HATE

483 103 13
                                    

Tiga hari berlalu semenjak kejadian menyebalkan di mana Airin merasakan benci yang luar biasa. Airin berharap tidak pernah lagi bertemu Adrian. Pria kurang ajar mencuri ciuman pertamanya yang seharusnya dia jaga hanya untuk orang dia cinta.

Setiap mengingat hal itu selalu saja membuat mood-nya jelek. Sampai hari ini Dinda sang sahabat tidak pernah membahas lagi mengenai pria itu. Walau Dinda pernah cerita kalau lidahnya gatal ingin terus membahas sosok mempesona seperti Adrian tapi diurungkannya karena tidak ingin membuat Airin marah.

"Yakin lo? Nggak mau ambil cuti tiga hari, buat ikut pergi bareng keluarga lo liburan ke Bogor?"

Airin mengangguk, "Kerjaan gue banyak. Berkas numpuk kayak gunung, mana bisa gue main tinggal walau gue bos di sini."

"Gue bingung deh, kok Mama dan Kakak lo tuh mau biarin lo nggak ikut liburan? Bukannya sejak dulu Kakak sama Mama lo selalu khawatir tinggalin lo sendirian di rumah?"

"Ya ampun Dinda sayang, itu 'kan dulu saat gue masih kecil sekarang udah besar, dua puluh empat tahun jangan samain."

"Tapi tetap aja aneh secara Kakak lo jaga benar Adiknya, mungkin karna lo Adik satu-satunya dia punya sekarang."

Wajah Airin berubah sendu, "Gue jadi kangen Papa sama Kak Andra di sana."

"Gue juga."

"Maksud lo?"

"Huh? Oh, bukan apa-apa udah yuk, balik kerja jam istirahat hampir abis."

. . . . .

"Kamu di rumah hati-hati Sayang, jangan terlambat makan nanti magh kamu kambuh. Pagar rumah jangan lupa dikunci, tidur jangan terlalu malam nanti sulit bangun pagi. Ponsel wajib diaktifkan terus. Mama akan secepatnya pulang kemungkinan senin sore kami udah di rumah ingat ya? Perkataan Mama harus kamu patuhi Mama nggak mau anak kesayangan Mama sampai sakit. Mama akan khawatir jika harus liburan tanpa membawa kamu ikut serta." Ucap Fara bicara panjang lebar pada anaknya sebelum memasuki mobil.

"Iya Mama sayang."

"Jangan keluar malam dengan orang belum pernah kamu kenalin ke Kakak. Pulang kantor usahakan jam empat udah ada di rumah. Kalau pun Dinda mau ngajak kamu pergi harus lapor dulu ke Kakak, ponsel kamu harus aktif terus ngerti?"

"Iya Kakakku yang super tampan."

"Tante hati-hati ya diluma jangan tidul malam-malam." Biyan berbicara lucu membuat Airin gemas, mencubit pelan kedua pipinya.

Bocah tiga tahun itu tertawa girang.

"Selama kami ke Bogor, kamu nggak akan sendirian di rumah."

"Maksudnya? Emang ada yang temani aku di sini? Siapa? Dinda ya? Kok tadi di kantor dia nggak ada ngomong Kak?"

"Bukan Dinda sugar, tapi aku."

Suara yang tidak asing membuat Airin melotot kaget. Bagaimana tidak jika seorang pria tidak ingin dia lihat sekarang berdiri di hadapannya.

"Selama keluarga kamu pergi, aku yang akan temani kamu di rumah." Ucap Adrian senyum.

Airin syok! Saking kagetnya dia tidak bisa berbicara apa-apa selain hanya melotot dengan mulut melongo.

"Tante pikir kamu lupa Adrian tepati janji temani Airin selama kami nggak di rumah, tapi sekarang Tante bisa bernapas lega."

"Maaf ya Tante, karena aku telat datangnya udah sore gini. Tadi ada rapat mendadak dan baru selesai."

"Nggak apa-apa Sayang, Tante ngerti kok."

"Titip Airin ya, bro? Kalo dia nakal lo bisa hubungi gue. Ponsel aktif terus."

FATE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang