03.BK

43 7 6
                                    

Refa sedang menuju ruang BK sekarang, tadi dia bersama ayam bengkak itu namun guru tersebut pergi kekamar mandi karena tadi mengejar Refa membuatnya ingin buang air kecil katanya.

Refa sudah berada didepan ruang BK, jika ditanya berapa kali Refa masuk ruang BK maka jawabannya hanya 2 kali dengan sekarang.

Pertama kali ia masuk ruang BK saat kelas 10, karena ia tidak bisa memantulkan bola basket jadi ia menendangnya dengan sangat kuat membuat kaca kelas10 ipa 4 pecah dan sekarang kedua kalinya ia memasuki ruangan ini karena terlambat dan masuk kedalam area sekolah dengan memanjat pagar belakang.

Ceklek

Refa masuk kedalam, ternyata bukan hanya dirinya namun ada seorang lelaki juga yang duduk disana sedang membaca buku. Refa rasa ia pernah bertemu dengan sosok laki-laki itu, Refa teringat bahwa lelaki tersebut adalah pria yang ia tabrak tanpa mengucapkan permintaan maaf.

Refa duduk disamping pria itu namun membelakanginya, Refa menelan ludahnya beberapa kali berharap lelaki tersebut tak mengenalnya.

"Lo nggak mau bilang maaf?" ujar lelaki tersebut to the point.

"M-maaf untuk apa?" sepertinya pura-pura tidak tahu adalah hal yang tepat.

"Tadi kan lo dah nabrak gue, lo lupa?" pria tersebut menutup bukunya dan memegang pundak Refa.

Refa mengumpat dalam hati, tidak mungkin ia akan lupa kejadian tadi pagi.

"Ka-pan?" Refa memberanikan diri untuk menoleh kebelakang menatap mata cokelat milik laki-laki tersebut.

Sepertinya kali ini Refa benar-benar terlihat gugup.

"Kayaknya lo beneran amnesia." ujar lelaki itu.

"Assalamualaikum." Bu Maya masuk keruangan tersebut dan sedikit membenarkan letak bajunya.

"Waalaikumsallam." jawab mereka bersamaan.

Bu Maya duduk dihadapan mereka berdua, menatap Refa penuh kemarahan.

"Kenapa kamu telat tadi, Refa?!" ujar Bu Maya cukup tegas.

"Nggak sengaja bu." Refa menundukkan kepalanya.

"Gimana bisanya kamu terlambat tidak sengaja?"

Refa bingung harus menjawab apa.
Agh! sial! sial! sial!

"Kalo saya terlambat disengaja hemm." Refa berfikir sejenak haruskah ia menjawab pertanyaan yang ia pun tidak tahu jawabannya.

"Lagian ibu ngejer saya kayak tadi buat ibu keliatan tambah kurus juga." lanjutnya.

"Kamu yang bener." nada suara Bu Maya sedikit lebih tenang.

"Iya bu bener, serius, nggak boong, makin cantik lagi." Refa mendongkan kepalanya sambil menunjukkan kedua jarinya yang berbentuk V.

"Bisa aja kamu, yaudah-yaudah lain kali jangan diulangin lagi ya."

Anjir gurunya mudah banget disugesti, batin Refa.

Refa membalas dengan anggukan. Pria disamping Refa hanya menggeleng-geleng tak percaya.

"Aldif,kamu kenapa kesini?" ujar Bu Maya dengan nada yang masih sangat bersahabat.

"Ini bu,mau ngasih buku-buku yang ibu suruh ambil diperpustakaan." Aldif memberikan 5 buku yang ia bawa tadi.

Bu Maya membuka lembaran demi lembaran buku tersebut, namun buku-buku yang dibawa Aldif tidak utuh seperti biasanya melainkan buku-buku tersebut kotor dan robek.

"Aldif! kenapa buku-buku ini kotor dan robek?!" Bu Maya kembali dengan nada suara yang sangat tidak bersahabat.

"Itu bu tadi-" Aldif ingin menunjuk gadis disebelahnya namun Refa sudah berdiri.

Please ComebackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang