Hari ini aku akan menceritakan apa yang terjadi selama sehari ini.
Rabu, 22 Juli 2020
Aku bangun agak lebih awal hari ini kerena aku akan ada meeting dengan guru dan siswa-siswi yang lain.
Saat aku selesai bersiap-siap, aku datang ke tempat kerja ibu ku. Kerena akibat Covid-19 alias Corona yang biasa di bilang orang-orang sekitar. Yaitu sekolah ku akan belajar lewat online. Jadi aku akan menggunakan hp ibuku, kerena hp ku yah... Udah jadi KW :v
Pada jam 8 aku sudah menunggu lama kabar dari guru dan selagi aku menunggu aku juga sempat chat dengan teman socmed ku di grup.
Okay biar aku jelaskan biar jelas. Sejujurnya aku bukan orang yang tipe nya suka tersenyum. Yah aku kayak malas senyum gitu alias murah senyum. Aku juga bisa di bilang jutek dan culun. Awalnya aku bingung kenapa aku bisa di panggil gitu? Tapi aku sadar bahwa sikapku memang kurang tertarik dengan hal sekitar. Dan soal culun? Yah... Mungkin kerena aku tidak pandai bergaya.
Aku juga ngga punya banyak teman di sekolah. Alasan nya aku tidak ingin berteman dengan orang yang berbicara negatif kerena itu mungkin akan menular padaku. Lalu aku takut aku salah ngomong apa ke mereka. Bisa di bilang kadang aku agak pemalu harus ngomong apa gitu. Aku kayak milih temen gitu. Sebab aku nak hati-hati bila milih temen Kat sekolah. Terakhir kali aku asal temen. Aku di bully , dimanfaatkan, tidak dianggap dan suka meninggalkan ku sendirian. Kerena sejak SD aku punya sahabat yang selalu ada untuk ku tetapi dia mengkhianati ku dan itu membuat hati ku sakit.
Kemana semua kenangan yang kita lalui? Semua candaan, tertawa dan kegirangan. Apa aku cuma mainan untuk mu? Apa aku di sia-sia kerena tidak pandai? Iya aku mengangguk aku bodoh. Tapi kenapa Semua itu sudah jadi di sia-sia kan saja. Apa kita memang bukan teman sejak awal? Apa kau selama ini memanfaatkan ku?
Maka sejak hari itu aku tidak pernah ingin lagi dikhianati oleh Fake friend seperti dia.
Tapi kehidupan ku berubah semenjak aku masuk ke Instagram. Aku jadi terinspirasi untuk mengikuti para artists yang juga salah satu Fans animasi Monsta Boboiboy yang di panggil sebagai Boyvers. Yah... Banyak yang bilang animasi itu khusus anak-anak dan lelaki tapi bukti nya banyak orang selain anak-anak yang nonton. Anak remaja, anak kuliah, orang dewasa pun suka Boboiboy. Akhirnya aku pun menjadi salah satu artist Boboiboy walaupun masih pemula.
Temen socmed ku banyak sekali, ada yang dari Malaysia, Philippina, Luar negeri Bahkan dalam negeri pun ada. Tapi kalo di dunia luar yah... Temen ku dikit kerena aku takut... Tentu saja aku masih takut kepada Tuhan yang maha esa tapi aku takut disakiti orang-orang, bukan pakai fisik tapi hati. Awalnya aku kira aku satu-satunya yang hidup seperti ini tetapi banyak juga yang diluar sana merasakan hal yang sama dengan ku. Bisa di bilang Empati.
Seingat ku di buku pelajaran ku Empati adalah pemikiran sama yang di lakukan, di pahami dan di rasakan hal yang sama dengan orang lain.
Jadi bisa dikatakan aku juga lebih peduli temen ku dari pada temen-temen ku yang di sekolah, kerena apa? Kerena mereka tidak pernah mempedulikan ku. Mereka hanya membiarkan ku sendiri tanpa di ajak pun. Tapi untungnya aku ada satu teman yang bisa mengerti apa rasanya di bully banyak orang saat di sekolah. Jadi Temen-temen socmed ku lah satu-satunya yang bisa aku ajak ngobrol kerena mereka sama pemikiran nya dengan ku.
Jadi, Intinya Aku bukan tipe yang banyak bicara. Sebab aku nggak tahu harus ngomong apa di depan umum. Kadang aku suka puji orang. Bukan kerena penampilan tapi dirinya sendiri yang merasa segar dan sehat. Aku juga berusaha untuk bahagia di depan orang.
Tetapi Hati ku tidak... Melainkan sesak menerima semua perkataan mereka. Hati ku bisa di bilang sensitif. Jadi dengan kata lain mudah kebawa perasaan / Baper.
Selama bertahun-tahun aku terus menangisi setiap memori ku yang tidak terlengkapi. Aku tidak pernah menceritakan apapun kepada keluarga kerena aku tahu mereka agak bakal perihati kepada ku. Melainkan lebih menambah rasa sakitku. Aku juga sering merasa pusing ketika sudah merasa frustasi dan kerasa ingin pingsan bahkan aku ingin sekali mengiris tangan ku sendiri tapi aku tidak berani kerena aku yakin Allah Swt. tidak akan suka itu. tapi... aku merasa putus asa ketika mulai menyalahkan diriku. Tapi.... Tidak, aku malah masih bertahan walaupun hati dah sangat sesak sehingga aku tidak bisa menahan air mata ku sendiri.
Jadi begitu lah... aku ini anti sosial tetapi keluarga ku ingin aku bersosialisasi tetapi melainkan apa? Tidak, aku tidak bisa.. seberapa pun aku coba, aku selalu ingin sendiri daripada salah ngomong , tidak tahu harus ngomong apa ,mau pun menyakitkan perasaan orang. Tetapi apa gunanya... Keluarga ngga pernah menurut. Aku hanya sebuah robot yang dikendalikan untuk melakukan apa yang mereka inginkan aku menjadi apa.
Aku menghargainya.. tapi sisi lain ku tidak. Melainkan saat aku nangis aku terus menyalahkan diriku yang terus menyakitkan perasaan orang dan tidak bisa membuat seseorang bangga padaku, dan akhir-akhir ini sisi lain ku terus mengejek ku, menghina ku, memaki-maki ku seakan aku memang tidak layak sama sekali.
Yah aku memang pantas kan? Aku memang pantas di ejek begitu walaupun itu diriku sendiri.
Okelah itu saja aku. Aku lagi tidak ingin berbicara hal itu terus kerena hati ku sudah merasa sesak.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Life Went Dark As It Can Be
Teen Fictionhai kali ini adalah cerita yang mengisahkan tentang diri saya di dunia luar. saya bikin cerita ini agar perasaan saya bisa lebih baik. sebab saya tak ada sesiapapun untuk menceritakan isi hati ku yang semakin hari semakin sesak. Jadi tolong di harga...