sama sekali tidak dapat mendengar apa yang dikatakan pelayan itu. Pandangannya mengabur karena dengingan di telinganya semakin menjadi saat guntur dan kilat kembali bersautan.

Disaat itu kilasan memori terbaca olehnya. Namun belum sempat Calvin memahami kilasan itu, pandangannya memburam dan dia merasakan tubuhnya sangat lemas sebelum akhirnya dia merasakan sebuah lengan menangkap tubuhnya yang hampir jatuh. Samar-samar dia mendengar suara sebelum akhirnya dia benar-benar tak sadarkan diri.

🌂🌂🌂

"Makasih udah bawa Calvin ke rumah sakit."

Tania mengangguk. Matanya menatap sepasang mata Kayla yang terlihat khawatir. Berkali-kali dia meremas tangannya karena cemas.

"Dokter bilang, Calvin tidak apa-apa. Hanya syok." Tania berusaha memberikan kalimat yang menenangkan dan Kayla tersenyum akan hal itu. "Eum, tapi.. apakah aku boleh tanya sesuatu?"

Kayla mengangguk. "Boleh."

"Eum.. temanmu Calvin-" Tania terlihat ragu untuk melanjutkan. "-apa dia amnesia?"

Kayla terlihat terkejut namun berusaha mengontrol wajahnya. "Lo-"

"Oh, aku mengetahuinya dari dokter. Dokter bilang penyebab Calvin pingsan karena dia memaksakan untuk mengingat sesuatu. Jadi aku berpikir apakah Calvin amnesia?"

"Iya. Calvin amnesia," jawab Kayla akhirnya. Cewek itu menatap Calvin yang masih memejamkan mata di ranjang.

Tania hanya diam. Dia sama sekali tidak tahu harus berbuat apa. Beberapa jam yang lalu dia benar-benar panik melihat Calvin jatuh pingsan. Sedari awal Calvin masuk ke restoran tempatnya berkerja, Tania sudah memperhatikannya. Entah kenapa matanya selalu ingin menatap cowok itu.

Tania menggelengkan kepalanya lalu menatap Calvin yang masih belum sadar. Mungkin seharusnya dia harus pergi karena tugasnya sudah selesai.

"Eum, Kayla aku pamit pulang, ya. Jam kerjaku belum selesai," ujar Tania.

"Oh, iya. Makasih banget, ya." Kayla tersenyum manis. "Makasih udah bantu Calvin."

Tania membalas senyum itu lalu mengangguk. "Permisi."

Tania keluar dari kamar rawat Calvin dan segera mencari taksi untuk mengantarnya ke tempatnya bekerja. Masih ada dua jam lagi waktu bekerjanya selesai. Sembari menunggu taksi, pikirannya melayang ke beberapa menit lalu. Ketika Kayla menatap Calvin sangat cemas dan entah benar atau tidak Tania melihat tatapan Kayla seperti orang yang khawatir pada pasangannya.

Because I Still Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang