Zombie

407 30 9
                                    

Zombie. Siapa yang tidak mengenal makhluk fiksi ini? Mayat hidup yang berkeliaran kemana-mana untuk memangsa manusia sampai mereka hancur tak bernafas. Banyak orang yang menyukai cerita-cerita tentang zombie, termasuk diriku yang mengidolakan para Zombie yang luar biasa 'menakutkan' bagi orang lain, sampai-sampai semua film dan cerita terkelamnya kukumpulkan, itulah sosok fans sejati. 

Hari ini adalah hari ulang tahunku yang ke 17, aku tak sabar menunggu hadiah apa yang akan diberikan ibu untukku, yang aku harapkan adalah film Zombie yang aku tunggu-tunggu penayangannya di bioskop, tapi, sepertinya itu masih terlalu lama.  

Karena hari ini hari senin yang melelahkan, aku harus bangun lebih awal dari biasanya karena bis sekolah datangnya lebih cepat. Aku yang duduk sendiri di halte menunggu bis untuk ke sekolah, aneh memang, karena aku melihat seorang anak perempuan dengan gaun putih berdiri tidak jauh dariku, mengingat tadinya aku sendirian di tempat ini. 

Anak itu berumur sekitar tujuh tahunan, rambut hitam panjangnya diikat kebelakang, kulitnya putih pucat dengan tangan yang menggenggam sebuah mawar merah. Aku tak mengenalnya, setahuku tak ada tetangga yang punya anak perempuan di komplek perumahanku. Kecuali jika anak ini tersesat dan nyasar sampai ke sini, aku mungkin percaya. 

Lama aku menunggu bis, entah jam tanganku yang rusak atau supir bisnya ketiduran lagi? karena sekarang aku mulai merasa gelisah. Baru kali ini aku merasa komplek perumahan yang kuhuni sesunyi ini, walau aku tahu tempat ini memang sangat sepi di jam-jam tertentu, terutama di pagi hari. Anak perempuan yang tak kuketahui identitasnya itu masih terdiam, berdiri bagai patung porselen. Angin dingin tiba-tiba bertiup kencang membuatku sedikit menggigil. Seketika awan hitam menutupi matahari yang bersinar, membuat semuanya gelap gulita, kurasa akan terjadi badai yang besar hari ini. 

Aku memperhatikan sekelilingku. Semua pintu rumah tertutup rapat, benar-benar sunyi. Kelam. Tiba-tiba cat-cat pada dinding rumah-rumah itu berubah warna menjadi luntur, suram bagai bentuk rumah yang tak terpakai beribu tahun.  

Aku menahan nafas. Jantungku berdetak kencang, keringat dingin membanjiri keningku. A-apa sebenarnya ini semua? 

Aku menoleh untuk melihat anak perempuan yang tak kuketahui identitasnya itu. Anak itu masih berdiri di sana, rambut hitamnya diterbangkan angin dingin.  

Tanganku bergetar, jantungku berdetak tak karuan. Yang aku inginkan adalah tak ingin anak kecil itu menoleh ke arahku, karena aku tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Aku ingin lari, tapi kaki ini terasa berat untuk digerakkan. Panik. Aku berusaha bergerak tanpa menarik perhatian anak perempuan itu. Jantungku berdetak tidak karuan, aku semakin takut. Karena aku melihat mawar merah yang di genggaman anak perempuan itu meleleh bagai darah segar, mengalir melalui lengannya yang pucat. Ia bergerak sedikit. 

Aku menahan nafas, bibirku gemetar, ingin berteriak tapi tenggorokan ini terasa kering dan mulutku tak bisa mengeluarkan sepatah katapun kecuali gertakan gigi yang tak beraturan. Bulu kudukku berdiri diiringi tubuh yang gemetar karena tiupan angin dingin. 

Anak perempuan itu bergerak sedikit mencoba menoleh. Tidak. Tidak. Sejauh ini aku menyukai zombie, tapi bukan berarti ingin melihatnya secara langsung atau dibunuh olehnya dengan sadis. 

Perlahan-lahan ia menoleh ke arahku, mencoba memperlihatkan wajahnya kepadaku. Aku gemetar, hawa mencekam benar-benar menjadi latar dari semua adegan ini. A-aku aku tidak sanggup untuk semua ini, keringat dingin telah membanjiri tubuhku yang gemetar, jantungku yang berdetak semakin cepat. Saat anak perempuan itu seutuhnya menoleh ke arahku, aku memejamkan mata- tidak ingin melihat wajahnya. 

Tapi... beberapa menit menunggu dengan mata tertutup, tidak ada yang terjadi, walau jantungku masih memompa sangat cepat dan keringat dinginku yang masih mengalir disertai tubuh gemetar. Aku mulai penasaran. Penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi. Dan saat itu aku membuka mata. TEPAT DI HADAPANKU- DIA- 

"BANGUN!! SUDAH BAPAK BILANG, JANGAN TIDUR DI SAAT PEMBELAJARAN DIMULAI...! MENGERTI??" 

"Me-mengerti pak," Sialnya yang tadi itu hanya mimpi. Mimpi buruk yang sekian kalinya ku alami dalam hidupku. Aku tak mau tidur di kelas lagi.

HORRIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang