16

11.2K 2.1K 124
                                    

Kamis (12.58), 23 Juli 2020

---------------------------

"Kau baik-baik saja?" tanya Leon begitu John keluar dari kamar hotel untuk makan malam. Itupun karena Leon menggedor pintunya seperti tadi siang.

"Ya, sebaik perasaan seorang anak yang baru saja berteriak pada ibunya," ujar John santai seraya mengembalikan ponsel Leon.

Leon mengangguk sambil tersenyum kecil. Dia bisa merasakan sisa-sisa amarah John. Pasti benar-benar buruk mengingat John sudah mengurung diri sepanjang siang sampai waktu makan malam tapi emosinya tak juga surut.

"Sayang sekali aku tidak tahu bagaimana rasanya." Leon berusaha mensejajari langkah John. "Aku tidak pernah punya ibu."

Mendadak John berhenti lalu menoleh menatap Leon yang turut berhenti. "Ibumu sudah meninggal?"

Leon angkat bahu. "Aku tidak tahu."

Kening John berkerut. "Pergi?"

"Tidah tahu." Lalu Leon tergelak seraya melangkah. Kali ini John yang bergegas mengikutinya.

"Dulu aku selalu penasaran asal-usulmu."

"Kenapa tidak pernah bertanya?"

"Aku sudah berusaha, ingat? Tapi kau seperti berusaha menciptakan tembok di sekelilingmu. Tidak mengizinkan siapapun mengetahu tentang dirimu lebih daripada yang ingin kau tunjukkan pada orang lain."

Leon terkekeh. "Tapi kau tetap menjadikanku mitra bisnis walau asal-usulku tak jelas."

"Yang kupedulikan hanya kemampuanmu. Jadi tak peduli kau berasal dari mana, aku akan tetap menjadikanmu mitra."

"Terima kasih."

"Tapi sekarang aku peduli karena kau mengungkitnya. Jadi kalau kau tidak tahu tentang ibumu, kau hanya tinggal dengan ayahmu?"

***

"Kau pasti tahu kalau John sudah menikah, kan?" Zie bertanya esok harinya di rumah Julia.

Julia meringis. "John melarangku untuk mengatakan hal itu pada siapapun, termasuk dirimu. Jadi aku diam." Dia menatap Zie dengan raut bersalah. "Maafkan aku, Zie."

Zie menggigit bibir seraya menenangkan emosi di hatinya. Dia tidak akan membiarkan hal ini merusak pertemanannya dengan Julia seperti sebelumnya. Lagipula, yang berhak disalahkan sepenuhnya adalah John. Dia yang tidak jujur dan memaksa Julia juga tidak jujur.

"Selain itu, apa lagi? Aku ingin tahu semua yang kau sembunyikan dan mungkin berdampak padaku. Aku benar-benar tidak ingin kita bertengkar."

Julia menggeleng. "Tidak ada lagi. Hanya itu. Dan aku benar-benar menyesal."

Zie mengangguk, berusaha untuk bersikap lebih bijak meski sebenarnya dia sangat jauh dari kata itu. "Baiklah, lupakan. Beruntung tidak terlambat. Aku tidak mau baru mengetahui bahwa John sudah menikah setelah diteriaki perebut suami orang." Rasanya masih sangat menyakitkan mengetahui bahwa John benar-benar sudah menikah. Tapi dirinya akan berusaha menerima. Harus menerima.

"Tapi kupikir ada yang tidak beres dengan pernikahan John."

Zie mengerutkan kening. "Kenapa kau bilang begitu?"

"Entahlah." Julia ingat jelas ucapan John saat dirinya khawatir istri John mengetahui bahwa lelaki itu tinggal serumah dengan wanita lain. "Dia sepertinya berharap istrinya tahu bahwa dirinya tinggal bersama wanita lain. Apa menurutmu John sengaja ingin membuat istrinya cemburu?"

Pikiran itu membuat Zie merasa tidak nyaman. Apa John memanfaatkan Zie untuk menguji rasa cinta sang istri? Zie menggigit bibir. Rasa sakit yang berusaha dia abaikan sejak tahu bahwa John telah menikah datang lagi.

The Baby's FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang